Di dalam kereta api Shonan Shinjuku line tujuan akhir Zushi yang membawa saya dari Yokohama ke Kamakura, stanza terakhir puisi Rudyard Kipling ini terus bergema. Dan hati pun kian bertanya daya magis apa yang dimiliki 'Daibutsu' atau 'The Great Buddha of  Kamakura ' sehingga pengarang sekaligus penyair kondang dari Inggris bahkan sampai menulis puisi yang begitu  indah tentang sang Buddha dari Kamakura ini setelah kunjungan nya ke Jepang pada 1892.
Panggilan sang Buddha kian kuat setibanya keretaapi di stasiun Kamakura setelah perjalanan sekitar 25 menit dari Yokohama..  Dari sini perjalanan dilanjutkan dengan naik kereta api Enoshima Electric Railways yang lebih terkenal dengan nama Enoden Railways.
Kereta listrik dengan tampilan yang klasik dan warna kombinasi hijau kuning siap mengantar ke stasiun  Hasse yang merupakan stasiun ketiga dari Kamakura. Dalam waktu sekitar 7 menit, kereta tiba di Hasse dan sisa pengembaraan  menuju  kuil Kotoku-in dituntaskan dengan berjalan kaki sekitar 650 meter.
Menurut cerita pintu gerbang ini dipindahkan dari tempat lain ke lokasi ini pada awal abad ke 18 lengkap dengan sepasang patung Nio (Vajrapani) yang menjaga  pintu gerbang ini. Ada juga tempat air sucidimana kita bisa membasuh muka serta tangan dan kaki sebelum masuk ke kompleks kuil.
Tiga buah pohon cemara berderet rapi di tepianjalan setapak yang menuju ke halaman tengah dimana patung Buddha besar berada. Ternyata ketiga pohon ini ditanam olehkeluarga kerajaan Siam yang sempat berkunjung ke tempat ini. Di antaranya Raja Rama VI yang waktu berkunjung pada 1902 masih berstatus sebagai  putra mahkota, raja Rama VII pada 1931 dan juga Pangeran Vajralongkorn pada 1987.
Konon dulu ada 60 batu yang terbuat dari pyroxene andesite. Batu - batu ini menjadisaksi bisu bahwa sang Buddha pernah dinaungi atap besar yang beberapa kali dibangun runtuh dibangun runtuh dan akhirnya dibiarkan berada di ruang terbuka setelah aula diterjang tsunami besar pada 1498.Â
Namun , yang menjadi perhatian utama tetaplah patung sang Buddha yang terbuat dari perunggu berwarna hijau kebiruan. Sang Buddha yang sedang dalam posisi bersila dan menampilkan garis wajah yang penuh kedamaian ini memang memancarkan aura magis yang memberikan ketenangan bagi siapapun yang melihatnya. Dari informasi yang didapat patung ini  merupakan patung Buddha duduk paling besar kedua selalu Daibutsu yang ada di di Kyoto.
Pesona sang Buddha bahkan kian terasa ketika berada di dalam tubuhnya sambil mereka-reka kecanggihan teknik pembuatan patung perunggu dari abad ke 13 . Hampir 800 tahun yang lalu. Sebuah papan informasi juga ada di dalam ronggatubuh sang Buddha.
Kembali ke halaman di sekitar patung, tampak beberapa pengunjung yang sedang asyikberdoa. Dengan dupa di tangan yang digoyangan beberapa kali. Lalu dimasukkan disebuah tempat yang terbuat dari kuningan yang ada di depan patung. Sementara dikejauhan, seorang perempuan berusia empatpuluhan juga sedang khusuk berdoa sambil bersimpuh di lantai halaman kuil.
Dan yang juga tidak kalah menarik adalah beberapa prasasti batu yang ada di sekitar halaman. Prasasti ini berukirpuisi-puisi singkat yang berisi pujian. Pujian puitis terhadap Sang Buddhadari Kamakura ini.  Salah satu nya adalah waka atau puisi yang terdiri dari 31 suku kata berbunyi:Â