Setelah makan siang di Situs Prasasti Ciaruteun, rombongan Sahabat Museum yang dipimpin Kapten Adep boleh sejenak beristirahat  dan sholat di Masjid yang tidak jauh dari Prasasti Kebon Kopi 1. Perjalanan kemudian dilanjutkan ke destinasi berikut, yaitu Situs Batu Dakon yang letaknya tepat di belakang masjid.
Masuk melalui gang kecil di sebelah masjid, sampailah kita di lokasi pemakaman  warga yang tidak terlalu luas, dan beberapa makam juga ada di lokasi ini, walau tampak tidak beraturan.
Ketika melihat dua buah menhir yang ditata bagaikan nisan, Pak Dwi juga kembali bercerita dengan sangat bersemangat. "Menhir  yang membentuk lengkungan ini merupakan ciri menhir dari Sumatra Barat, seperti yang banyak terdapat di sekitar Kabupaten Lima puluh Kota". "Pada umumnya Menhir di Jawa berbentuk bulat dan tegak", tukasnya lagi sambil menunjuk ke menhir yang satu lagi.
Sedangkan batu dakonnya sendiri memang berbentuk mirip dengan dakon atau congklak, yang merupakan permainan tradisional anak-anak.Terdapat dua buah batu dakon.  Batu dakon pertama bentuknya tidak beraturan dan kasar dengan banyak  lubang  berukuran besar kecil. Sedangkan batu dakon yang kedua bentuknya  lebih teratur dan halus serta terbuat dari batu hitam yang teksturnya terlihat lebih baik.
"Ada dua kemungkinan penamaan batu berlubang", tambah pak Dwi lagi. Dijelaskan bahwa kalau hanya berlubang satu biasanya dinamakan lumpang serta kalau banyak lubang barulah disebut batu dakon. Kemudian pertanyaannya. Apakah tujuan dan kegunaan batu dakon tersebut. ? Salah satu kegunaannya  adalah  dipakai dalam upacara ritual sebagai altar persembahan.
Selamat tinggal menhir yang kesasar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H