Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Al-Quran 10 Bahasa di Masjid Kapitan Keling

18 Oktober 2015   10:14 Diperbarui: 18 Oktober 2015   12:20 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

George Town merupakan kota tua di Pulau Pinang yang sejak tahun 2008 dinobatkan sebagai “Warisan Dunia” oleh UNESCO. Menurut sejarah, nama kota ini diambil dari Raja George III dari Inggris yang mulai menancapkan kaki di pulau ini di tahun 1786.

Salah satu ikon George Town yang harus dikunjungi adalah Masjid Kapitan Keling yang lokasinya tepat di pusat kawasan Etnis Tamil yang disebut juga Chulia. Karena itu, di kawasan ini ada juga nama jalan yang disebut Lebuh Chulia untuk menandai kehadiran kaum yang berasal dari India bagian selatan itu.

 

Dari Lebuh Chuliah, saya berjalan perlahan belok ke kiri melalui Lorong Pitt dan kemudian belok kanan untuk kian mendekat ke Jalan Masjid Kapitan Keling. Dari seberang jalan, terlihat megahnya masjid dengan kubah dan menaranya. Ciri khas masjid berarsitektur India Selatan dengan relung-relungnya yang khas terlihat sangat kontras dengan sebagian arsitektur rumah toko model Cina yang mendominasi George Town.

Memasuki halaman masjid dari pintu utama, kita akan disambut oleh beberapa prasasti dan papan informasi yang menceritakan secara singkat sejarah Masjid Kapitan Keling i Dinamakan Kapitan Keling, karena masjid ini pertama kali dibangun oleh pemimpin kaum Tamil, Cauder Mohuddeen, pada tahun 1801. Bangunan yang sekarang berdiri megah merupakan hasil perluasan pada tahun 1930-an. Informasi ini sendiri tertulis dalam Bahasa Melayu, Inggris, Perancis dan Jepang.

“Merokok adalah haram dari pandangan Islam kerana padahnya terdapat kemudaratan,” demikian tertulis pada papan peringatan yang memperingatkan pengunjung dengan tulisan besar "Anda kini berada di Zon Larangan Merokok”. Asyiknya lagi papan peringatan ini mengutip ayat Al-Quran dan juga beberapa hadis.


Saya sempat duduk sebentar di kursi batu yang ada di halaman masjid sambil bersitirahat dan mengagumi keindahan masjid, Ada sebuah replika buku tetang etnis Tamil muslim yang di sebut Chulia dan ditulis oleh Khoo Salma Nasution. Wanita penulis ini merupakan generasi kelima peranakan Cina dan memainkan peranan penting dalam pelestarian George Town sehingga mendapatkan status warisan dunia.


Dari pintu utama, perjalanan dilanjutkan belok ke kiri dan melihat bangunan utama dari samping. Ada sebuah kursi batu disitu dan dari sini dapat diamati kegiatan di dalam masjid yang kebetulan sedang sepi. Hanya ada beberapa orang yang sedang sholat dan sebagian lagi sedang duduk atau tiduran menunggu waktu ashar. Tempat wudhu, sebagai mana masjid di India, berupa kolam besar dimana disediakan gayung plastik untuk mengambil airnya.


Ruang dalam masjid berlantaikan marmer putih yang dilapisi karpet panjang bermotif flora dengan kombinasi warna biru merah dan kuning. Kita disarankan untuk berdiri di karpet dan meletakan dahi di lantai ketika sedang sujud. Tiang-tiang besar berwarna putih menghiasi bagian dalam sementara lampu kristal dan hiasan interior kubah yang indah juga kian mempercantik masjid terbesar dan tertua di George Town yang menjadi kebanggaan masyarakat Pulau Pinang ini.


Dari sisi sebelah kiri ini pula, sempat diintip mimbar yang terbuat dari kayu berwarna coklat tua dan deretan kipas angin yang menjuntai dari langit-langit masjid. Sementara di bagian belakang masjid ada sebuah madrasah kecil yang namanya Madarasatul Anvarul Ulum. Dan ketika memutar melalui sisi kanan masjid, barulah ditemukan tempat wudhu dengan pancuran air sebagaimana biasa ditemukan di masjid-masjid di tanah air.


Ketika kembali ke halaman, saya mendekati menara masjid dan melihat nya dari sudut lain dengan latar belakang bangunan-bangunan tua di sebaranng masjid. Namun ketika berada di depan pintu kaca pusat informasi yang ada di bawah menara, sempat diperhatikan bahwa kedua sisi pintunya dihiasi dengan Surat Al-Asr ayat 1-3 yang selain DALAMBahasa Arab juga diterjemahkan dalam sembilan bahasa seperti Inggris, Perancis. Spanyol, Italia, Jerman, Belanda, Cina. Jepang dan Korea. Lucunya tidak ada terjemahan dalam Bahasa Malaysia.

Di bawah menara yang indah ini kita bisa merenung arti dan makna yang mendalam dari surah tentang waktu itu. Tidak tanggung-tanggung, sekaligus dalam 10 bahasa!

George Town, Medio Oktober 2015
Foto-foto dokpri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun