Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Shalat Jumat di Masjid Ini? Harus Rela Didenda 100 Dollar

21 Januari 2016   08:59 Diperbarui: 21 Januari 2016   19:32 2149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan dan nasib kembali membawa raga ini ke New York City. Kota yang dijuluki "Big Apple" paling berkesan dan juga penuh kenangan di bagian timur laut negri Om Obama. Kota yang selalu ramai, tidak perduli dingin nya udara di pergantian tahun..

Kalau di perjalanan terdahulu, takdir mempertemukan kami dengan sebuah masjid megah yang memiliki dua alamat di yaitu di 1771 3rd Avenue dan 222 East 97 street yang bernama Islamic Curltural Center of New York, maka kali ini takdir pula yang mempertemukan kami dengan Islamic Cultural Center yang asli. Yaitu yang sudah ada terlebih dahulu sebelum masjid yang megah di bangun di persimpangan East 97 Street dan 3rd Avenue itu.


Yang membedakan adalah lokasinya di kawasan Manhattan. Kalau yang baru terletak di sebelah timur yang ditunjukan dengan alamat di East 97 Street maka Masjid yang sekarang letaknya di kawasan Barat Manhattan, yaitu alamatnya di 1 Riverside Drive yang teretak persis di persimpangan Riverside Drive dengan West 72nd Street.

Untuk menuju ke tempat ini, kami naik Subway no 3 yang mengular di bawah 7th Avenue dan kemudian Broadway sampai ke stasiun 72nd Street. Dari stasiun cukup jalan kaki sekitar 5 menit menyusuri West 72 Street ke arah barat. Hanya cukup menyebrangi satu blok kita akan sampai di alamat yang dituju. Persis di persimpangan West 72nd Street dan Riverside Drive. “Mana masjidnya?”, sekitika timbul pertanyaan ketika sampai di persimpangan. Memang sekilas disini tidak ada masjid, yang ada hanya deretan rumah-rumah besar berlantai empat atau lima dengan model arsitektur yang seragam. Yang membedakan banguan di pojok adalah sebuah tulisan di atas pintu masuk “Islamic Cultural Center”. Tulisan ini terukir manis pada bagian atas pintu utama yang memiliki dua tiang besar yang mirip dengan rumah mewah bergaya Eropa di Pondok Indah.

Lebih tepat lagi kalau tulisan ini terukir pada balkon lantai dua yang dihiasi dengan pagar yang manis. Di bawahnya juga terkir alamat bangunan ini yaitu “One Riverside Drive”. Pintu utamanya terbuat dari kayu berwarna coklat tua. Di kedua belah kaca tertulis singkatan besar berwarna kuning Emas “ICC”. Sedangkan di kaca bagian atas pintutertulis dalam huruf Hijaiyah Al Markaz Atthaqafi Alislami fi Niuyurk”


Setelah membuka pintu ini, hamparan karpet hijau langsung membentag di hadapan. Wah, masjid ini gak pake basa-basi. Langsung ketemu ruang sholatnya. Tidak ada hiasan apa-apa di karpet ini, hanyagaris berwarna coklat putih untuk penanda setiap saf dan uniknya arahnya juga melintang sekitar 45 derajat sehingga arah kiblatnya miring dan tidak sejajar dengan dinding masjid. Yang pasti banguan ini memang asalnya adalah rumah besar biasa yang kemudian dipakai sebagai masjid.

Sebuah rak sepatu ada di sisi sebelah kiri, sehingga kita pun melepas alas kaki. Turun melalui tangga ke lantai bawah ntuk menuju toilet dan tempat wudhu. Tangganya melingkar membentu sudut 90 derajat. Tempat wudhunya tergolong mewah karena terbuat dari marmer berwarna coklat muda dan putih dilengkapi tepat duduk yang berbentuk bulat.

Di ruang sholat lantai dasar ini tidak terdapat mimbar maupun mihrab. Di tiang , terdapat rak buku bermuka empat yang dipenuhi Al Quran dan buku-buku agama baik dalam Bahasa Arab maupun Inggris. Di atasnya terdapat layar TV berlayar datar. Ada dua buah pintu ruangan yang digunakan sebagai kantor dan ruang imam. Sayangnya pintunya tertutup rapat.

Di dinding masjid, ada bermacam-macam hiasan. Selain jam yang menunjukan waktu sholat fardhu, ada juga pengumuman kertas putih yang berisi pengumuman mengenai jarak waktu antar iqamah dan azan. Sementara dalam ukuran lebih besar ada pengumuman yang menjelaskan bahwa Masjid ini sekarang digunakan juga untuk Sholat Subuh. The Mosque is now open for Fajr Prayer serta di atasnya dengan huruf merah tertulis Al Mosque al’an maftuh lisholatulFajr.

Mata dan pandangan dilemparkan ke sekililing. Tidak terlalu banyak jemaah yang ada di siang itu. Waktu menunjukan sekitar pukul 2 siang. Sebentar lagi waktu Ashar akan datang. Sebagian besar jemaah terlihat merupakan etnis Timur Tengah ataupun berkulit Hitam alias African American. Di bagian lain dinding, ada sebuah poster besar berjudulkan “Adzkar ba’da Ashoatufardhu” yang diterjemahkan menjadi Adhkar after obligatory prayers. Isinya memang ucpakan zikir yang biasa diucapkan setelah setiap shalat.

Ketika waktu ashar tiba, azan pun bergema. Jemaah bergegas naik ke lantai atas. Ternyata disinilah ruang utama sholat. Bentuk dan tata ruang mirip dengan di lantai dasar. Yang membedakan disinilah terdapat sang imam, dan juga tentu juga mihrab dan mimbar.

Mihrabnya sangat cantik dengan hiasan keramik model Turki dengan wana biru yang mendominasi. Hiasan dengan motif floralnya memiliki kombinasi warna-warna tenang seperti hijau muda, coklat tua dan putih. Di bagian atasnya ada tulisan “Bismillahhirahmanirrahiim” yang diapit oleh kaligrafi bertulskana “Allah” dan “Muhammad”. Sementara mimbarnyamirip dengan kebanyakan masjid di Indonesia, terbuat dari kayu berukir dengan singgasana warna coklat muda dan beratapkan cungkup dengan mahkota bertahtakan ukiran dengan lafazd Allah. Selembar sajadah berwarna hijau dan mikrofon terletak di dekat tempat imam.

Selesai sholat, saya sempatkan melihat-lihat bangunan masjid. Ternyata selain ruang utama di lantai 2 ini masih ada tangga yang menuju ke beberapa lantai di atas. Saya naik tangga kayu berplitur coklat tua dengan hamparan karpet di tengahnya menuju ke lantai tiga. Dan di lantai tiga juga terdapat ruang sholat dengan tata letak yang mirip dengan lantai satu. Wah keren juga masjidnya. Demikian juga saya masih penasaran dan kemudian naik ke lantai empat dan sempat mengintip ke lantai lima.

Selesai mengamati isi Islamic Cultural Centre, saya sempat duduk di depan bangunan dan bercakap-cakap sebentar. Tujuan saya ingin menanyakan lokasi resturan halal yang ada di sekitar tempat in. Ternyata diinfokan adanya tempat kios makanan halal di dekat stasiun subway.

Namun yang paling berkesan adalah cerita bahwa setiap sholat Jumat, masjid ini akan sangat ramai dikunjungi. Dan akibatnya tempat parkir tidak akan muat dan sebagan supir taksi akan memarkir taksinya di tepi jalan sampai menutup sebagian badan jalan. Selama ini polisi sering membiarkan saja, namun sekali-kalai para supir taksi itu juga kena tilang. Jumlahnya lumayan loh bisa mencapai 75 USD atau bahkan 100 USD.

“Demi menunaikan Sholat Jumat, tidak apalah membayar tilang sebesar 100 USD”, demikian tutup sang supir taksi tadi sambil mengucapkan selamat tinggal!

New York, Akhir Desember 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun