Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menhir yang Kesasar di Situs Batu Dakon Bogor

9 Agustus 2017   23:33 Diperbarui: 10 Agustus 2017   03:26 2494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah makan siang di Situs Prasasti Ciaruteun, rombongan Sahabat Museum yang dipimpin Kapten Adep boleh sejenak beristirahat  dan sholat di Masjid yang tidak jauh dari Prasasti Kebon Kopi 1. Perjalanan kemudian dilanjutkan ke destinasi berikut, yaitu Situs Batu Dakon yang letaknya tepat di belakang masjid.

Masuk melalui gang kecil di sebelah masjid, sampailah kita di lokasi pemakaman  warga yang tidak terlalu luas, dan beberapa makam juga ada di lokasi ini, walau tampak tidak beraturan.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Sebuah cungkup kecil yang sederhana menjadi penanda situs ini. Kembali sebuah papan biru bertuliskan informasi singkat mengenai batu dakon. Pada papan itu tertlulis bahwa  "situs ini berada pada lahan 7x6 meter. Terdapat dua batu yang berjajar dari timur ke barat berjarak 1 meter. Pada permukaan batu dakon tersebut masing-masing terdapat 8-10 lubang. Di sebelah selatan batu dakon terdapat dua menhir yang berjajar timur-barat berjarak 1 meter."
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Rombongan segera mengeliling cungkup dan Pak Dwi kembali beraksi dengan kisah-kisahnya yang menarik. "Keberadaan Batu Dakon di kawasan ini merupakan bukti bahwa budaya megalitikum sangat dominan dan telah ada sebelum pengaruh Hindhu mulai masuk", tukasnya membuka cerita.

Ketika melihat dua buah menhir yang ditata bagaikan nisan, Pak Dwi juga kembali bercerita dengan sangat bersemangat. "Menhir  yang membentuk lengkungan ini merupakan ciri menhir dari Sumatra Barat, seperti yang banyak terdapat di sekitar Kabupaten Lima puluh Kota". "Pada umumnya Menhir di Jawa berbentuk bulat dan tegak", tukasnya lagi sambil menunjuk ke menhir yang satu lagi.

Sedangkan batu dakonnya sendiri memang berbentuk mirip dengan dakon atau congklak, yang merupakan permainan tradisional anak-anak.Terdapat dua buah batu dakon.  Batu dakon pertama bentuknya tidak beraturan dan kasar dengan banyak  lubang  berukuran besar kecil. Sedangkan batu dakon yang kedua bentuknya  lebih teratur dan halus serta terbuat dari batu hitam yang teksturnya terlihat lebih baik.

"Ada dua kemungkinan penamaan batu berlubang", tambah pak Dwi lagi. Dijelaskan bahwa kalau hanya berlubang satu biasanya dinamakan lumpang serta kalau banyak lubang barulah disebut batu dakon. Kemudian pertanyaannya. Apakah tujuan dan kegunaan batu dakon tersebut. ? Salah satu kegunaannya  adalah  dipakai dalam upacara ritual sebagai altar persembahan.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Diskusi dengan Pak Dwi terus berlanjut. Hingga sampai waktunya kita harus meninggalkan situs ini sambil melirik sebentar ke deretan makam-makam kampung yang ada di belakang masjid ini. Tujuan selanjutnya prasasti Pasir Muara yang ada di tempur atau pertemuan beberapa sungai. Yuk tunggu kisahnya. Masih bersama Sahabat Museum dan Arkeoloh Dwi Cahyono.

Selamat tinggal menhir yang kesasar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun