[caption caption="dokpri"]
[/caption]
Saya kemudian berjalan di lorong utama pekuburan yang dikedua sisinya dinaungi pohon-pohon kamboja yang cukup rindang. Sementara ratusan makam tua dalam berbagai bentuk tersebar secara acak di kompleks pemakaman ini. Sebagian besar nisan terbuat dari batu pasir, marmer, maupun granit. Bentuk nisan juga bermacam-macam, ada yang sederhana dengan bentuk segi empat , ada juga yang berbentu tugu,, dan bahkan berbentuk rumah-rumahan .
[caption caption="dokpri"]
[/caption]
Disini, juga dimakamkan Captain Sir Francis Light, yang merupakan pendiri Pulau Pinang atau juga kota George Town, beserta beberapa orang gubernur seperti Philip Dundas, Sir William Petrie dan Kolonel John Alexander Bannerman. Selain itu ada juga makam James Richardson Logan, yang konon mempopulerkan nama Indonesia pada masa kolonial dahulu. “Beneath this stone lie the remains of Francis Light Esq who first estabilhed this island as a British settkement Died 21st October 1794”, demikian tertera pada nisan yang sederhana berbentuk empat persegi panjang. Di atas pusara ini, terlihat bertebaran dedaunan yang sudah menguning.
[caption caption="dokpri"]
[/caption]
[caption caption="dokpri"]
[/caption]
Saya terus berjalan, melihat-lihat berbagai makam . Kalau diperhatikan usia mereka yang meninggal, cukup banyak yang meninggal di usia muda bahkan masih dibawah 30 tahun saja. Salah satunya adalah batu nisan dengan nama Edmund Gerald Colclough Lowder, yang meninggal pada usia 23 tahun pada 12 Februari 1830. “Absent from the body, present with the Lord”, demikian kata mutiara yang tertukir pada nisan yang sederhana ini. Konon, hal ini karena dimasa itu banyak sekali penyakit tropis yang cukup mematikan buat pendatang dari Eropa.
[caption caption="dokpri"]
[/caption]
Sementara itu, salah seorang gubernur Penang, yaitu William Petrie, beruntung memiliki nisan yang cukup megah dan besar lengkap dengan plakat yang menceritakan kilasan riwayat hidupnya . Diceritakan bahwa sang gubernur telah bertugas lebih dari 51 tahun di East India Company dan meninggal pada 27 Oktober 1816 sebagai gubernur Prince of Wales Island. Demikianlah nama Pulau Pinang pada saat itu.
[caption caption="dokpri"]
[/caption]
Yang menarik lagi saya juga menemukan beberapa makam dengan aksara cina yang menurut parasasti merupakan beberapa dari Etnis Hakka yang beragama kristen dan juga kebetulan pengungsi dari daratan Cina ketika terjadi pergolakan pemberontakan Taiping pada tahun 1850-1864.
[caption caption="dokpri"]
[/caption]
Selama perjalanan ini hampir tidak ada pengunjung lain yang ditemukan kecuali seorang tunawisma yang kemungkinan besar memang tinggal di salah satu nisan tua di pemakaman ini. Sampai di ujung saya tiba di tembok yang memisahkan kuburan ini dengan kuburan Katolik yang ada di sebelahnya.
Setelah hampir satu jam berkelana di dunia orang mati di pemakamam tua di George Town yang terletak di Jalan Jutawan ini, saya pun meninggalkan tempat ini untuk kembali ke dunia nyata. Dunia orang hidup yang penuh dengan suka cita di kota warisan dunia George Town.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!