Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Hanya Kepala Tanpa Nama di Makam Si Pitung

18 Desember 2016   11:37 Diperbarui: 18 Desember 2016   11:44 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah sejenak mengagumi keindahan rumah Landhuis Tjililitan: Rumah Perompak yang Kini Berhantu  , pelesiran sahabat museum dilanjutkan.  Tujuannya kawasan di Jakarta Barat, yaitu disekitar Pal Merah dan Jalan Kebayoran Lama.  

img-7010-585611a3577b61a212bf4882.png
img-7010-585611a3577b61a212bf4882.png
Setelah sempat sejenak terkantuk-kantuk di bus yang sedikit kena macet di jalan tol dalam kota, rombongan kami akhirnya sampai di tujuan.   Aha, ternyata sebuah kantor Telkom yang ada di tepi jalan raya yang lumayan ramai.  Seperti umumnya kantor Telkom, ada sedikit rona warna oranye baik di gedung maupun di gardu satpam. Di halaman,  juga diparkir beberapa kendaraan warna oranye.

img-6999-58561158f49673cc0ca82d65.png
img-6999-58561158f49673cc0ca82d65.png
Kita akan mampir ziarah sebentar ke makam Si Pitung”,   demikian ujar  Adep sewaktu  bus mau merapat.    Turun dari bus , kepala rombongan  minta ijin dahulu ke satpam yang sedang berjaga di gardu.  Karena hari Ahad  kantor telkom ini memang tutup. Tetapi tetap bersedia menerima sahabat museum karena telah diatur sebelumnya. 

Sekilas, tidak ada yang istimewa dengan kantor Telkom ini.  Satpam  kemudian memulai sedikit cerita dan menunjukan sebuah makam yang ada di dekat  pagar, tepat di tepi jalan raya.   “Menurut cerita ini adalah makam Si Pitung. Tapi saya juga tidak tahu tentang kebenaran dan sejarahya”, tambahnya lagi.

img-7017-585611e5779773e00c1ece70.png
img-7017-585611e5779773e00c1ece70.png
Dengan rasa penasaran saya menuju ke tempat yang ditunjuk  tepat di dekat pintu masuk kantor telkom. Ada sebuah  bidang tanah kecil yang diberi pagar.  Temboknya berwarna putih dan terlihat seperti belum lama dicat ulang.  Pagarnya tidak terlalu tinggi dan ada beberapa  pohon yang juga tidak terlalu tinggi. Di pagar terlihat beberapakuntum bungan berwarna kuning yang tergulai dari dedaunan yang bersandar pasrah dan lunglai.

img-7003-585612178523bd5223d0aa33.png
img-7003-585612178523bd5223d0aa33.png
Di sela-sela pagar ada sebuah pintu kecil yang terbuka dan kita bisa masuk ke dalamnya. Sebuah pusara kecil nan sederhana terhampar disana. Sepi dan merana.   Sangat-sangat sederhana dan anehnya juga tanpa nama dan tulisan sama sekali.   Berukuran standar sekitar 2 x 1 meter,  dikelilingi batu bersemen cat putih  dengan tanah di bagian tengah tanpa rerumputan.   Sebagai penanda nisan  hanya ada keramik hitam berukuran kecil di bagian kepalan dan batu lonjong di bagian kaki.

Di sekeliling pusara,  tanahnya ditutupi konblok yang cukup rapih.  Dedaunan yang rontok tampak beserakan di tanah di atas pusara. Tidak ada dupa, tidak ada bunga, dan tidak ada tanda-tanda bahwa ada orang yang pernah berziarah kesini. Lalu apa buktinya kalau ini adalah makam Si Pitung yang terkenal ?

img-7004-5856123cd47e617722d34827.png
img-7004-5856123cd47e617722d34827.png
Berdasarkan informasi dan cerita yang didapat kemudian, ternyata Si Ptung sendiri dikisahkan memiliki banyak makam.  Ada yang bercerita bahwa makamnya ada diketemukan di Palembang,  juga ada di Tapos, di Depok, bahkan  juga di Parung, Sukabumi dan Kemayoran.  Saya tidak tahu mana yang benar dan menurut kisah juga yang dimakamkan  di tempat ini hanya kepalanya saja. Mungkin karena Si Pitung memiliki ilmu rawa rontek dimana bagian tubuhnya akan menyatu kembali dan kemudian bisa hidup lagi walau sudah terpotong-potong?

Sepanjang pengembaraan ke banyak makam, pusara, kuburan, monumen, maupun mausoleum, baru kali ini saya menemukan sebuah makam tanpa nama yang dinyatakan sebagai makam kepala Si Pitung.

Foto-foto: taufikuieks

Jakarta, Spetember 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun