Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ketika Jumatan Digabung dengan Ashar di Boston

7 Januari 2016   11:25 Diperbarui: 7 Januari 2016   13:43 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah di pagi hari yang sunyi berkelana di pusat kota Boston, blusukan di kampus Massachusetts Intistute of Technolgy, dan akhirnya melongok sebentar ke Universitas Harvard di Cambridge, jarum di jam tangan saya sudah menunjukan lebih dari pukul 12.15. Jam tangan ini tidak saya ubah sejak berangkat dari tanah air karena waktu lokal di Boston persis sama dengan waktu di Jakarta, hanya saja siang diubah jadi malam dan sebaliknya.

Kendaraan segera meluncur ke kawasan Roxbury yang terletak di bagian selatan kota Boston. Karena jalan-jalan masih cukup sepi di Jumat siang yang kebetulan bertepatan dengan Hari Natal itu, hanya perlu waktu sekitar 15 menit untuk menempuh jarak sekitar 9 kilometer dari Harvard menuju Roxbury.


Suasana di sekitar masjid yang terlihat sangat megah dengan kubah besar dan sebuah menara yang cukup tinggi telah ramai dengan orang yang bergegas menuju masjid. Sementara jalan-jalan di sekitar masjid juga sudah di penuhi dengan berbagai jenis kendaraan yang parkir di tepi jalan. Tempat parkir masjid sendiri sudah penuh dengan mobil para jemaah.


Kendaraan harus dua kali memutar masjid sebelum akhirnya bisa parkir di tepi jalan di belakang masjid. Dari sini kami berjalan kaki menuju pintu depan dan menemukan bahwa masjid ini terletak di persimpangan Malcolm X Boulevard dan King Street. Lucunya pada papan nama tertulis juga nama lain dari Malcom X yaitu El-Malik El-Shabazz. Papan nama ini terletak manis di depan ranting dan dahan pohon yang tidak berdaun di akhir Desember. Sementara di depan masjid ada sebuah lapangan kecil yang namanya “Muhammad Ali-Salaam Square.


Nanti akan saya cari tahu siapa sih Malcolm X dan juga El Malik El Shabazz ini, tukas saya dalam hati sambil melangkah masuh ke halaman depan masijid yang bernama resmi ISBCC atau Islamic Soceity of Boston Culutural Center dan beralamat di No 100 Mallcolm X Boulevard. Pada papan itu juga tertulis alamat lengkap dengan kode pos MA 02120. Di bawahnya ada keterangan bahwa Friday Service at 1 pm.

Mendekati pukul 12.45, jamaah makin ramai. Saya menaiki tangga dan memasuki beranda masjid. Pntu utamanya sangat megah dengan tembok merah bata mirip dengan warna sebagian besar bangunan tua di Boston. Sementara perpaduan warna kuning muda pada sisi relung dan pintu samping menambah manis dan anggunnya masjid ini. Antara pintu utama dan relung yang lebih besar terdapat dinding yang terbuat dari kaca.

Dinding- dari beranda di sekeliling masjid ini juga dipenuhi dengan kombinasi warna bata merah dan kuning muda. Sementara ada beberapa sepeda yang di parkir di sebelah kiri pintu utama. Mengikuti petunjuk, saya menuju ke tempat widhu yang terketak di lantai bawah. Tempat wudhunya terbuat dari marmer berwarna hitam dan tersedia kursi persegi empat untuk tempat duduk.
Tempat sholat utama sudah cukup ramai dengan jamaah. Hamparan karpet hijau muda tanpa hiasan dan hanya ada tanda berupa garis kuning untuk menandai setiap saf. Di sisi pojok ada deretan rak untuk menyimpan alas kaki. Di bagian belakang dialokasikan khusus jemaah perempuan yang juga ikut sholat jumat.

Saya petakan profil jamaah menurut etnis dan ras. Menurut perhitungan kasar, sekitar 30 persen terlihat berwajah Timur Tengah. Sekitar 30 persen lagi berwajah Afrika, dan sekitar 30 persen berwajah anak benua India atau Pakistan. Sisanya yang 10 persen adalah aneka ragam baik berkulit puth atau pun Asia.


Persis pukul 1 , Azan pun menggema dan kemudian marbot masjid mengumumkan bahwa siang ini kita mendapatkan kehormatan karena sang khotib adalah Sheik Horsed Noor yang berasal Columbus . Ohio. Sang khotib ternyata pria berperwakan Arab dengan berewok dan janggut yang lebat, memakai jubah gamis perwarnah putih.


Saya melontarkan pandangan ke mimbar yang berbentuk podium berwarna putih. Mihrabnya juga sederhana tanpa hiasan dan hanya berbentuk lengkungan yang terbuat dari pualam putih. Dinding masjid juga tana hiasan dan kaligrafi. Hanya kombinasi warna warna tenang seperti putih, krem dan hujau muda. Di kedua sisi, terletak tangga untuk menuju lantai atas masjid.


Ruangan utama masjid cukup luas, secara kasar dapat menampung sekitar 3000 orang di bagian utama . Sementaraa di kedua sisi lantai atas diperkirakan bisa menampung beberapa ratus orang. Khotbah dimulai dengan doa dalam Bahasa Arab dan kemudain seluruh nya dalam Bahasa Inggris. Isi khotbah sangat menyejukkan karena mengajak jemaah untuk menyikapi islamofobia yang terjadi di Amerika dan negri-negri lain dengan menunjukan sikap bahwa Islam adalah agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam dengan salah satu caranya adalah memberikan donasi kepada fakir miskin tanpa memandang latar belakang agama.

Selesai khotbah dan sholat Jumat, waktu sudah menunjukan sekitar jam 1.45. Kembali pengurus masjid mengumumkan bahwa karena hari ini adalah hari libur maka diharapkan semua jamaah tidak akan terburu-buru untuk meninggalkan masjid dan kembali ke perkerjaan masing-masing karena dalam waktu 15 menit lagi yaitu sekitar pukul 2 siang waktu ashar sudah masuk. Sehingga sholat ashar bisa dilaksanakan secara berjamaah dengan jumlah saf yang tidak kalah ramainya dengan sholat Jumat. “Inilah berkah hari libur waktu Jumat buat kita semua.:, tambahnya lagi mengakhiri pengumuman.


Sementara menunggu sholat Ashar di beranda masjid juga digelar lapak kecil yang menjual berbagai jenis makanan baik makanan kecil, snack, maupun makanan berat seperti kari, dan nasi briyani. Makanannya khas India, dan harganya lumayan ekonomis untuk ukuran Amerika.


Di sisi kiri bagian belakang masjid juga terdapat keterangan mengenai Sekolah Islam baik untuk tingkat SD dan Sekolah menengah yang kantornya kebetulan di lantai 3 gedung yang terletak di no 100 Malcolm Bouleverd ini. Namanya cukup keren yaitu Malik Academy.

Sementara di sebelah kiri bagaian depan setelah pintu utama terdapat toko kecil yang menjual keperluan umat Islam seperti peralatan sholat, busana muslim, hiiasan, dan ornamen-ornamen dan kaligrafi serta jam yang bisa menunjukukan waktu-waktu sholat, Selain itu juga dijual buku-buku dan literatur Muslim.


Di tempat inilah saya kemudian bisa mengetahui siapakah Malcolm X. Ternyata beliau adalah seorang berkuli hitam Amerika yang sekarang lebih keren disebur African American yang beragama Islam dan dianggap sebagai salah satu tokoh yang memperjuangkan hak-hak kaum kulit hitam di Amerika. Sayang usianya tidak panjang karena beliau dibunuh oleh anggota “Nation of Islam” pada Februari 1965. Beliau meninggal pada usia 39 tahun setelah sempat naik haji padi 1964 dan mengganti namanya menjadi El-Malik El shabaaz.

Setelah sholat Ashar, kami pun mampir ke sebuah restoran Somalia yang ada di dekat masjid dan menikmati makanan halal khas Somalia yang lezat. Namun ukuran porsinya luar biasa besar. Dan tentunya dapat memuaskan rasa lapar karena telah menyelesaikan sholat Jumat yang digabung Ashar di Boston.
Boston, Akhir Desember 1965.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun