Perjalanan di Naha, ibu kota Okinawa belumlah sempurna kalau tidak mampir ke pemakaman yang bernama Tomari Gaikokujin Bochi atau Tomari International Cemetery. Letaknya tidak jauh dari Tomari Port di mana berlabuh banyak kapal-kapal besar.
Sekilas pemakamannya tidak terlalu luas. Berbagai macam bentuk makam ada di sini. Ada yang dihiasi dengan salib, ada yang berbentuk prasasti tegak dan ada juga yang hanya berbentuk rendah dengan nisan beton berukir nama-nama.
Saya harus memutar untuk mencari pintu masuk ke kompleks makam. Sebuah pintu gerbang yang tertutup rapat menyambut dengan angkuh. Terbuat dari pagar besi sehingga kita masih bisa mengintip jalan kecil yang ada di belakang pintu. Di atas pintu gerbang ada nama "Tomari International Cemetery", yang terbuat dari besi lis berwarna hijau.
Yang lucu dari pemakaman ini adalah tingginya pintu pagar, namun tembok yang mengeliling hanyalah setinggi kurang dari satu meter. Tidak kehabisan akal, saya pun kemudian terpaksa masuk ke pemakaman dengan lompat pagar.
Tidak ada seorang pun di dalam pemakaman. Hanya ada  keheningan  di pagi yang lumayan hangat di pertengahan Oktober. Deretan makam yang tidak beraturan, pohon-pohon dan juga rerumputan menjadi pemandangan yang membuat hati menjadi ikut sedih. Sementara sebuah sekolah menengah berlantai 4 atau 5 ada di kejauhan.
Sebuah prasasti dalam bahasa Jepang dan Inggris menjelaskan sekilas sejarah pemakaman ini. Namun kali ini namanya adalah terjemahan langsung dari Bahasa Jepang sehingga menjadi "Tomari Foreign Cemetery. Dijelaskan kalau pemakaman ini sudah dijadikan warisan budaya kota Naha sejak Agustus 1987.
Pemakaman ini dalam Bahasa Okinawa disebut "Uranda Haka" dan sudah ada sejak abad ke 18. Di pemakaman ini ada 22 nisan yang berasal dari abad ke 18 sampai awal ke 20. Selain itu ada juga sekitar 300 nisan dari masa sesudah perang dunia kedua. Kebanyakan serdadu Amerika yang wafat sewaktu pertempuran Okinawa, Perang Korea dan juga Perang Vietnam dan juga orang asing penduduk Okinawa.
Saya kemudian berjalan perlahan sambil melihat beberapa nisan. Ada makam seorang pendeta bernama Matthew Adnet, dari Paris Foregn Mission Society yang meninggal pada 1 July 1848. Ada juga nisan yang bertuliskan huruf Cina dan naman-nama Cina dalam huruf Latin.
Namun yang menarik ada juga sebuah memorial buat Samuel C Oglesby yang telah mendedikasikan hidupnya buat industri di Okinawa selama USCAR atau US Civil Administration of the Ryukyus, yaitu pemerintahan Amerika Serikat di Okinawa selepas perang dunia kedua.
Lalu ada juga sebuah monumen untuk memperingati hilangnya seseorang bernama Lester R Sheffield di laut sekitar Bolo Point Okinawa pada 4 Januari 1963. Rupanya karena orang ini hilang dan tidak diketemukan maka dibangunlan sebuah monumen dipemakaman ini.
Sebuah monumen yang dibangun  untuk memperingati  mendaratnya Commodore Perry pada 6 Juni 1853 juga ada disini. Monumen ini memiliki dua sisi, yang pertama tertulis dalam Huruf Kanji dan sisi lainnya dalam bahasa Inggris.
Sekitar setengah jam lebih saya mengamati berbagai macam nisan yang ada disini termasuk beberapa orang yang dulu ikut pada pelayaran Commodre Perry pada 1853. Commodore Perry, dari Angkatan Laut Amerika inilah yang pertama kali mendobrak pintu Jepang dari isolasi selama  sekitar 2 abad. Sebuah keterbukaan yang kemudian menuju kepada restorasi Meiji dan membawa Jepang pada kemajuan hingga saat ini.
Setelah puas menikmati suasana hening, akhirnya sayapun berjalan perlahan meninggalkan lahan pemakaman yang bahkan untuk masuk kita harus melompat pagar.
Okinawa , Oktober 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya