Dari sini, pelayaran dilanjut ke pulau Kelagian Lunik. Lunik sendiri dalam bahasa Lampung berarti kecil. Perahu kemudian merapat, dan keindahan pantai di pulau ini juga benar-benar menakjubkan. Pasirnya putih halus bak gula pasir, sedangkan airnya biru jernih memantulkan cahaya sang surya di siang bolong. Di pantai juga terlihat banyak orang yang sedang berenang atau hanya bermain air.
“Selamat Datang Pulau Kelagian Lunik” , sebuah gapura kecil nan sederhana berdiri dengan riang. Di tempat ini, juga tersedia warung kecil, kamar kecil serta mushallah kecil yang sederhana. Lengkap sudah serasi dengan nama pulaunya yaitu Kelagian kecil. Sementara di sebrang sana terbentang luas Pulau Kelagian Balak yang artinya Kelagian Besar. Syahdan kedua pulau ini menjadi satu dan hanya terpisahkan kalau air sedang pasang.
Pasir yang putih, air yang biru jernih, seakan-akan memanggil untuk menceburkan tubuh ke laut. Namun hati-hati, arus disini cukup kuat dan gradasi ke tempat yang dalam cukup mendadak. Cara melihatnya adalah dengan membedakan warna air lautnya saja. Warna biru tua berarti airnya cukup dalam.
Setelah cukup puas berenang dan bermain di laut, tiba waktunya untuk kembali ke Ketapang. Perahu segera kembali berlayar setelah sebelumnya membayar ongkos parkir di pulau sebesar IDR 25.000. “
Kalau kita berlayar lebih jauh menuju Tanjung Putus. Kita akan lewat Pulau Lelangga Kecil”. Ternyata seperti juga villa mewah di pulau Pahawang Kecil, pulau Lelangga Kecil ini juga tidak boleh dikunjungi oleh umum karena sudah dimiliki oleh konglomerat . “Sering terlihat kapal mewah bersandar di pulau ini dan penumpangnya biasanya orang penting”, tambah tukang perahu lagi.
Akhirnya perjalanan wisata di pulau-pulau di Teluk Lampung pun berakhir dengan merapatnya perahu di dermaga 2 Ketapang. Sementara di sisi lain terlihat dermaga 4 yang jauh lebih ramai dengan perahu-perahu yang banyak membawa wisatawan bahkan dari jakarta.
Betapa indah dan menjanjikan wisata bahari di propinsi paling selatan di Sumatera ini. Sayangnya sebagan pulau-pulaunya sudah tergadai, Baik kepada orang asing, maupun konglomerat !
Lampung, Oktober 2016
Foto-foto: dokumentasi pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya