Era digital telah mengubah cara hidup kita. Cara kita mencari nafkah, bermain, menikmati hidup, dan juga berbelanja. Era digital telah datang dan akan menggilas kita semua yang tidak mau berubah. Barangkali itulah pesan yang kita dapatkan setelah mengikuti acara namgkring Kompasiana bersama JNE dengan tema Industri Kreatif pada Era Digital di Auditorium Gedung Pusat JNE di jalan Tomang Raya no 11 pada 11 Desember 2015 lalu.
Abdul Rahim Tahir , CEO Grup JNE, tampil pertama kali memberikan presentasi tentang sekilas perkembangan JNE sejak didirikan pada 1990 hingga akhir tahun 2015. Lalu dibahas juga tentang rencana kerja pada tahun 2016 yang difokuskan sesuai dengan tujuan utama dalam rangka memberikan pelayanan terbaik bagi para pelanggan setia JNE. Investasi besar-besaran baik dalam bidang infrastruktur maupun pengembangan IT.
Salah satu faktor yang turut mendorong berkembangnya JNE adalah maraknya industri kreatif di seluruh tanah air. Salah satunya dalam bidang kuliner khas daerah yang kemudian diejawantahkan oleh JNE dalam bentuk produk yang dinamakan PESONA atau Pesanan Oleh-oleh Nusantara. Melalui pesona, pemesanan kuliner khas dari seluruh Indonesia dilakukan secara online dan didatangkan langsung dari daerah asalnya dengan harga yang sama.
Singkatnya pelayanan yang optimal terhadap masyarakat Indonesia oleh JNE pada usianya yang ke 25 ini dapat berkembang pesat berkat adanya penggunaan teknologi informasi dalam era digital disertai dengan berkembangnya industri kreatif yang telah ikut serta menyumbang pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia.
Lalu, apa sih sebenarnya definisi Industri Kreatif? Penampilan Ricky Pesik (Wakil Ketua Badan Ekonomi Kreatif), telah menjawab pertanyaan hadirin. Dijelaskan bahwa pada awalnya urusan yang dinamakan ekonimi kreatif ini menjadi bagian dari Kementrian Pariwisata. Tetapi sejak dikeluarkannya Peraturan Presiden no 6 tahun 2015 dibentuklah Badan Ekonomi Kreatif yang langsung bertanggung jawab kepada Presiden. Tapi lucunya Ketua sempat bekerja sendirian dan baru memiliki anak buah enam bulan kemudian.
Pak Ricky menjelaskan tentang sumbangan besar ekonomi kreatif pada perekonomian dunia. Sebagai ilustrasi pada 2012 lalu, ekonomi kreatif ini sudah 20 persen lebih besar dari ekonomi Jerman dan dua setengah kali pembelanjaan militer dunia. Lalu apa saja sih yang termasuk ekonomi kreatif. Dijelaskan kegiatan-kegiatan yang selama ini memang dianggap sebagai pelengkap saja seperti disain interior, mode,film, fotografi. Kuliner, musik, seni pertunjukan, dan juga seni rupa. Dan tentu saja yang sering kita gadang-gadang adalah bidang kerajinan.
Kegiatan ekonomi kreatif ini dalam pemasarannya sangat memerlukan teknologi informasi . Era digital telah memungkinkan segalanya menjadi nyata. Hal-hal yang dulu tidak mungkin menjadi mungkin berkat teknologi. Singkatnya semua bisa menjadi pengusaha dengan modal inovasi dan kreatifitas. Demikian barangkali yang bisa disarikan dari paparan Acmad Zacky, CEO bukalapak.com yang berecerita tentang pesatnya perdagangan online sehingga tanggal 11 Desember dijadikan Hari Belanja Online Nasional.
Kesimpulannya, dalam acara namgkring ini kita dapat melihat betapa pentingnya peran industri kreatif dalam meyumbang kesejahteraan suatu bangsa. Dan ini tidak akan mungkin tanpa adanya peran teknologi dalam era digital seperti sekarang ini. Namun semuanya tidak akan berjalan tanpa peran perusahaan logistik yang bergerak dalam pengirman produk yang dijualbelikan di dunia maya tadi. Siapa lagi kalau buka JNE dengan tagline Connecting Happines. Kegembiraan pengirim disambungkan dengan kebahagian penerima dengan jembatan JNE. Dan kita juga harus berterimakasih kepada Iwan Setyawan yang konon membantu JNE menentukan kata kunci yang so powerful.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H