Kalau Bandung dan Surabaya terkenal dengan ITB dan ITSnya, maka Boston, ibu kota negara bagian Massachusetts sangatlah terkenal dengan kampus yang bernama MIT atau Massachusetts Institute of Tecchnology dan Harvard. Lucunya lagi keduanya tidak terletak di Boston, melainkan kawasan pinggiran kota yang bernama Cambridge.
Masih di Jumat pagi yang sunyi, kami menuju ke kawasan Cambridge yang jaraknya tidak sampai 10 menit dari pusat kota. Menurut cerita, MIT sendiri didirikan pertama kali pada tahun 1861 tetapi mulai menerima mahasiswa pada tahun 1865. Pada waktu itu lokasi kampus terletak di kawasan
Back Bay di pusat kota Bostor dan baru pada tahun 1916 pindah ke lokasi sekarang yang luasnya mencapai sekitar 0.7 kilometer persegi.
Gedung pertama yang dikunjungi bernama “
The Stata Centre” lengkap dengan tulisan MIT di depannya. Gedungnya mempunyai model arstektur futturistk yang sedikit aneh dan nyeleneh. Sangat cocok untuk sekedar mejeng. Di kawasan ini, terdapat banyak gedung yang cukup modern dengan ketinggian bervariasi antara 6 sampai 10 lantai. Juga terdapat lapangan yang cuku luas lengkap dengan seni modern yang unik dan kursi taman yang asyik untuk sekedar bersitirahat. Apa lagi tersedia wifi gratis di tempat ini.
Kami kemudian menuju ke jalan raya utama di kampus MIT yaitu “
Massachusetts Avenue”. Di jalan ini, tepatnya di no 77 terdapat gedung yang dapat dianggap sebagai gedung utama Kampus MIT. Di pintu utama gedung berlantai dua atau tiga dengan tiang-tiang besar di depannya. Di fasad depan tertulis
Massachusetts Institute of Technology dan di bagian bawah nya nama sang pendiri yaitu
William Barton Rogers. Sementara kalau kita melihat di bagian kiri tertulis
School of Architecture.
Memasuki pintu utama yang terbuat dari kayu, kita alan masuk ke sebuah beranda dengan langit-langit yang sangat tinggi. Di salah satu dinding terdapat lambang MIT yang terkenal berupa gambar sepasang pria dan wanita dan kemudian tertulis “
Science and Arts” serta motto dalam Bahasa Latin
Mens et Manus yang artinya dalam Bahasa Inggris adalah Mind and Hands.
Menyusuri lorong yang ada di gedung ini, bagaikan berjalan melewati lorong waktu. Ada sebuah beranda samping yang besar dimana terdapat meja-meja kecil bertuliskan MIT. Kita dapat duduk disini dan berpse seakan-akan sedang ujian ataupun kuliah di MIT. Sementara di dinding marmer yang berwarna krem terdapat tulisan-tulisan yang bertujuan untuk memperingati
MacLaurin sebagai pertanda berpindahnya MIT ke kampus Cambridge ini pada 1916.
“These buildings dedicated in the year nineteen hundred sixteen stand as an enduring monument to Richard Cockburn Maclaurin whose energy vision and leadership as president from nineteen hundred nine to nineteen hundred twenty established the Massachusetts Intitiiute of Technology in this more ample home and guided it into a new era of strength and stability”, demikian terpatri pada dinding marmer tersebut.
Di sebelahnya terdapat sebuah ruangan yang di dalamnya ada “
The Dollar Bill Mural” . Di tempat ini terlukis secara elektronik lembaran uang kertas satu Dollar yang bergambarkan President pertama Amerika Serikat George Washington. Sementara ruangannya sendiri sangat sederhana dan terlihat kosong kecuali dihiasi sepuluh sofa berwarna hijau muda yang disusun membentuk setengah lingkaran. Ruangan atau lounge ini sendiri dipesembahkan oleh angkatan 2005 seperti tertera pada keterangan yang terbuat dari kaca yang ditempelkan di dinding.
Perjalanan kemudian dilanjutkan di lorong gedung sambil melihat-lihat gambar yang ada di kedua sisi. Bak sebuah majalah dinding panjang yang ada di sepanjang lorong. Pada display pertama ada kisah mengenai “
Shirley Ann Jackson”, yang merupakan mahasiswa MIT yang masuk pada 1964 dan sembilan tahun kemudian lulus dengan gelar Phd di bidang Fisika. Shirley banyak mendapat gelar yang pertama sebagai wanita Afrika Amerika yang banyak memberikan inspirasi.
Yang lebih menakjubkan lagi adalah poster berikutnya yang dipajang di koridor salah satu kampus paling bergengsi di Amerika ini. Sebuah logo bergambarkan pelangi yang merupakan lambang
LGBT (Lesbian Gay Bisexual dan Transgender) dengan tulisan
You Are Welcome Here menunjukan bahwa mereka yang mempunyai orientasi seksual berbeda pun mempunyai hak yang sama untuk eksis di MIT.
Sambil terus memperhatikan poster-poster yang ada di koridor, akhirnya sampai juga di ujung lorong dimana terdapat sebuah laboratorium dengan sebuah prasasti dari logam bertuliskan “
The John Cummings Laboratory of Mining Engineering and Metalurgy, Named in Honor of John Cummings 1812-1898 Treasurer to the Institute 1872 1889 A Generous Friend to Technology”.
Dari ujung lorong ini , jelajah di Kampus MIT diteruskan dengan meihat-lihat kembali beberapa display yang ada di majalah dinding yang panjang membentang. Sebuah poster mengenai
Soceity of Sigma Xi terlihat menarik. Setelah dibaca lebih lanjut ternyata merupakan pengumuman untuk mencari anggota baru yang hanya terbuka untuk mereka yang memang bergelut di dunia penelitian dan pengembangan di bidang iptek. Kata Sigma dan Xi juga merupakan abjad Yunani yang memang sering dipakai sebagai lambang dalam sains dan matematika.
Namun yang paling kontroversial di koridor MIT ini adalah sebuah poster berjudul “
Firends of Israel” dengan motto “
Connecting MIT to Israel”. Poster dengan gambar hewan kecil mirip tikus memakai kaos MIT memegang bendera “Bintang Daud” menunjukan mesranya hubungan antara MIT dan negri di Timur Tengah yang penuh kontroversi . Friends of Israel mengajak mahasiswa MIT untuk bergabung dalam kegiatan seminar, liburan, kursus bahasa Ibrani, dan juga perayaan yang berhubungan dengan Israel dan Yahudi.
Bosan di dalam ruangan , kami sempat mengintip sebentar ke halaman belakang dan melihat sebagian gedung lainnya yang terdiri dari lima lantai dan halaman yang dipenuhi rumput serta pohon-pohon yang tidak berdaun. Sementara langit mendung mengguntai di atas Cambridge dan semburan angin terasa cukup dingin.
“Only Victory Remains and a Fame Forever Secure” Francis Amasa Walker = Demikian tertulis pada dinding marmer yang berada di beranda samping yang dijumpai ketika kami kembali masuk ke gedung. Di atasnya tertulis deretan nama-nama insan MIT yang ikut gugur dalam Perang Dunia Pertama 1914-1918.
“To the Memory of the Brave Men of The MIT who Gave their Lives in the Great War Anno Domini MCMXIV MCMXVIII” demikian tertera dengan megah di dinding berwarna krem kecoklatan itu.
Perjalanan di gedung utama diakhiri di halaman samping dan menikmati suasana yang sejuk dengan pemandangan kubah yang megah. Pepohonan tanpa daun dan rumput yang hijau mendominasi, namun sayang ada sedikit yang mengganggu yaitu “crane” yang ada di dekat kubah karena sedang ada pekerjaan renovasi dan perbaikan.
Di setiap sudut bangunan, diukir dengan gagah nama-nama para cendikiawan yang umumnya diabadikan pada rumus-rumus fisika seperti Lavoiser, Boyle, Cavendish, Dalton, dan Gay Lussac. Di pojok lain tertera nama Gilbert, Colomb, Volta, Oersted dan juga Faraday. Membaca nama-nama ini, saya merasa kembali ke bangku sekolah ketika menghafalkan rumus dan hukum-hukum Fisika.
Tapi pemandangan yang paling berkesan di halaman ini adalah sebuah karya seni modern yang dipajang di tengah lapangan rumput . Sangat manis berlatar belakang gedung megah dengan aristektur klasik serta tiang-tiang besar yang angkuh dan jendela-jendela kacanya yang tinggi .
Perjalanan di MIT diakhiri dengan kembali ke Massachisetts Avenue, melihat sebentar gedung lain termasuk
Stratton Student Center yang terletak di no 84 dengan hiasan patung berbentuk manusia yang transparan bermotifkan angka dan huruf yang unik.
Sebuah peta kampus , halte bus yang banyak ditempelkan pengumuman serta iklan yang berhubungan dengan kegiatan mahasiswa dan bahkan orang hilang juga ada di tempat ini.
Sejenak mampir ke kampus MIT memang membuat kita dapat mengenal lebih dekat salah satu kampus terbaik di Amerika ini. Namun dari sekian banyak hal yang dilihat yang paling kontroversial adalah keberadaan oragnisasi “Friends of Israel” yang membuktikan betapa mesranya hubungan negri nya Om Obama dengan Israel.
Hidup ini adalah sebuah perjalanan. Nikmati saja dengan seuntai senyum!
Cambridge, Desember 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya