033-58e98a92b37e61a80f84093b.png
Dari seberang danau, kita juga dapat menikmat ipemandangan taman dengan sudut keindahan yang berbeda. Danau dan airmancur menjadi latar depan sedangkan tangga dan patung serta bangunan utama puri menjadi latar belakang yang megah.
036-58e98b0b6ea8347f048b4567.png
Saya terus mengelilingi danau dan sampai ke jalan menuju ke Japanese Gardens. Â Saya hanyas semmpat menuruni jalan setapak dan juga lorng-lorng yang bagaikan labirin di taman ini sebelum akhirnya kembali ke tepian danau dan berjalan terus mengilinginya.
Di sebuah kursi taman, sambil duduk dan meperhatikan suasana di sekitar, saya melanjutkan membaca mengenai sejarah Powerscourt House & Gardens ini.  Walau mulai dibangun pada 1730an, rumah besar yang memiliki 68 kamar serta taman-tamannya baru selesai pada 1741. Namun keturunan sang bangsawan yaitu Viscount Powerscourt yang ke IX, akhirnya harus menjual kompleks ini kepada keluarga Slazenger pada 1961.  Gedung besar ini sekarang juga dilengkapi dengan cafe, toko souvenir dan juga sebuah Museum Boneka yang disebut Tara’s Palace.
022-58e98be636937374058b4567.png
Hari sudah menunjukan sekitar pukul 3 sore. Perjalanan belum berakhir, namun kisah tentang Powerscourt dan jam mataharinya yang bertuliskan
Horas Non Numero Nisi Serenas tetap menghibur hati.  Horas !  seorang teman mengucapkan salam ala  Batak, walaupun berada  jauh  di
Irlandia!
Dublin, Â Maret, 2017
Foto-foto: Taufikuieks
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya