Gembok kemudian terbuka. Dengan langkah-langkah kecil, bagian dalam makam pun dimasuki. Segera terlihat puluhan pusara yang terlihat tua dan sederhana, namun terawat rapih dan bersih. Selain di ruangan terbuka , ada juga yang dinaungi bangsal-bangsal sederhana.Namun tujuan utama berziarah adalah sebuah bangunan yang cukup megah dan dinamakan “
Bangsal Prabayaksa” dimana di dalamnya ada 72 pusara yang terbuat dari marmer . DI dalam bangunan utama inilah para raja-raja Mataram disemayamkan seperti Ki Ageng Pamanahan, Panembahan Senopati, Hamengku Buwono II, Paku Alam I, II,III, dan IV, serta para keluarganya.
Di depan bangsal Prabayaksa ini terdapat sebuah prasasti bertulisakan aksara Jawa. Sayangnya saya tidak dapat membacanya. Dan kembali ada sebuah pintu besar yang tertutup rapat dengan gembok. Pintuiniterlihat indah dengan ukira-ukiran yang detail.
“Monggo”, demikian ucap pak pemandu mempersilahkan masuk ke dalam bangsal. Dan di dalam sini saya terkesima. Puluhan makam berderet bersaf-saf dengan jarak antara satu makam dengan makam lainnya hanya cukup untuk satu orang berjalan sambil memiringkan tubuh.
Di bagian yang agak tinggi terdapat sebuah makam yang dihiasi dengan kain dan juga untaian bunga tujuh rupa. Selain itu, hamparan bebungaan juga tersebar di atas pusara, “
Ini Makam Ki Ageng Pamanahan”, kata pak pemandu dalam bahasa Jawa Kromo Inggil. Setelah cukup lama berjalan, sekaranglah waktu sejenak untuk mengadahkan tangan dan menundukkan kepala. “
Cekap?”, tanya bapak itu lagi dan kemudin mennunjukan ke pusara yang tidak jauh dari makam Ki Ageng Pamanahan. “
Ini Panembahan Senopati” katanya lagi sambil meminta kami untuk duduk sebentar di hadapan makam.
Dari makam Panembahan Senopati, masih juga kami ditunjukan beberapa makam raja-raja yang lainnya sebelum akhirnya meninggalkan Bangsal Prabayasa ini. Ketika sampai di halaman, terlihat beberapa orang penziarah lain yang juga sudah siap menanti giliran untuk masuk ke dalam bangsal.Pengalaman sejenak berziarah ke makam raja-raja Mataram yang selama ini hanya dikenal di buku-buku sejaranh memang memberikan suatu pengalamana tersendiri.
Suasana misteri bercampur dengan rasa ingin tahu dan penasaran. Ada gairah tersendiri yang khas dan unik. Apalagi dengan berpakaian adat Jawa. Dengan pakaian itu, Kita merasa telah menjadi Jawa dan mendapatkan kunci menuju makam para raja Mataram ini.
Kesunyian dan suasana yang sakral membuat perjalanan ini menjelma menjadi sebuah pengembaraan yang memperkaya jiwa. Mengembara ke makam para raja, yang mengingatkan bahwa semua orang baik raja maupun rakyat jelata pasti akan mati. Dan ketika meninggalkan kompleks ini terlihatlah pohon beringin raksasa tua di tempat parkir yang bernama
Wringin Sepuh.foto-foto : dokumen pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya