Festival Film Pendek Indonesia 2015 baru saja usai diselenggarakan di Galeri Indonesia Kaya Grand Indonesia pada 22 Januari 2016 lalu. Tempatnya asyik, di lantai 8 mal kelas atas, dan tentunya diselenggarakan oleh Kompas TV dengan mengundang sineas muda, media dan tidak lupa para komiker Kompasiana.
Berikut wawancara imajiner antara Saya dan Penulis:
Saya: Apa kesan anda setelah nonton partai puncak FFPI 2015 ini.?
Penulis: Wah, ini adalah kali pertama saya nonton film pendek. Kesan nonton film pendek bagi saya yang suka membaca adalah ibarat mengintip cerpen. Asyik, singkat, padat, dan selalu ada kejutan yang nikmat diakhir cerita.
Saya: Ada berapa film yang ikut kompetisi dan berapa yang masuk final?
Penulis: Tahun 2015 ini adalah kali kedua Kompas TV menyelenggarakan Festival Film Pendek Indonesia. Temanya Indonesiaku Kebanggaanku. Panitia menerima lebih dari 200 film dari seantero Nusantara. Dan akhirnya malam itu ditentukan 10 Film saja yang masuk final.
Penulis: Ada dua kategori. Pertama kategori umum dan mahasiswa yang diwakili oleh lima film yang masuk final yaitu "Ojo Sok-Sokan" (Sebelas Sinema Pictures Bandung Jawa Barat , "Ruwat" (Tanahijau Kreative Wonosobo Jawa Tengah), "Opor Operan" (Sebelas Sinema Pictures Bandung Jawa Barat),),"Nilep" (produksi Ravacana Films Jogjakarta DIY), dan "Bubar, Jalan! " (Rumahku Films Garut Jawa Barat).
Sedangkan untuk kategori pelajar juga ada lima film yaitu "Samin Surosentoko" (Sanggar Seni Sekar Tanjung Blora Jawa Tengah), "Coblosan" (SMK Kutasari Purbalingga Jawa Tengah)"Ali-Ali Setan" (produksi SMK YPLP Perwira Purbalingga Jawa Tengah), "Kotak Pusaka" (SMK Negeri 51 Jakarta ) , dan "Surya The School Gangs" (SMK Muhammadiyah 1 Temanggung Jawa Tengah)
Saya: Ada komentar khusus tentang kesepuluh film yang anda tonton tadi?
Penulis: Wah, ternyata banyak sekali bakat sineas muda di luar Jakarta. Kalau diperhatikan, dari sepuluh film , hanya satu yang berasal dari Jakarta yaitu Kotak Pustaka. Selebihnya berasal dari daerah yang kebanyakan berasal dari kawasan Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Penulis: hal ini juga ditanyakan di dalam diskusi. Bagi juri selain kreteria teknis dan alur cerita, maka yang diusung juga kreatifitas dan kesesuaian dengan tema Indonesiaku Kebangganku. Dan ini tidak harus digambarkan dengan mengusung bendera merah putih sambil berlalri. Tetapi mereka yang bisa dengan gamblang dan jujur menonjolkan Indonesia yang sesungguhnya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Maka inilah sepuluh film yang berhak masuk final. Kebetulan aja kebanyakan berbahasa Jawa. Tidak ada unsur kedaerahan loh!
Saya: Lalu siapa yang berhak menggondol hadiah?
Penulis: Untuk kategori umum/mahasiswa dimenangkan oleh Bubar Jalan . Sedangkan Ojo Sok Sok an dan Opor Operan menjadi juara kedua dan ketiga. Sementara untuk kategori pelajar dimenangan oleh Surya the School Gang dengan Coblosan dan Samin sebagai juara dua dan tiga. Dan semuanya berasal dari luar Jakarta loh!
Penulis:Â Bubar Jalan sangat istimewa karena bisa mengatur anak-anak yang banyak dalam film yang mengisahkan betapa gugupnya anak SD keitak pertamakali memimpin upacara bendera. Sedangkan Surya the School Gang merupakan film bergenre laga dengan aksi yang cukup menawan.
Saya: Buat anda sendiri Film apa yang paling berkesan?
Penulis: Film Ruwat yang menceritakan tentang anak gimbal dari dataran tinggi Dieng. Film ini berkisah tentang anak gimbal yang mau diruwat hanya dengan syarat diajak jalan-jalan ke Hongkong oleh orang tuanya. Walaupun tidak menang film ini yang jadi favorit saya he he
Saya: Selain Nonton Film, ada acara lain?
Penulis: Setelah pengumuman, ada acara hiburan SUCI (Stand UP Comedy Indonesia), yang dibawakan oleh David, yang cukup mengocok perut dengan obrolan khas pesantren dan hantu-hantunya.
Penulis: Karena sebagian besar film pendek ini berasal dari daerah dan kebetuln menggunakan bahasa daerah (jawa) kecuali Opor Operan yang menggunakan Bahasa Sunda dan Bubar Jalan serta Kotak Pustaka yang menggunakan Bahasa Indonesia, bagi saya ini merupakan kesempatan langka untuk menyaksikan Festival Film Indonesia dimana sebagian penonton harus membaca teks untuk mengerti alur cerita. Ununtungnya saya sendiri bisa menegrti Bahasa Jawa dan Sunda sehingga tidak usah baca teks . He he he he
Saya: Sebagai pentup benaran, Ada pesan untuk perfilman Indonesia, khusunya bagi para sineas muda peserta FFPI 2015 ini?
Penulis: Ha ha, ini beneran penutup yah!. Indonesia memiliki banyak bakat dan juga kekayaan budaya serta keindahan alam yang perlu ditampilkan untuk menunjukan bahwa kita harus bangga menjadi Indonesia. Film adalah salah satu wahana yang pas untuk mewujudkan kebanggaan itu. Selamat malam. Selamat nonton film Indonesia pakai teks!
Jakarta, Januari 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H