Sebuah berita duka melalui telpon genggam membangunkan saya daritidur yang tidak nyenyak. Setelah sekitar 10 hari dirawat di Rumah Sakit CiptoMangunkusumo , Prof Dr Santoso Cornain, guru besar fakultas kedokteran Universitas Indonesia menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 00.45 WIB pada12 Juli 2016 dini hari. Hidup, mati, dan jalan hidup memang merupakanmisteri, masih terbayang pertemuan terakhir dengan beliau pada kesempatan menjenguk beberapa hari setelah Lebaran . Senyum nya yang khas penuh damai masih terbayang di kepala .
Memasuki aula, ruangan sudah ramai dengan pelayat yangkebanyakan civitas akademika FKUI ,baik dosen , mahasiswa, dan juga para professor. Selain itu juga kerabat dankeluarga almarhum Prof Santoso. Sambilmenunggu upacara saya sempatkan meihat-lihat pojok pojok ruangan ini.
“Ter herinerring aan Dr. Joh. Noodrhoek Hegt geboren 10 Mrt 1866Batavia Overleden 30 Sept 1915 Den Haag Directeur der STOVIA van 9 Nov 1908 tot28 Feb 1915”, demikian nukilan prasati berwarna keemasan yang ada didinding. Prasasti ini dibuat untukmengenang Drektur STOVIA sejak 1908 sampai 1915 yang lahir di Batavia pada 1866dan meninggal di Den Haag pada 1915. Di tempat lain juga ada sebuah prasasti yang disebut sebgagi “Gedenksteen”atau batu peringatan yang diletakan oleh “Gravin Van Limburg Stirum" pada 26Agustus 1916. Sementara di sebuahprasasti peringatan 23 tahun Tritura 10 Januari 1966-1989 juga terpampang didinding.
“Di kampus ini
Telah dipahatkan
Kemerdekaan