Makam ini memang menjalani sejarah yang panjang dan menurut sejarawan Perancis Denys Lombard dan Claudine Salmon merupakan makam etnis Cina paling tua yang pernah diketemukan di Indonesia. Setelah terakhir direnovasi pada 1929, dan makin banyaknya penduduk kota Jakarta, maka lahan makam kemudian sedikit demi sedikit berubah fungsi menjadi rumah-rumah penduduk yang padat.
Menurut gambar di “Buku Kisah SBK” karya sejarawan Belanda B. Hoetink pada tahun 1920, selain makam SBK ada tujuh makam kerabat, sekarang hanya tingggal satu makam saja selain makam SBK dan ada di halaman rumah penduduk. Uniknya sebelum dipugar terakhir pada 2008, makam ini sendiri sudah berada di dalam rumah seperti nampak pada foto yang ada di dalam buku. Dan di atas makam sudah dijadikan tempat kos-kosan. Akhirnya setelah pemugaran maka makam ini kembali dapat melihat langit.
Sssst! Ternyata Ada Presiden Indonesia yang Keturunan Cina?
Di belakang makam terdapat sedikit ruangan yang cukup luas berlatar belakang deretan pohon bambu. Juga ada sebuah pengumuman tentang tata terbib berziarah. Dijelaskan bahwa situs makam SBK adalah salah satu situs bersejarah di Jakarta dan sekarang dikelola oleh Yayasana Kapiten SBK yang beralamat di Jl Kebon Jeruk XV No 13 Jakarta Barat.
Sssst! Ternyata Ada Presiden Indonesia yang Keturunan Cina?
Sambil sejenak merenung di tepi makam, Adep dan Pak Wisnu bercerita tentang riwayat sang kapiten dan kisah makamnya yang sempat hilang, diketemukan, dan kemudian tersembunyi di dalam padatnya perumahan kota Jakarta. Pak Wisnu sendiri kemudian bercerita bahwa dia pun mungkin masih keturunan yang ke sekian dari kapiten SBK. “
Nama Saya Souw Sei Hin”, tukasnya sambil tersenyum.
Tidak banyak orang etnis Cina di Indonesia yang memiliki marga Souw, yang lebih rekenalkan marga Lim seperti Lim Soei Liong dan Lim Swi King?” tambahnya lagi.
Sssst! Ternyata Ada Presiden Indonesia yang Keturunan Cina?
“Tetapi Orang marga Souw di Indonesia banyak yang berhasil menjadi orang penting. Presiden kita pun banyak yang memiliki marga Souw. Contohnya Soe Kar No, Soe Har To dan Soe Si Lo,” tambahnya lagi seraya berjalan perlahan meninggalkan makam.
Sambil tersenyum sendiri saya pun kemudian mengikuti rombongan meninggalkan makam SBK untuk melanjutkan perjalanan di Jacatraweg. Berjalan sambil napaktilas sejarah kota Jakarta yang panjang, berliku dan menakjubkan serta penuh kejutan yang mempesona.
Jakarta, Akhir Mei 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya