Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ketika Tengkorak dan Tulang-tulang Bisa Bicara

9 Juni 2016   09:01 Diperbarui: 9 Juni 2016   17:34 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

032-5758de6d4df9fd3e0eb37558.jpg
032-5758de6d4df9fd3e0eb37558.jpg
Yang lebih menarik lagi adalah reruntuhan  pusara atau batu nisan kuburan cina yang memang sudah ada di tempat ini sebelum terjadinya pembantaian.  Di salah satu kuburan massal yang sekarang dinaungi atap dan dikelilingi pagar bambu tertulis “Mass Grave  of 450 victims”.  Di tengah-tengah terdapat hamparan tanah dengan  lembaran uang Rial (mata uang Kamboja) dan juga dedaunan. Mungki n sengaja dilemparkan pengunjung sebagai sesembahan. Sementara di sebelahnya terdapat foto situasi pada 1980 ketika kuburan massal 450 orang ini digali. Terlihat tumpukan tengkorak  dan tulang-belulang berserakan  sampai membentuk bukit kecil.

034-5758de8dc222bd2c05c01ba1.png
034-5758de8dc222bd2c05c01ba1.png
Perjalanan di  tempat yang mengerikan ini dilanjutkan ke lokas  dimana alat-alat yang digunakan untuk mengeksekusi korban disimpan. Disebutkan bahwa untuk menghemat biaya mereka umumnya tidak dibunuh dengan peluru melainkan menggunakan alat-alat  benda tumpul dan tajam seperti belenggu, cangkul, pisau, kapak dan lain lain.   Tidak jauh dari temapat penyimpanan ini juga ada lagi kuburan massal 166 korban yang diketemukan tanpa kepala.  Mengerikan sekali!

035-5758dea64df9fd510eb3754f.png
035-5758dea64df9fd510eb3754f.png
Bukan hanya kuburan massal, bahan pepohonan di sini juga menjadi saksi kekejaman rejim PolPot yang menganut ideologi komunis itu. Sebuah pohon besar yang dinamakan “Magic Tree” dulunya digunakan sebagai tempat menggantung loud speaker besar yang mengeluarkan bunyi-bunyian keras sehingga jeritan dan tangisan para korban tidak terdengar.

049-5759461f1dafbdfc077c917d.png
049-5759461f1dafbdfc077c917d.png
“Please dont walk through the mass grave”, demikan salah satu papan peringatan dipasang untuk mencegah pengunjung  berjalan di tempat itu. Juga ada peringatan berbunyi “dont step on bones”.  Walaupun pada pandangan pertama agak sulit menemukan tulang-tulang ternyata setelah diperhatikan lebih seksama masih banyak sisa-sia tulang belulang manusia yang dibiarkan berserakan begitu saja di kuburan massal ini.

045-5758deedd37a619404a34a67.png
045-5758deedd37a619404a34a67.png
Kalau tadi ada pohon ajaib atau magic tree, maka ada juga pohon lain yang dinamakan Pohon Pembunuh atau Killing Tree.  Di pohon inilah bayi dan anak-anak dibenturkan kepalanya sehingga langsung meinggal. Kita tidak tahu berapa puluh atau ratus anak dan bayi yang menemui ajalnya di pohon ini? Betapa manusia bisa begitu kejam? Sekarang di tempat ini digantungkan gelang-gelang warna-warni dari kain yang digunakan sebagai peringatan terhadap  korban yang tewas di sini.

img-8300-5758df07f97a61db067d7210.png
img-8300-5758df07f97a61db067d7210.png
Masih belum puas melihat bukti dan tempat-tempat yang menjadi saksi kekejaman rejim Polpot, kami melangkah ke museum yang  dimana dipamerkan benda-benda seperti pakaian seragam pasukan Polpot berupa baju dan celana komprang warna hitam-hitam lengkap dengan pengikat kepala yang khas kotak-kotak warna merah putih. Persis seperti yang disaksikan dalam film The Killing Field yang ditonton pada tahun 1985 lalu.  Selain itu ada juga lukisan-lukisan yang menggambarkan situasi mengerikan dalam peridoe paling gelap dalam sejarah Kamboja,

img-8312-5758df1c989373780b8ddc6a.png
img-8312-5758df1c989373780b8ddc6a.png
Lelah sudah kaki berjalan, namun  jiwa jauh lebih  lelah sekaligus  sadar bahwa suatu bangsa yang terkenal ramah seperti Kamboja juga bisa berubah menjadi sangat kejam bahkan terhadap sesama anak bangsa. Saya mampir ke sebuah warung kecil dan menikmati segarnya air kelapa yang dijual seharga 1 USD. 

img-8311-5758df374df9fd560eb3754c.png
img-8311-5758df374df9fd560eb3754c.png
Di dekatnya ada toko souvenir dimana dijual berbagai jenis cendra mata termasuk lukisan-lukisan pemandangan Kamboja yang indah.  Dan setelah itu kita kembali ke tempat membeli tiket untuk mengembalikan headset Audio Tour sambil membayangkan betapa dalam waktu sekitar empat tahun lebih dari 2 juta rakyat  tewas menjadi korban kekejaman rezim Pol Pot. Di Choeng Ek saja diketemukan 129 kuburan massal dimana sampai akhir 1980 , 86 kuburan massal sudah digaii dan diketemukan sekitar hampir 9000 mayat. 

050-5758df62957e613e2076e422.jpg
050-5758df62957e613e2076e422.jpg
Di dalam tuk tuk yang membawa saya ke pusat kota Phnom Pehn saya tertegun, merenung, dan berharap  semoga tidak ada lagi kejahatan terhadap kemanusiaan yang terjadi di Kamboja atau pun di negri lain di muka bumi ini. Semoga arwah yang dibantai di Choeng Ek dapat bersitirahat dalam damai. Tengkorak dan tulang belulang disimpan di Choek Ek memang bisa bicara. Atas nama kemanusiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun