“Ini adalah destnasi terahir jalan-jalan kita hari ini”, jelas Adep dari Sahabat Museum yang menyelenggarakan Plesiran Tempo Doeloe ke Masjid-masjid ibu kota di Bulan Ramadhan ini. Hujan pun akhirnya usai ketika bus mendekati kawasan Rawamangun dan kemudian masuk ke Jalan Jatinegara Kaum. Waktu sekitar pukul 17.10 menit. Ada waktu sekitar 40 menit sebelum azan magrib untuk melihat masjid dan makam yang ad disini.
img-5123-5778ca86149373e507946109.png
“
Masjid Jami Assalafiyah dibangun tahun 1620 M di Jatinegara Kaum oleh Pangeran Jayakarta (Achmad Jaketra) untuk menyebarkan agama Islam dan menyusun startegi melawan penjajah Belanda” , demikian tertulis pada prasassti marmer yang ada di sebelah kanan pintu gerbang, sementara di sebelah kirinya juga ada prasasti lain dengan tulisan “
Kompleks Makam Pangeran Jayakarta di bangun tahun 1640 di Jatinegara Kaum”
fullsizerender-1-5778ca91f97a610e08e81d50.png
Kami kemudian masuk ke beranda masjid. Keramik marmer warna putih dan dinding warna putih sangat dominan. Sementara Jendela besar dengan lengkungan berbentuk lingkaran dan tralis berhiaskan tulisan Allah dan Muhammad ada di samping kiri beranda masjid.
fullsizerender-2-5778caa0f97a61cf07e81d52.png
Di pojok beranda sebelum masuk ke ruang utama masjid , terdapat sebuah beduk besar yang terlihat usianya sudah cukup tua. Sejenak mengintip ke dalam , terlihat ruang utama masjid dengan hamparan karpet berwarna hijau, dan tiang-tiang. Dikejauhan terlihat mimbar yang terbuat dari kayu berukir warna coklat tua.
fullsizerender-4-5778cab4eaafbdd1046ea14d.png
Namun , daya tarik utama tempat ini bukanlah masjidnya, melainkan lebih ke kompleks makam yang ada di samping masjid. Di bawah naungan sebuah pohon besar yang terlihat sudah berusia ratusan tahun, ada sebuah cungkup makam dan beberapa pusara di dalamnya. Sebuah papan peringatan dari Dinas Museum dan Sejarah Pemda DKI juga ada di depan cungkup.
image-2-5778cac9f97a61db08e81d29.png
Ada beberapa prasasti yang ada di sekitar makam. Yang paling tua masih bertulisakan ejaan lama bertanggal 22 Juni 1968 dalam rangka HUT DKI ke 441 dan mengemban nama Ali Sadikin. Lalu ada prasasti dari tahun 1982 dengan nama Soeprapto dkk. Lalu sebuah prasasti dari loga yang dipersembahkan oleh Kodam V bertanggal 24 Desember 2003 dan ditandatangani Djoko Santoso.
img-5070-1-5778cadef97a614c07e81d7a.png
Ada bebeapa pusara di dalam cungkup. Selain Pangeran Jayakarta ada juga pusara Pangeran Sageri, Pangeran Soerja , dan Ratu Pariah yang merupakan putri Pangeran Sanghiyang. Hamparan sajadah berwarna hijau juga ada di lantai keramik di sekitar pusara. Mungkin dijadikan tempat untuk berdoa bagi mereka yang ingin berziarah. Selain pusara di dalam cungkup, terdapat ratusan makam yang berderet bersaf-saf di dalam kompleks pemakaman yang luasnya sekitar 3000 meter persegi. Tidak jauh kelihatan kali yang meliuk-liuk membelah kota Jakarta dan terus mengalir ke utara ke arah Teluk Jakarta.
img-5066-1-5778caff3a7b61d304a504ff.png
Pangeran Jayakarta atau Achmad Jaketra ini merupakan penguasa Sunda Kelapa sebelum dikalahkan VOC pada 31 Mei 1619. Beliau akhirnya berpindah ke kawasan yang dinamakan Jatinegara yang berarti Negara Sejati. Menurut cerita, makam ini sendiri sempat dirahasiakan sampai lebih dari 300 tahun dan baru diungkapkan ke umum pada tahun 1950 an. Syahdan hal ini dilakukan untuk menghindari kejaran Belanda.
Namun, ternyata ada beberapa versi tentang siapa sesungguhnya yang dimakamkan disini. Ada informasi yang mengatakan bahwa Pangeran Jayakarta yang asli dimakamkan di Tanara, yaitu di daerah Banten, sedangkan yang dimakamkan disini adalah salah seorang ningrat yang berasal dari Cirebon.
img-5064-5778cb10927e618b1d2b6af5.png
Terlepas dari segala kontroversial itu. Yang paling menarik dari tempa tini adalah bukti prasasti dan juga foto-foto yang dipamerkan di beranda. Selain masyarakat umum, makam ini juga sering didatangi oleh para pejabat dan selebriti. Hampir setiap gubernur DKI Jakarta sejak Bang Ali Sadikin sampai Jokowi dipastikan pernah ziarah menyambangi makam Pangeran Jayakarta. Pada foto-foto itu, juga terlihat Wakil Gubernur saat ini yaitu Djarot Hidayat dan bahkan pedangdut kondang Rhoma Irama.
image-1-5778cb273a7b617a04a50515.png
Sayangnya , tidak ada foto Gubernur Basuki T. Purnama. Singkatnya , kalau ziarah kesini wajib hukumnya bagi gubernur DKI, hanya Ahok yang berani absen. Atau dengan kata yang lebih sopan bisa juga disimpulkan bahwa karena sesuatu hal yang kita tidak ketahui, Ahok takut ziarah ke makam Pangeran Jayakarta!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya