Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mengintip Ritual Mandi di Pemandian Air Panas Tblisi

28 November 2015   08:05 Diperbarui: 29 November 2015   00:24 1808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jembatan berbentuk busur yang membentang sepanjang 150 meter ini memberikan nuansa modern berlatas beakang kota tua yang eksotis. Dari jembatan ini, kita bisa melihat sungai Kura yang meliuk-liuk atau juga ke Narikala Fortress di atas bukit serta Gereja Tua dan Patung Raja Vakhtang Gorgasilli. Sementara di kejauhan tampak juga istana kepresidenan yang megah dan modern.

Akhirnya perjalanan di kota tua Tbilisi membawa saya ke kawasan yang menjadi asal nama kota Tbilisi yang berarti hangat. Kawasan ini bernama Abanotubani dan dipenuhi dengan deretan rumah-rumah berbentuk kubah yang merupakan tempat pemandian air panas untuk umum. Uniknya kubah-kubah ini lah yang muncul di permukaan sedangkan sebagian besar bangunan seakan-akan berada di bawah permukaan tanah,

Salah satu gedung pemandian air panas ini, bentuknya mirip masjid dengan arsitektur Persia lengkap dengan keramik berwarna biru, tampak muka yang dihiasi lengkungan baik besar dan kecil serta menara dan kubah kecil di atasnya. Berada di kawassan ini, kita seakan-akan lebih berada di negri Iran atau juga Turki daripada di Georgia yang merupakan negara eropa di Kaukasud.

Dilobby pemandian ini, terdapat sebuah prasasti dari marmer dengan tulisan dalam Bahasa Georgia dan Russia. Tulisan dalam aksara Georgia tidak bisa saya baca. Namun yang dalam Bahasa Russia berbunyi “ Otradu ne wstrechal Ya nichega raskoshniye tiflisskih ban"  yang artinya kira-kira "Saya belum pernah menjumpai tempat yang lebih mewah dibandigkan dengan Pemandian di Tbiisi ini” demikian kira-kira arti tulisan yang dinyatakan oleh sastrawan terkenal Russia Aleksander Pushkin bertanggal 26 May 1829 itu.

Untuk menikmati mandi air panas di Tbilisi , kita dapat memlih mandi secara beramai-ramai di tempat umum atau menyewa kamar pribadi. Ongkosnya sekitar 3 Lari untuk pemadian umum dan menyewa kamar ribadi tentunya jauh lebih mahal. Dan asyiknya lagi  menurut tradisi orang Georgia, pada umumnya   mereka yang mandi di tempat umum ini biasa nya dalam keadaan polos telanjang . Tentunya terpisah antara lelaki dan perempuan.  Anda berani mencobanya?

Selepas mandi airpanas, kita juga bisa menikmati pijatan khas Georgia yang dilakukan seorang pemijat yang dalam bahasa Georgia disebut Mekise. Pijatan menggunakan busa ini menggosok seluruh bagian tubuh sambil menghilangkan lapisan-lapisan kulit mati yang ada sehingga kita akan tampil lebih segar dan muda setelahnya.

Setelah selesai mandi, kita juga dapat bersantai di sebuah taman dengan bunga-bunga yang indah berwarna merah , dan kuning. Di tengah taman ada sebuah patung bernama Heydar Aliyev. Ternyata Heydar Aliyev merupakan nama pemimpin negara tetangga Geprgia yang juga mantan salah satu Republik Soviet yaitu Azerbaijan. Taman Heydar Aliyev di tepian Sungai Kura ini melambangkan persahabatan kedua negara.

Sambil duduk santai di kursi taman Heydar Aliyev ini kita dapat menyaksikan kehidupan masyarakat kota Tbilsi. Kawanan Pria setengah baya mengobrol dan bercengkerama dengan teman-temannya dan sebagian lagi berkunjung ke salah satu tempat pemandian yang ada di dekat taman ini.

Kota tua Tbilisi dan pemandian air panasnya memang memiliki daya sihir yang tetap mempesona!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun