Setelah di pagi hari yang sunyi berkelana di pusat kota Boston, blusukan di kampus Massachusetts Intistute of Technolgy, dan akhirnya melongok sebentar ke Universitas Harvard di Cambridge, jarum di jam tangan saya sudah menunjukan lebih dari pukul 12.15. Jam tangan ini tidak saya ubah sejak berangkat dari tanah air karena waktu lokal di Boston persis sama dengan waktu di Jakarta, hanya saja siang diubah jadi malam dan sebaliknya.
Suasana di sekitar masjid yang terlihat sangat megah dengan kubah besar dan sebuah menara yang cukup tinggi telah ramai dengan orang yang bergegas menuju masjid. Sementara jalan-jalan di sekitar masjid juga sudah di penuhi dengan berbagai jenis kendaraan yang parkir di tepi jalan. Tempat parkir masjid sendiri sudah penuh dengan mobil para jemaah.
Kendaraan harus dua kali memutar masjid sebelum akhirnya bisa parkir di tepi jalan di belakang masjid. Dari sini kami berjalan kaki menuju pintu depan dan menemukan bahwa masjid ini terletak di persimpangan Malcolm X Boulevard dan King Street. Lucunya pada papan nama tertulis juga nama lain dari Malcom X yaitu El-Malik El-Shabazz. Papan nama ini terletak manis di depan ranting dan dahan pohon yang tidak berdaun di akhir Desember. Sementara di depan masjid ada sebuah lapangan kecil yang namanya “Muhammad Ali-Salaam Square.
Nanti akan saya cari tahu siapa sih Malcolm X dan juga El Malik El Shabazz ini, tukas saya dalam hati sambil melangkah masuh ke halaman depan masijid yang bernama resmi ISBCC atau Islamic Soceity of Boston Culutural Center dan beralamat di No 100 Mallcolm X Boulevard. Pada papan itu juga tertulis alamat lengkap dengan kode pos MA 02120. Di bawahnya ada keterangan bahwa Friday Service at 1 pm.
Tempat sholat utama sudah cukup ramai dengan jamaah. Hamparan karpet hijau muda tanpa hiasan dan hanya ada tanda berupa garis kuning untuk menandai setiap saf. Di sisi pojok ada deretan rak untuk menyimpan alas kaki. Di bagian belakang dialokasikan khusus jemaah perempuan yang juga ikut sholat jumat.
Persis pukul 1 , Azan pun menggema dan kemudian marbot masjid mengumumkan bahwa siang ini kita mendapatkan kehormatan karena sang khotib adalah Sheik Horsed Noor yang berasal Columbus . Ohio. Sang khotib ternyata pria berperwakan Arab dengan berewok dan janggut yang lebat, memakai jubah gamis perwarnah putih.
Saya melontarkan pandangan ke mimbar yang berbentuk podium berwarna putih. Mihrabnya juga sederhana tanpa hiasan dan hanya berbentuk lengkungan yang terbuat dari pualam putih. Dinding masjid juga tana hiasan dan kaligrafi. Hanya kombinasi warna warna tenang seperti putih, krem dan hujau muda. Di kedua sisi, terletak tangga untuk menuju lantai atas masjid.
Ruangan utama masjid cukup luas, secara kasar dapat menampung sekitar 3000 orang di bagian utama . Sementaraa di kedua sisi lantai atas diperkirakan bisa menampung beberapa ratus orang. Khotbah dimulai dengan doa dalam Bahasa Arab dan kemudain seluruh nya dalam Bahasa Inggris. Isi khotbah sangat menyejukkan karena mengajak jemaah untuk menyikapi islamofobia yang terjadi di Amerika dan negri-negri lain dengan menunjukan sikap bahwa Islam adalah agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam dengan salah satu caranya adalah memberikan donasi kepada fakir miskin tanpa memandang latar belakang agama.