[caption caption="daxi visitor center"][/caption]Perjalanan mengembara ke tempat-tempat baru di negri asing nun jauh memang mengasyikan. Selain memperkaya jiwa, dia juga bisa memperkaya batin dengan kejutan-kejutan yang nikmat. Dan ini terbukti dalam kembara makam kali ini di kawasan Daxi, yang terletak di Taoyuan, tidak terlalu jauh dari ibu kota Taipei.
Selepas terkepung oleh ratusan patung aneka warna, ukuran, dan posisi milik Chiang Kai Shek di Cihu Memorial Sculpture Park, dengan shuttle bus yang sama saya menuju ke perhentian Daxi Mausoleum. Jaraknya tidak terlalu jauh, hanya sekitar 2 kilomter saja dan ditempuh dalam waktu sekitar 3 menit.
[caption caption="halte shuttel bus"]
[/caption]Ketika turun sang supir berkata
“Liang tien san shi san”, sambil menunjuk ke jam yang ada di dashboard. Maksudnya bus berikut akan mampir disini pada jam 2.33 siang. Sedangkan waktu sekarang adalah pukul 1.33 siang. Lumayan , saya punya waktu satu jam untuk mengembara di mausoleum
Chiang Ching Kuo, yang merupakan Presiden Taiwan tiga tahun setelah mangkatnya sang jendral Ciang Kai Shek pada 1975. Kebetulan Chiang Ching Kuo in juga putra yang memang sejak dini dipersiapkan untuk menggantikan CKS.
[caption caption="petunjuk arah"]
[/caption]Turun dari bus. Saya langsung melihat ke papan petunjuk ke arah Daxi Mausoleum dimana jenazah sang presiden disemayamkan. Di depan pintu gerbang tertulis angka 08.00-17.00 yang menunjukan waktu buka mausoleum ini. Berjalan sekitar 150 meter dari halte bus saya memasuki pintu gerbang dan kemudian jalan beraspal menuju mausoleum. Kebetulan suasana saat itu sedang sepi. Tidak ada seorang pun wisatawan yang berkunjung. Dan kebetulan pula sedang diadakan acara
“Changing of the Guards” yang sama persis dengan yang saya tonton di Cihu Mausoleum.
[caption caption="changing of the guards"]
[/caption]Saya pun dapat dengan puas dan leluasa menyaksikan pertunjukan ini. Seakan-akan menjadi tamu VIP. Ketika upacara hampir selesai, barulah serombongan turis yang baru turun dari u menyerbu ke halaman mausoleum. Melihat ributnya mereka berceloteh satu sama lain, kemungkinan besar berasal dari dartan Cina. Mereka sibuk berfoto dan membuat video, sementara saya mulai mundur kebelakang menanti upacara selesai. Mirip dengan di Cihu mausoleum, wisatawan kemudian dipersilahkan masuk setelah upacara usai. Melalui pintu utama ke gedung yang dicat dengan warna biru muda. Lay out dan tata letak mausoleum ini sangat mirip dengan mausoleum sang ayah.
[caption caption="Chiang Ching kuo memorial Room"]
[/caption]Sebelum ke beranda dimana sarkofagus disemayamkan, ada sebuah ruang bekas kamar kerja Chiang Ching Kuo dan dinamakan “
The late President CCK Memorial Room”. Isinya perabotan dan benda-benda pribadi sang mantan presiden. Ada sebuah meja kerja lengkap dengan alat tulis dan juga dua bendera
“Matahari Putih, Langit Biru, Dan Bumi Merah” yang mengapit foto presiden Chinag Kai Shek, dan juga foto-foto lawas keluarga Chiang.
[caption caption="CKS dan bendera Taiwan"]
[/caption]Sama seperti di Cihu, sebuah papan juga meminta pengunjung untuk membungkuk atau menunjukan rasa hormat kepada potret sang mantan Presiden yang dipajang di belakang peti batu. Kali ini, sebagian besar pengunjung lebih patuh membungkuk di depan peti mati. Sarkofagusnya juga terbuat dari marmer berwarna hitam. Sebuah foto CCK diapit sepasang lampu ada di belakangnya dan dua buah salib dari bunga berwarna putih ada di depan dan samping peti mati batu. Tidak ada bendera Taiwan disini.
[caption caption="sarkofagus CCK"]
[/caption]
[caption caption="membungkuk di depan peti mati"]
[/caption]Selepas mengunjungi mausoleum, masih ada waktu sekitar setengah jam untuk mampir ke “
Daxi Visitor Centre yang ada persis di dekat halte bus. Gedungnya cukup megah dan luas, bahkan lebih besar dari Cihu visitor Centre. Berlantai dua dan terkesan lebih modern. Di lantai bawah ada seorang resepsionis wanita berumur 50 tahunan yang tetap duduk santai sambil membaca buku.
[caption caption="cross island highway"]
[/caption]Di lantai satu ini, terdapat foto-foto mengenai obyek
wisata alam yang ada di sekitar Daxi. Juga informasi mengenai Daxi Old Town. Pun dipajang keindahan flora dan fauna yang menjadi kebanggan kawasan itu. Akan tetapi yang paling menarik adalah foto-foto yang dipamerkan di lantai dua. Pertama-tama, kita disuguhkan dengan keindahan alam dan hijaunya koridor yang ada di “
Nothern Cross Island Highway”, yang merupakan jalan raya yang membenatang dari timur ke barat di sebelah utara pulau yang dijuliki Formosa ini.
[caption caption="childhood "]
[/caption]Tema utama pameran di lantai dua ini adalah
“Facts and information about the Life of Chiang Ching Kuo”. Sebuah gambar besar berisikan foto-foto CCK baik semasa kecil d pangkuan sang nenek, sampai dengan foto masa remaja dan dewasa di Russia, dan juga setelah masa tua ketika menjabat presiden ada gambar pembuka ini. Di sebelahnya diceritakan mengenai masa kecil CCK dengan tajuk “
Childhood in the Town of Xikou”.
Di sini diceritakan bahwa CCK dilahirkan dengan nama Jian Feng di kota kecil Xikou, di Feng Hua, Propinsi Zhejiang pada tanggal 18 bulan 3 menurut penanggalan Cina atau 27 April 1910. Masa kecilnya dilewatkan dalam asuhan kedua neneknya yaitu Madame Wang dan madame Mao. Hal ini dikarenakan ayahnya sangat sibuk dengan urusan kenegaraan. Pendidikan dasar dan menengah dilalui di Wushan dan Shanghai, dan pada usia 16 tahun CCK kemudian mendaftar ke Moscow Sun Yat Sen University di ibukota Sovyet.
[caption caption="far north"]
[/caption]Gambar berikut menceritakan tentang kehidupannya di “
far north”, yaitu ketika menuntut ilmu di Russia. Dikisahkan dia berangkat ke Russia pada usia belia di pertengahan tahun 1925 dan belajar di
Moscow Sun Yat Sen University. Karena prestasinya yang cemerlang CKC akhirnya bisa masuk ke sekolah bergengsi
Military and Political Institute di Leningrad . Politik pun berubah, hubungan mesra antara Chiang Kai Shek dan Sovyet berakhir karena memanasnya hubungan antara kaum nasionalis dan komunis di Cina, CCK akhirnya di”tangkap” dan kemudian seakan-akan dibuang ke Siberia..
[caption caption="tulisan tangan CCK"]
[/caption]Ketika bekerja di Ural Heavy Machinery Plant di Yekatarinburg inilah dia bertemu dan menikah dengan gadis asal Belarus atau Russia Putih yang bernama
Faina Ipat’evna Vakhreva , Baru pada tahun 1937 CCK diijinkan pulang ke Cina bersama istrinya yang kemudian mengganti namanya dengan
Chiang Fang Liang. Dua belas tahun di Russia ini merupakan periode terberat dalam kehidupan CCK yang memberinya pengalaman berharga atas penderitaan manusia.
[caption caption="Nikolai Vladimirovich Yelezarov & Chinag Fang Liang"]
[/caption]Di sini juga dipamerkan tulisan tangan CCK dalam bahasa russia dan di sebelahnya ada sebuah foto dari tahun 1935 ketika CKC, yang memliki nama Russia
Nikolay Vladimirovich Yelizarovbersama teman-teman sedang berpergian di Siberia. Mereka ahirnya dikarunia seporang putra yang lahir di Russia dan dinamakan Hsiao Wen.
Perjalanan memang bisa menyingkap fakta yang unik, Siapa sangka bahwa Taiwan pernah mempunyai residen bernama Nikolai Vladimirovich Yelezarov dan istrinya ternyata seorang wanita berkulit putih yang bernama Chiang Fang Liang. Orang Cina bernama Russia dan orang Russia bernama Cina!
Daxi, Taiwan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya