Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Brussel, Ibu Kota Islam Benua Eropa

16 Februari 2016   23:30 Diperbarui: 17 Februari 2016   10:57 1445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang itu, setelah sebelumnya sempat berkunjung kembali ke masjid dengan halamam terluas di dunia yang memiliki nama resmi “Centre Islamique et Culturel de Belgique”. Saya sempatkan sejenak berjalan-jalan ke pusat kota Brussel dan menikmati keindahan “Grand Palace” dan kawasan sekitarnya dimana daerah ini memang menjadi tujuan wisata utama di ibukota Belgia yang sekaligus memiliki statsus sebagai ibukota Uni Eropa itu.

Bosan dengan bangunan tua dan turis, maka kaki segera melangkah menuju ke stasiun metro “Bourse” dan kemudian naik tram line 3 yang kebetulan juga berjalan menerobos ruang-ruang bawah tanah dipusat kota Brussel. Dari sini tram tujuan Esplanade berjalan dua stasiun dimana kemudian saya turun di stasiun Rogier dan berganti tram line 25 tujuan Boondael Gare atau Boondaal Station. Semua nama tempat di Belgia memang ditulis dalam dua bahasa yaitu Belanda dan Perancis. Sementara saya sendiri lebih suka mengingat yang berbahasa Perancis.Setelah melewati Gare du Nord dan Thomas akhirnya saya memasuki kawasan Schaerbeek dan turun di halte Liedt. Disini tram sudah berjalan di atas permukaan tanah.

Suasana di kawasan Schaerbeek memang sedikit berbeda dengan di kawasan lain di Brusell. Cukup banyak wanita yang berbusana muslim, dan juga orang-orang etnis Afrika yang mungkin keturunan imigran seperti dari Maroko. Mesir dan negara Afrika Utara lainnya. Selain itu banyak juga restoran dan gerai makanan halal seperti Kebab dari Turki.

Saya berjalan dari halte menyusuri Avenue de la Reine dan kemudian belok kanan di Rue Verte. Hanya sekitar 50 meter dari belokan di sebelah kiri di antara gedung-gedung tua berlantai empat atau lima ada sebuah gedung dengan papan nama dalam huruf Hijaiyah “Masjid Al Ansar”, dibawahnya ada tulisan dalam Bahasa Perancis “Mosquee”.

Kalau saja tidak ada papan nama bergambar masjid model Turki berwarna hitam dengan latar belakang lembayung senja berona oranye kekuningan ini, pasti kita tidak tahu bahwa bangunan yang memiliki dua pintu berwarna puth dan selalu tertutup ini adalah sebuah masjid. Di pintu yang sebelah kiri, di bagian atasnya tertulis dalam Bahasa Perancis “Hommes” dan di bawahnya terjemahan Bahasa Arab Arrijal.

Ini dia barangkali pintu masuk untuk kaum pria. Sementara pintu sebelahnya tidak ada tulisan apa-apa. Dengan penuh rasa ingin tahu saya membuka pintu itu pelan-pelan dan ruangan yang agak temaram menyambut saya di dalam. Rupanya rak sepatu yang membentuk kotak-kotak kecil di sepanjang lorong yang mengantarkan kita ke tempat wudhu yang tampak terang diujung dengan pintu berwarna abu-abu yang separuh terbuka. Hamparan karpet merah menutupi sebagian lantai marmer yang berwarna coklat tua membuat saya merasa bagaikan seorang raja yang disambut oleh dengan segala upacara kebesaran.

Selesai wudhu, saya naik ke lantai atas melalui tangga yang setiap undakannya juga dilapisi karpet merah dengan pola yang sama seperti dilantai dasar tadi. Sebelumnya didinding sempat terlihat pengumuman dalam Bahasa Perancis dan Arab tentang “Celebration des Prieres” dan Le temps entre al-adhan et la priere” yang berarti waktu di antara Azan dan Sholat. Ternyata waktu yang paling lama adalah untuk sholat subuh yaitu 15menit, sementara untuk sholat fardhu lain hanya 10 menit. Tampak disini bahwa dalam Bahasa Perancis kata Sholat memiliki jenis muanats karena di terjemahkan dengan kata La Priere.

Memasuki ruang sholat, saya terpana dengan interior yang cukup mewah karena hampir seluruh dinding masjid dihiasi dengan keramik bermotif flora yang indah. Warnanya didominasi coklat tua dan muda dengan sedikit kombinasi putih dan hijau. Di bagian yang menghadap ke jalan raya ada sebuah pintu berwarna putihyang tertutup dan juga jendela besar yang tirainya terbuka. Cahaya dari luar ini menerangi sebagian besar ruangan sementara di langit langit tergantung beberapa lampu kristal yang indah. Keramik-keramik ini mengingatkan saya akan bangunan-bangunan di Maroko yaitu Marakesh.


Ada beberapa tiang besar di dalam ruangan yang juga dihiasi keramik yang sama, sementara seluruh lantai dilapisi karpet bermotif sajadah dengian hiasan floral berwana kombinasi hijau, coklat. Kuning, dan merah bata. Di sisi kanan ada sebuah mihrab yang menjorok dengan hiasan keramik yang sama dan sebuah mimbar dari marmer dengan tangga yang terlihat megah. Hanya ada sebuah jam yang menunjukan waktu-waktu sholat dan sticket bertempelkan gambar hand phone yang dicoret. Tidak ada lagi hiasan-hiasan lain di dalam ruang sholat yang sekilas sangat kental dengan suasana Maroko.


Tidak terlalu banyak jemaah yang ada di tempat ini, maklum, waktu menunjukan antara sholat Dzhuhur dan Ashar. Kebanyak jemaah yang saya jumpai kemungkinan besar berasal dari Afrika Utara. Selesai sholat disempatkan mencari inforamsi lebih banyak tentang kondisi umat Islam di Brussel. Ternyata di Brussel sendiri terdapat lebih dari 300 ribu muslim yang merupakan sekitar dari setengah jumlah penduduk muslim di Belgia.

Jumlah yang mencapai 300 ribuan ini ternyata ekuivalen dengan sekitar 25 persen penduduk ibu kota Kerajaan Belgia dan sekaligus mendudukan Brussel di peringkat pertama sebagai ibu kota di Eropa dengan jumlah presentasi penduduk muslim terbanyak. Walaupun secara angka mutlak jauh di bawah Moskwa yang mencapai sekitar 2 juta penduduk dari belasan juta penduduknya. Istanbul sendiri tidak boleh diperhitungkan karena kota ini, walau sebagian besar berada di Eropa tidak lagi memiliki status sebagai ibukota. Sementara Ankara sendiri jauh berada di Anatolia yang termasuk Benua Asia.


Ketika meninggalkan masjid ini, saya sempat melihat-lihat keadaan dan suasana di kawasan Schaebeek. Ada polisi berkuda yang sedang berpatroli di Jalan Brabant. Ada resto-resto halal dan kalau kita memandang ke sekitar, banyak sekali wanita yang berbusana muslimah dan juga pria dengan model pakaian dan penampilan yang menunjukan asal mereka yaitu Afrika Utara.


Menurut info , bahkan sudah ada beberapa orang dari Partai Islam yang berhasil terpilih menjadi anggota parlemen alias DPRDnya Kota Brussel. Mereka banyak mendapat suara dari kawasan yang berpenduduk muslim seperti di Molenbeek Saint Jean dan juga Anderlectht. “Ada beberapa hal yang ingin dicapai oleh mereka antara lain menjamin tersedianya makanan halal di kantin sekolah umum di Brussel, menjadikan hari raya Islam diakui sebagai hari libur, dan juga melegalisasikan pemakain hijab di tempat-tempat umum.

[caption caption="h"]


Perjalanan ke setiap tempat di pelosok dunia memang memberikan banyak pengalaman dan perasaan yang unik. Dan siapa sangka di ibukota Kerajaan Belgia dan Uni Eropa ini , saya mendapatkn fakta bahwa kota ini sudah menjelma menjadi Ibu Kota Islam di Eropa?

Hidup adalah sebuah perjalanan. Nikmati saja setiap kejuatannya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun