Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengintip LGBT di Parc du Cinquantanaire di Brussel

21 Februari 2016   10:42 Diperbarui: 21 Februari 2016   11:15 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dok. Pribadi"]

[/caption]Brussel, sebagai ibu kota Royaume de Belgique atau Kerajaan Belgia yang sekaligus berfungsi ganda sebagai ibukota Uni Eropa memang merupakan kota yang selalu menarik untuk dikunjungi. Dan salah satu tempat yang tidak pernah bosan saya kunjungi setiap kali mampir ke Brussel adalah Parc du Cinquantenaire yang kadang-kadang diterjemahkan menjadi Jubilee Park.

Dari pusat kota saya naik metro line line 5 dari Stasiun De Brouckere menuju stasiun Schuman. Suasana di dalam kereta api di bawah tanah cukup ramai, termasuk ada jga yang mengamen dengan akordeon dan unik nya menyanyikan lagu-lagu kasidahan . Tidak salah kalau Brussel memang dinobatkan sebagai ibukota Islam di benua biru, Eropa.

Dari Stasiun Schuman saya berjalankaki dengan santai menuju Taman yang dibangun untuk memperingati kemerdekaan Belgia pada tahun 1880. Maka tidaklah salah kalau taman ini disebut Parc du Cincuantenaire atau Taman Ulang Tahun Emas. Taman yang luasnya sekitar 30 hektar ini memang menjadi tempat yang baik untuk bersantai sekali gus salah satu paru-paru di bagian Timur Kota Brussell.

Walau sudah beberapa kali ke taman ini, tujuan pertama kali ini adalah melihat lebih dekat patung dada Robert Schuman. Beliau yang namanya diabadikan menjadi nama salah satu stasiun Metro di dekat taman ini ternyata merupakan orang Perancis kelahiran Luxemburg yang pernah menjabat sebagai Perdana Menrti Perancis di tahun 1940an. Di bawah patung dadanya tertulis tahun 1886-1963 dan beliau juga dianggap sebagai orang yang berjasa sebagai salah satu pendiri Uni Eropa.

Saya terus berjalan ke di taman yang hijau dengan pepohonan yang sebagian besar daunnya masih enggan muncul. Maklum, musim dingin baru saja berlalu sementara musim semi belum lagi datang . Di kejauhan terlihat Pintu Gerbang Raksasa yang disebut Arch yang menurut cerita walaupun direncana untuk selesi pada World Exhibition Tahun 1880, belum juga selesai bahkan saat Brussel International Exposition pada 1897. Pintu Gerbang yang terbagi dari tiga bagian utama ini akhirnya selesai dibangun pada 1905 pada saat hari Ulang Tahun Belgia yang ke 75.

Salah satu sebab mengapa saya suka ke taman ini adalah karena adanya Masjid Tertua di Belgia yang berada di pojok barat laut taman ini. Nama resminya Centre Islamique et Culturel de Belgique dan sering juga disebut Great Mosque of Brussel. Dari kejauhan, saya tetap dapat mengagumi keindahannaya. Aplaagi kalau dilihat dibalik pepohonan tanpa daun. Bangunan yang pertama kali dibangun besamaan dengan Taman ini pada 1880 digunakan sebagai “Oriental Pavilion” dan baru digunakan sebagai tempat ibadah pada 1967 ketika Raja Faisal berkunjung Ke Belgia dan bertemu dengan Raja Baudouin.

Perjalanan di Parc du Cinquntanaire belum selesai. Di sini banyak sekali kursi-kursi yang nyaman untuk sekedar duduk menikmati keindahan serta udara yang bersih dan segar. Di salah satu kursi, nampak sepasang anak muda sedang duduk. Sekilas mereka berasal dari etnis timur tengah dimana sang pria mengenakan jaket coklat tua dan sang wanita mengenakan jilbab berwarna putih. Di tangannya ada sebuah buku besar. Barangkali sepasang mahasiswa yang kebetulan sedang ngobrol santai saja.

Saya terus berjalan menuju bagian taman di dekat pintu gerbang utama. Di sini juga banyak terdapat kursi dari kayu yang diplitur warna coklat tua. Saya duduk di salah satu kursi sambil memperhatikan keadaan sekitar. Rumput hijau serta pepohonan tanpa daun dan juga orang-orang yang lalu lalang. Secara tidak sengaja beberapa puluh meter di hadapan saya ada dua orang pemuda yang juga sedang duduk di kursi taman. Sekilas keduanya berusia sekitar 20 tahunan.

Keduanya memakai pakaian yang hampir mirip. Topi hitam, jaket kulit hitam, celana jean, serta sepatu boot yang juga warna hitam. Yang membedakan dengan jelas hanyalah warna kulitnya yang satu jelas berkulit puti ras Kaukasus sedangkan yang satunya terlihat berkulit hitam. Di Brussel memang banyak etnis keturuna Afrika yang telah lama menetap disini. Yang sedikit aneh adalah salah satunya kemudian duduk di panguan yang lain dan tanpa malu-malu mulai bermesraan. Selanjutknya disensor yah.!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun