Perjalanan membawa saya ke South Island dan sekaligus ke kota terbesar nomer empat di New Zealand, yaitu Dunedin. Kota yang cantik ini juga merupakan kota terbesar di kawasan Otago dan Southland tempat dimana University of Otago berada.
Hari mendekati sekitar pukul 4.30 petang ketika kendaraan kami memasuki Clyde Street di bagian utara Kota Dunedin. Tidak terlalu jauh dari kampus University of Otago. Jalan-jalan di sini lumayan sepi untuk ukuran sebuah kota besar di South Island.
"Al Huda Mosque/Dunedin Islamic Centre". Demikian terpampang pada sebuah papan berbentuk kubah berwarna biru yang ada di atas pintu utama gedung yang berfungsi sebagai masjid. Tidak ada kubah ataupun menara. Kecuali penanda nama dan papan berbentuk kubah itu, bagi orang yang sekedar lewat mungkin tidak menyadari bahwa gedung yang beralamat di 21 Clyde Street ini merupakan sebuah masjid.
img-9164-59e5848c5ae55e47895bcff2.png
Luas lahan gedung ini lumayan besar. Pagarnya dibiarkan terbuka. Hanya ada sebuah papan pengumuman kecil dalam Bahasa Arab dan Inggris bertuliskan "
The Messenger said: Do not harm or reciprocate harm" dan di bawahnya juga ada peringatan "
Please comply with traffic laws Do not park ilegally". Mungkin ini untuk memperingati jemaah agar tidak parkir sembarangan.
img-9168-59e584a163eae73f50183952.png
Kami masuk ke beranda masjid, tidak ada siapa pun di sini ataupun tanda-tanda kehidupan lainnya. Sedangkan waktu ashar sebentar lagi tiba. Yang ada hanya beberapa poster seperti yang bertuliskan infromasi tentang "
Sunday School" untuk anak-anak dan remaja yang mengajarkan tentang tauhid, tilawah, akhlak, fiqih, maupun bahasa Arab. Di dekatnya juga ada poster berisi waktu-waktu sholat.
img-9171-59e584ba7b0b8704d8152672.png
Di sebelah kanan ada sebuah pintu bertuliskan Bahasa Indonesia "Solat Wanita". Dan di ruang sebelah ternyata terdapat sebuah aula yang besar mirip dengan gedung olahraga dengan lantainya yang terbuat dari kayu. Ada juga sebuah panggung dan beberapa kursi serta sajadah atau karpet yang tergulung. Lucunya masih juga terapat sebuah gawang bola basket. Mungkin aula ini hanya digunakan sebagai tempat sholat sewaktu jamaahnya banyak di hari Jumat?
img-9172-59e584d0a32cdd1a6a65f442.png
Kembali ke beranda, ada sebuah e-board, berupa layar TV yang berisi informasi tentang "
The Otago Muslim Associaton Incorporated". Lengkap dengan nama-nama pengurus, alamat email dan juga himbauan untuk memberikan sedeqah bagi jemaah atau pengunjung.
Setelah wudhu, saya masuk ke ruang sholat utama. Lumayan luas dengan beberapa baris sajadah yang terhampar. Sekali lagi di sini juga tidak ada siapa-siapa. Arah kiblat di masjid ini juga miring dengan bangunan gedung yang menandakan bahwa gedung ini aslinya memang bukan dibangun sebagai sebuah masjid.
img-9177-59e584e1c226f92d8311a772.png
Sebuah mihrab sederhana terbuat dari kayu berplitur coklat ada di depan dengan sebuah sajadah besar terhampar di depannya. Di dalam mihrab ada sebuah tempat buku dan Al-Quran yang terbuka. Dan di sebelah kiri mihrab ada sebuah poster berisi doa dan dzikir yang biasa dibaca setelah sholat fardhu. Di sisi lain ada sebuah mikrofon. Sementara di lantai juga berserakan jam dinding, hiasan bergambar kaligrafi dan benda-benda lain yang menandakan seakan-akan baru pindahan atau habis direnovasi.
img-9176-59e5850751e039133515ed42.png
Sebuah tirai putih bagaikan kelambu memisahkan tempat sholat untuk pria dan wanita. Setelah selesai sholat saya sempat mengintip bagian wanita ini. Biasa-saja, hanya ada sebuah kursi dan di dinding ada tulisan yang cukup menggelitik.
"One God Allah 120.000 Prophets One Chance One Message" . Di sebelahnya tertulis "Adam... Jesus....Muhammad, Your only given one chance in this earth, There is only One God".
Lihat Travel Story Selengkapnya