Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Daibutsu, Buddha di Antara dua Puisi di Kamakura

22 Agustus 2016   21:34 Diperbarui: 24 Agustus 2016   03:50 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam kereta api Shonan Shinjuku line tujuan akhir Zushi yang membawa saya dari Yokohama ke Kamakura, stanza terakhir puisi Rudyard Kipling ini terus bergema. Dan hati pun kian bertanya daya magis apa yang dimiliki 'Daibutsu' atau 'The Great Buddha of  Kamakura ' sehingga pengarang sekaligus penyair kondang dari Inggris bahkan sampai menulis puisi yang begitu  indah tentang sang Buddha dari Kamakura ini setelah kunjungan nya ke Jepang pada 1892.

Panggilan sang Buddha kian kuat setibanya keretaapi di stasiun Kamakura setelah perjalanan sekitar 25 menit dari Yokohama..  Dari sini perjalanan dilanjutkan dengan naik kereta api Enoshima Electric Railways yang lebih terkenal dengan nama Enoden Railways.

img-5655-57bb12a95eafbd4a331938ce.png
img-5655-57bb12a95eafbd4a331938ce.png
Karena kereta ini juga melayani banyak tempat wisata menarik, lebih ekonomis  membeli pass seharga 700 yen dimana kita bisa naik dan turun di stasiun mana saja.

Kereta listrik dengan tampilan yang klasik dan warna kombinasi hijau kuning siap mengantar ke stasiun  Hasse yang merupakan stasiun ketiga dari Kamakura. Dalam waktu sekitar 7 menit, kereta tiba di Hasse dan sisa pengembaraan  menuju  kuil Kotoku-in dituntaskan dengan berjalan kaki sekitar 650 meter.

Daibutsu: Buddha di Antara dua Puisi di Kamakura
Daibutsu: Buddha di Antara dua Puisi di Kamakura
Setelah membayar tiket masuk ke kuil seharga 200Yen per orang, pengunjung akan masuk ke dalam kuil melalui pintu gerbang yang disebut Nio- Mon Gate.  Disini terukir dengan manis nama resmi kuil Kotoku-in yaitu "Daii-San".

Menurut cerita pintu gerbang ini dipindahkan dari tempat lain ke lokasi ini pada awal abad ke 18 lengkap dengan sepasang patung Nio (Vajrapani) yang menjaga  pintu gerbang ini. Ada juga tempat air sucidimana kita bisa membasuh muka serta tangan dan kaki sebelum masuk ke kompleks kuil.

Tiga buah pohon cemara berderet rapi di tepianjalan setapak yang menuju ke halaman tengah dimana patung Buddha besar berada. Ternyata ketiga pohon ini ditanam olehkeluarga kerajaan Siam yang sempat berkunjung ke tempat ini. Di antaranya Raja Rama VI yang waktu berkunjung pada 1902 masih berstatus sebagai  putra mahkota, raja Rama VII pada 1931 dan juga Pangeran Vajralongkorn pada 1987.

Daibutsu: Buddha di Antara dua Puisi di Kamakura
Daibutsu: Buddha di Antara dua Puisi di Kamakura
 Sambil melepas lelah setelah cukup lamaberjalan, kita dapat bersantai sejenak sambil duduk di batu besar yang berbentuk bulat bagaikan batang pohon yang ditebang rata. Ternyata batu-batu ini merupakan batu pondasinya  aula besar yang menaungi Daibutsu.

Konon dulu ada 60 batu yang terbuat dari pyroxene andesite. Batu - batu ini menjadisaksi bisu bahwa sang Buddha pernah dinaungi atap besar yang beberapa kali dibangun runtuh dibangun runtuh dan akhirnya dibiarkan berada di ruang terbuka setelah aula diterjang tsunami besar pada 1498. 

Namun , yang menjadi perhatian utama tetaplah patung sang Buddha yang terbuat dari perunggu berwarna hijau kebiruan. Sang Buddha yang sedang dalam posisi bersila dan menampilkan garis wajah yang penuh kedamaian ini memang memancarkan aura magis yang memberikan ketenangan bagi siapapun yang melihatnya. Dari informasi yang didapat patung ini  merupakan patung Buddha duduk paling besar kedua selalu Daibutsu yang ada di di Kyoto.

Daibutsu: Buddha di Antara dua Puisi di Kamakura
Daibutsu: Buddha di Antara dua Puisi di Kamakura
Patung Buddha yang terbuat  dari perunggu ini menurut catatan dibangun pada masa Kamukara  sekitar 1252. Sebelumnya ya sempat dibangun patung Buddha dari kayu yang selesai dibangun pada 1243. Sayangnya patung kayu ini rusak berat karena badai besarpada 1248 dan kemudian diputuskan untuk membuat patung dari perunggu yangterbuat dari 30 lempeng yang disambung-sambung membentuk tubuh sang Buddha.
Daibutsu: Buddha di Antara dua Puisi di Kamakura
Daibutsu: Buddha di Antara dua Puisi di Kamakura
Dengan membayar 20 Yen, saya masuk kedalam tubuhsang Buddha. Mulanya melalu tangga kecil yang memutar setinggi kira-kira duameter. Setelah itu di dalam ruang kosong inilah kita dapat mengagumi keindahanpatung perunggu ini.

Pesona sang Buddha bahkan kian terasa ketika berada di dalam tubuhnya sambil mereka-reka kecanggihan teknik pembuatan patung perunggu dari abad ke 13 . Hampir 800 tahun yang lalu. Sebuah papan informasi juga ada di dalam ronggatubuh sang Buddha.

Kembali ke halaman di sekitar patung, tampak beberapa pengunjung yang sedang asyikberdoa. Dengan dupa di tangan yang digoyangan beberapa kali. Lalu dimasukkan disebuah tempat yang terbuat dari kuningan yang ada di depan patung. Sementara dikejauhan, seorang perempuan berusia empatpuluhan juga sedang khusuk berdoa sambil bersimpuh di lantai halaman kuil.

Dan yang juga tidak kalah menarik adalah beberapa prasasti batu yang ada di sekitar halaman. Prasasti ini berukirpuisi-puisi singkat yang berisi pujian. Pujian puitis terhadap Sang Buddhadari Kamakura ini.  Salah satu nya adalah waka atau puisi yang terdiri dari 31 suku kata berbunyi: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun