Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mengintip Ritual Mandi di Pemandian Air Panas Tblisi

28 November 2015   08:05 Diperbarui: 29 November 2015   00:24 1808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pesona dan daya sihir Kota Tua Tbilisi memang tidak ada habis-habisnya. Setelah sempat terpesona dengan keindahan kota tua, Sungai Kura, serta monumen yang bermandikan cahaya di malam hari. Keesokan harinya daya sihir itu membuat saya kembali ke kota tua, kali ini di siang dan sore hari. Kunjungan ke tempat yang jampir sama dengan waktu dan perspektif yang berbeda!

Perjalanan dimulai dari ujung Rustavelli Avenue, melewati Freedom Square dan kemudian terus melewati Pushkin Square dan akhirnya tiba di tembok kota tua dengan rumah berbalkon ukir dengan warna yang khas. Rumah seperti ini dalam berbagai bentuk, warna dan kondisi lah yang akan sangta banyak dijumpai selama berkelana di kota tua yang mempesona ini,

Di lantai dasar rumah berlantai 4 ini terdapat sebuah restoran kecil bernama Assugh dan menyediakan berjenis makanan dan minuman. Salah satu yang menjadi andalannya adalah Saurma yang bahkan digambarkan dengan ukuran raksasa. Restoran kecil ini menjadi lebih asyik karena kita dapat duduk di kursi kayu di halaman rumputnya yang luas sambil menyaksikan orang yang lalu lalang di sekitarnya.

Selesai makan, pengembaraan kembali dilanjutkan menyusuri kaki lima yang lebar dan nyaman di tepian tembok kota tua. Ada sebuah kios yang menjual aneka makanan, minuman ringan, rokok , dan juga minuman hangat seperti, kopi, teh, ataupun coklat. Yang menarik adalah berjenis-jenis roti khas Georgia dalam berbagai bentuk dan ukuran yang menarik dan unik.

 

Tidak jauh dari sini, tampak sebuah rumah berbalkon dengan bentuk yang khas dan warna biru langit yang indah. Di sebelahnya , sebuah pintu berbentuk relung dangan deretan anak tangga yang bisa membawa kita langsung ke jantung kota tua. Sebuah patung lelaki tua berjanggut dan tangan kirinya memegang buku juga ada di halaman tepian tembok kota tua ini.

Tidak jauh dari sini, kembali sebuah rumah tuah berbalkon ukir , berlantai tiga dengan wana coklat tua yang keren tampil cantik di tepian jalan di tembok kota tua. Kali ini rumah tua ini berfungsi sebagai restoran dengan menu khusus kuliner lokal. Cherry Garden Restaurant namanya dan hamparan karpet merah menanti pelanggan dengan papan kayu bertulisakan nama resto dalam aksara Georgia.

Perjalanan menyusuri tembok kota tua ini kian menarik, sebuah kantor pemerintah, dengan lantai dasar berdinding bata merah dan lantai dua berbalkon ukir warna biru muda dan dipenuhi tanaman merambat juga ikut meramaikan parade bangunan tua di kota ini. Ternyata selain plakat bertuliskan aksara Georgia, dan "Dom Brakochestanya" dalam Bahasa Russia  di dekat pintu kayu berwarna coklat tua dengan ukiran yang detil dan indah, ada tulisan dalam Bahasa Inggris  yang menjelaskan kalau ini adalah Tblisi No 1 Marriage House. Wah barangkali ini sejeni KUA atau Kanor Urusan Agama kalau di Indonesia.

Di depan gedung ini, kebetulan lewat seorang wanita yang berpakaian chador dan berkerudung serba hitam sedang berjalan santai. Wanita setengah baya ini berjalan sendiri saja. Tentunya wanita ini bukan baru saja menikah. Tidak terasa, Perjalanan terus berlanjut dan selain rumah-rumah tua, ada juga patung-patung yang mungkin menggambarkan tarian tradisional Georgia.

Namun, salah satu gedung yang paling menarik di kawasan kota Tua Tbilsi adalah Gabriadze Theatre. Gedung Thatre Boneka ini sangat khas dengan Menara Jam yang baru selesai direnovasi sekitar tahun 2013 lalu. Ebetulan pada hari in sedang dipertunjukan lakon Ramona yang merupakan lakon andalan teater boneka ini selain Alfred and Violeta dan Trebizond yang pertama kali dipentaskan di jaman Soviet.

Kaki terus melangkah, kalau sebelumnya mata dimanjakan dengan bangunan yang usianya telah mencapai ratisan tahun, tiba-tiba saja terbentang di atas sungai Kura sebuah jembatan untuk pejalan kaki yang bentuknya sangat futuristik. Siapa saja yang melagkah di jembatan yang dinamakan Bridge of Peace ini merasa dilontarkan ke masa depan.

Jembatan berbentuk busur yang membentang sepanjang 150 meter ini memberikan nuansa modern berlatas beakang kota tua yang eksotis. Dari jembatan ini, kita bisa melihat sungai Kura yang meliuk-liuk atau juga ke Narikala Fortress di atas bukit serta Gereja Tua dan Patung Raja Vakhtang Gorgasilli. Sementara di kejauhan tampak juga istana kepresidenan yang megah dan modern.

Akhirnya perjalanan di kota tua Tbilisi membawa saya ke kawasan yang menjadi asal nama kota Tbilisi yang berarti hangat. Kawasan ini bernama Abanotubani dan dipenuhi dengan deretan rumah-rumah berbentuk kubah yang merupakan tempat pemandian air panas untuk umum. Uniknya kubah-kubah ini lah yang muncul di permukaan sedangkan sebagian besar bangunan seakan-akan berada di bawah permukaan tanah,

Salah satu gedung pemandian air panas ini, bentuknya mirip masjid dengan arsitektur Persia lengkap dengan keramik berwarna biru, tampak muka yang dihiasi lengkungan baik besar dan kecil serta menara dan kubah kecil di atasnya. Berada di kawassan ini, kita seakan-akan lebih berada di negri Iran atau juga Turki daripada di Georgia yang merupakan negara eropa di Kaukasud.

Dilobby pemandian ini, terdapat sebuah prasasti dari marmer dengan tulisan dalam Bahasa Georgia dan Russia. Tulisan dalam aksara Georgia tidak bisa saya baca. Namun yang dalam Bahasa Russia berbunyi “ Otradu ne wstrechal Ya nichega raskoshniye tiflisskih ban"  yang artinya kira-kira "Saya belum pernah menjumpai tempat yang lebih mewah dibandigkan dengan Pemandian di Tbiisi ini” demikian kira-kira arti tulisan yang dinyatakan oleh sastrawan terkenal Russia Aleksander Pushkin bertanggal 26 May 1829 itu.

Untuk menikmati mandi air panas di Tbilisi , kita dapat memlih mandi secara beramai-ramai di tempat umum atau menyewa kamar pribadi. Ongkosnya sekitar 3 Lari untuk pemadian umum dan menyewa kamar ribadi tentunya jauh lebih mahal. Dan asyiknya lagi  menurut tradisi orang Georgia, pada umumnya   mereka yang mandi di tempat umum ini biasa nya dalam keadaan polos telanjang . Tentunya terpisah antara lelaki dan perempuan.  Anda berani mencobanya?

Selepas mandi airpanas, kita juga bisa menikmati pijatan khas Georgia yang dilakukan seorang pemijat yang dalam bahasa Georgia disebut Mekise. Pijatan menggunakan busa ini menggosok seluruh bagian tubuh sambil menghilangkan lapisan-lapisan kulit mati yang ada sehingga kita akan tampil lebih segar dan muda setelahnya.

Setelah selesai mandi, kita juga dapat bersantai di sebuah taman dengan bunga-bunga yang indah berwarna merah , dan kuning. Di tengah taman ada sebuah patung bernama Heydar Aliyev. Ternyata Heydar Aliyev merupakan nama pemimpin negara tetangga Geprgia yang juga mantan salah satu Republik Soviet yaitu Azerbaijan. Taman Heydar Aliyev di tepian Sungai Kura ini melambangkan persahabatan kedua negara.

Sambil duduk santai di kursi taman Heydar Aliyev ini kita dapat menyaksikan kehidupan masyarakat kota Tbilsi. Kawanan Pria setengah baya mengobrol dan bercengkerama dengan teman-temannya dan sebagian lagi berkunjung ke salah satu tempat pemandian yang ada di dekat taman ini.

Kota tua Tbilisi dan pemandian air panasnya memang memiliki daya sihir yang tetap mempesona!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun