Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Belajar Huruf dan Mengenal Beragam Etnis Myanmar Melalui T Shirt

11 Desember 2015   10:41 Diperbarui: 4 April 2017   17:22 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berkunjung ke suatu kota atau negara belumlah lengkap kalau tidak mampir ke pasar dan berburu souvenir khas, atau sekedar cendramata untuk teman dan saudara dan sekaligus benda yang bisa membuktikan kunjungn kita ke negara atau kota tersebut.

Untuk kota Yangon, tidak ada tempat lain yang lebih pas untuk berbelanja selain di Bogyoke Aung San Market yang juga terkenal sebagai Scott Market. Pasar tua yang pertama kali dibuka pada tahun 1926 dan dinamakan berdasarkan pejabat kota Rangoon yang bernama Gavin Scott. Sejak kemerdekaan Myanmar pada 1948, pasar ini dirubah namanya menjadi Bogyoke Aung San atau Jendral Aung San Market.

Dari hotel Sule Shangrilla, saya berjalan kaki menyusuri Bogyoke Aung San Road yang lumayan ramai, Dan sebagaimana pemandangan biasa di Myanmar, dimana-mana yang kita liat adala para pria yang mengenakan sarung khas Myanmar yang disebut Long Yi. Walaupun sambil bermain gadget seperrti yang ada di foto ini,

Sekitar 5 menit berjalan kaki, saya sampai di sebuah bangunan tua berlantai dua, dengan arsitektur kolonial dengan dominasi cat warna putih yang sedikit kusam. Sebuah kubah kecl ada di bagian tengah Bogyoke Aung San Market, sementara kabel listrik dan telpon serta kendaraan yang parkir membuat atmosfer di depan pasar ini terasa sedikit semrawut.

Bazaar atau pasar di ruangan tertutip ini dibagi menjadi beberapa bagian dengan produk-produk khusus di setiap bagian. Baik perhiasan, pakaian, souvenir, benda-benda seni dan aneka produk lainnya ada di pasar ini. Saya sempatkan membeli beberapa helai T Shirt, tempelan kulkas dan hiasan gantung sebagai buah tangan.

Asyiknya berbelanja disini juga bisa tawar menawar dan bisa menggunakan mata uang Myanmar yaitu Kyat, ataupun langsung dengan US Dollar saja. Dengan tempelan kulkas kita bisa melihat tempat-tempat menarik baik di kota Yangon maupun di negri Myanmar seperti Rock Pagoda yang ada di Bago ini.

Selain itu, di kakilima di sekitar pasar juga banyak barang dagangan yang menarik untuk dilihat. Di antaranya berbagai jenis buah dan makanan lokal yang khas. Seperti di foto ini, ada juga dijual berbagai jenis serangga yang sudah digoreng. Kelihatannya gurih dan renyah. He he.

Masih di deretan pedagang, kaki lima, makanan sudah, souvenir sudah, buah, dan serangga sudah, lalu ada juga berbagai jenis uang lama yang yang dijua dalam bungkus plastik. Uang Myanmar pada umumnya bergambar Jendral Aung San dan pada periode pertengahan tahun 1980an pernah memiliki denominasi yang tidak lazim. Dengan berbekal kemampuan saya menghafal angka-angak Myanmar saya jadi tahu bahwa ada uang dengan denominasi 15 , 35 , 75, 45 , dan 90 Kyat.


Kembali ke T Shirt, selain gambar pemandangan ataupun pagoda dan obyek-obueyk wisata di Myanmar, yang menarik perhatian adalah kecintaan rakyat Myanmar terhadap Aung San Suu Kyi. Banyak sekali T shirt bergambar wanita yang pernah di penjara dan juga harus mendekam dalam tahaman ruman selama pemerintahan junta militer di Myanmar. Bahkan ada juga gambar Aun San Syu Kii bersama Presiden Amerika , Barack Obama.

 

Tapi yang paling berkesan buat saya adalah beberapa T Shirt yang bergambarkan peta Myanmar dengan berbagai suku bangsa yang tinggal di negri yang dulunya bernama Burma ini. “Happy Land Myanmar”, demikian terulis pada T Shirt itu. Gambar-gambar suku bangsa yang ada membuat kita seakan-akan berkenalan dengan manusia yang mendiami negri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun