Kisah dimulai pada 21 April 1701 ketika Asano Naganori, penguasa lokal atau Daimyo dari kawasan Ako dipaksa melakukan seppuku atau harakiri dengan alasan telah menghunuskan wakizashu (sejenis pedang pendek) dan melakukan percobaan pembunuhan terhadap Kira Yoshinaka, seorang koke atau master of ceremony di istana Edo. Alasan sebenarnya adalah karena Kira telah menghina Asano akibat  menolak membayar uang suap kepada Kira. Asano Naganori kemudian dimakamkan di Edo, tepatnya di Kuil Sangkuji yang sekarang sedang saya kunjungi ini.Â
Di kuil Sengakujiinilah akhirnya ke 47 Ronin melakukan seppuku secara massal. Masih terbayang adegan dalam film dimana mereka menggunakan pakaian berwana putih, dan sambil duduk bersila, mengeluarkan pisau kecil untuk merobek lambung masing-masing. Mereka meninggal dengan kehormatan dan terus dikenang sepanjang masa. Jenazah mereka kemudian dimakamkan di Kuil Sengakuji ini, bersama dengan Asano dan keluarganya.
Kisah kepahlawanan inilah yang membuat tempat ini selalu ramai diziarahi oleh orang Jepang dan juga turis mancanegara. Dan wangi dupa selalu mengudara di kompleks pemakaman ini. Wangi dupa itu pula yang membuat saya sadar untuk segera meninggalkan makam dan melihat tempat lain di kompleks kuil ini.
Masih di sekitar halaman kuil, ada sebuah gedung tempat menyimpan patung ke 47 ronin tersebut. Sayangnya pintunya sudah tertutup rapat dan saya hanya biasa mengintip gedungnya dari luar.  Sebuah museum juga ada di kompleks ini, saya mencoba masuk dan sempat melihat beberapa benda yang dipamerkan. Namun tiba-tiba saja seorang petugas mendekati saya, sambil membungkuk sopan menyilangkan tangannya sambil berucap sesuatu dalam bahasa Jepang. Saya melihat arloji dan waktu memang sudah menunjukan sekitar pukul 16.30 Waktu Tokyo. Mungkin museum sudah ditutup.
Saya kemudian melihat-lihat informasi di dinding yang menggambarkan lagi foto-foto makam Asano Naganori, istrinya, makam Oishi dan juga anaknya Chikara, serta deretan makam para ronin.  Â
Setiap perjalanan memang mengandung misteri dan kisahnya tersendiri. Kadang-kadang kita sendiri tidak tahu apa yang akan kita alami dan temukan. Dan di Kuil Sengakuji ini saya menemukan bukti nyata semangat bushido para samurai yang dengan tulus telah mengorbankan jiwa demi kesetiaan kepada sang tuan.  Â
Sekali lagi, hidup memang sebuah perjalanan!
Tokyo, Akhir Juli 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H