Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mencicipi Kuliner Khas Boston di Quincy Market

16 Januari 2016   23:56 Diperbarui: 17 Januari 2016   00:03 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah melewati hari pertama di Boston yang sepi karena bertepatan dengan libur Natal, pengembaraan dilanjutkan ke pusat kota Boston di hari kedua. Suasana sudah mulai hidup dengan keramaian walupun lalu lintas masih lengang ketika kami menyusuri jalan-jalan di sekitar lapangan di yang berdekatan dengan Faneuil Hall.

Suasana Natal terasa cukup meriah dengan hadirnya hiasan, pernak-pernik dan bahkan pohon-pohon Natal dalam berbagai ukuran. Tepat di sebrang Faneuil Market terdapat Quincy Market, yang merupakan pasar tradisional yang paling top di kota Boston sekaligus menjadi tempat makan dan juga berbelanja serta hang out alias nongkrong bagi warga Boston maupun wisatawan.

Memasuki pintu utama Quincy Market yang disebut juga Faneuil Hall Market Place kita langsung disambut suasana hangat di dalam ruangan. Maklum cuaca cukup dingin di luar siang itu. Sebuah koridor panjang yang cukup ramai menyambut kami. Di kedua sisinya berderet gerai-gerai yang menjual berbagi jenis kuliner baik lokal maupun manca negara. Yang paling dekat dan kebetulan cukup menarik adalah gerai yang menjual berbgai jenis roti dalam ukuran raksasa. Roti bagel yang berbentuk cincin besar mirip donat terlihat dalam berbagai ukuran, warna, tekstur , serta aroma dan rasa.


Walau belum tiba waktu makan siang, suasan di dalam Quincy Market sangat ramai. Syahdan bangunan tua ini dibangun pada 1826 sebagai perluasan Faneuil Hall di depannya yang lebih dulu dibangun pada 1742 dan menjadi saksi banyak peristiwa bersejarah dalam menjadikan Amerika Serikat sebagai negara yang merdeka pada 1776. Di antaranya peristiwa protes Undang-Undang Gula pada tahun 1764 yang melahirkan istilah “No Tax Withut Representation”.

Di bagian tengah koridor terdapat ruang cukup besar dengan banyak meja dan kursi untuk pelanggan menikmati makanan. Dan dipojok ada sebuah hiasan di dalam kaca. Saya sempat mengintip hiasannya yang ternyata sebuah wayang golek kecil yang kemungkinan besar berasal dari tanah air. Sayangnya tidak ada sedikitpun keterangan mengenai wayang golek ini.

Kembali keluar menyusuri alam terbuka di jalan khusus bagi pejalan kaki yang terbuat dari batu . Kami menuju ke South Market . Selain toko-toko , ada juga gerai kaki lima yang menjual berbagai pernak-pernik buah tangan seperti T shirt bertuliskan MIT ataupun Harvard, kupluk warna-warni dengan tulisan Boston serta tempelan kulkas dalam berbagai bentuk warna dan harga.
Setelah sedikit berbelanja, kami kembali masuk ke dalam Quincy Market sambil melihat-lihat kuliner apa yang cocok untuk dinikmati.

Di salah satu sisi koridor, terdapat juga gerai toko waralaba asal Jepang yang mashur dengan busana yang unik dan gres, yaitu UNIQLO. Di pintu masuk menuju toko terdapat pesa dari pendiri dan pemilik UNIQLO yaitu Tadashi Yanai.

Dear America
This Country is where if you have something great to offer, you will be embraced. I believed in 1984 when I opened the first Uniqlo store in Japan with the dream of one day bringing my new idea to the United States. And I believe it even more today, as we open our newest stores in Boston, Chicago, and Seattle. There is a pioneer spirit..............

Demikian nukilan dari pesan Tadashi yang menyatakan bahwa pakaian itu selain bagus, enak dipakai juga harus menyenangkan dan tidak membosankan. Terungkap juga singkatan Uniqlo yang berasal dari kata Uniqe Clothing Warehouse.


Setelah melewati pintu masuk Uniqlo, tiba giiran untuk sekedar meilhat-lihat lagi gerai makanan. Saya tertarik dengan banyaknya pelanggan yang sampai antri di gerai bernama Boston Chowda.. Ternyata yang dijual adalah sejenis soup yang disajikan dalam wadah berbentuk roti yang bisa dimakan. Ada beberapa pilihan soupnya seperti New England Clam Chowder, Manhattan Clam Chowda , Ma’s Chicken Vegetable Soup dan tentunya Plymouth Corn Chowda. Selain itu masih banyak lagi sandwich dengan isi ayam maupun Maine Lobster.


Saya memilih Plymouth Corn Chowder yang bahannya terdiri dari cream, jagung, dan juga potongan kentang yang hangat dan nikmat. Tentunya disajikan lengkap dengan sejenis krupuk yang disebut Oyster Cracker atau krupuk Kerang yang lezat dan memang khas kuliner dari New England.

Perjalanan sejenak di pusat kota Boston dapat memperkenalkan kita akan asal muasal toko Uniqlo di Amerika dan juga kuliner andalan berupa sup yang lezat.

Boston Desember 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun