Tujuan utama para wisatawan berkunjung ke Siem Reap, yang secara harfiah berarti Kota yang ditaklukan Siam atau Thailand ini, tentu saja untuk berkunjung ke Angkor. Ibu kota kuno kerajaan Khmer yang konon masih memiiki kesamaan darah dengan raja-raja di Jawa. Pada masa jayanya, Angkor yang memiliki luas lebih dari 200 km persegi ini memiliki penduduk lebih dari 1 juta orang di kala kota-kota besar dunia lainnya seperti London atau Paris masih merupakan kampung kecil belaka.
“Datanglah ke Angkor, dan nikmatlah misteri dan reruntuhannya”, demikian salah satu kata-kata bijak yang pernah saya baca . Dan karena itu, walau pun sudah pernah berkunjung kesini hampir 9 tahun lalu, tetap saja wajib hukumnya untuk berkunjung kembali ke Angkor. Dan sore itu, tujuan kami datang adalah untuk menikmati pemandangan matahari tenggelam dikala senja.
Setelah membeli tiket seharga 20 USD yang berlaku selama satu hari dan memliki foto langsung jadi, tuk tuk yang dikemudikan Syukri terus melalu menuju ke Angkor Wat, sebenarnya ada piiihan lain untuk melihat sunset dari Phnom Bakheng atau Bukit Bakheng yang merupakan sebuah candi replika mahameru yang ada di atas bukit. Saya pernah menulis tetang kunjungan kesini di Terpesona Reruntuhan Angkor (Bagian 1)http://www.kompasiana.com/taufikuieks/terpesona-reruntuhan-angkor-bagian-1_550906b1a333114a442e3aba
Tuk-tuk melaju santai di jalan yang mulus di antara pepohonan yang mirip hutan. Kota Angkor ini memang sebagian besar sudah berubah menjadi hutan kembali setelah ratusan tahun ditinggakan penghuninya. Jalannya tampak jauh lebih mulus dibandingankan kunjungan pertama dahulu. Dan juga jumlah turis kali ini tampak jauh lebih banyak.
Mendekati Angkor wat, terlihatlah parit selebar 200 meter yang mengelilingi komplkes istana, candi, dan juga sekaligus tepat makam raja-raja Khmer ini. Saya diturunkan tepat dipintu masuk utama, yaitu pintu depan yang terletak di sebelah barat Angkor Wat dimana terdapat petugas yang segera memeriksa tiket masuk. Wah, kalau dulu hampir tidak ada petugas yang memeriksa!
Di tembok pertama, kita juga dapat menikmati pahatan di dinding yang meceritakan kisah-kisah dari Ramayana. Namun saya tidak punya waktu untuk itu, hari sudah menunjukan pukul 17.30 dan kira-kira pukul 18 30 an matahari akan sudah tenggelam dan kita harus dapat menikmati sun set dari dalam Angkor Wat,
Memasuki halaman dalam Angkor , langkah kaki dipercepat sambil sekali-kali mengambil gambar dari sudut-sudut yang indah. Ketika selesai menapaki tangga batu yang ditutupi dengan kayu untuk melidungi tangga yang asli, seorang wanita bercerita bahwa kita tidak akan diperbolehkan lagi untuk masuk dan naik karena Angkor Wat harus bersih dari wisatawab setelah pukul 18.00.
Memasuki pintu kecil, tetap kaki melangkah masuk dan sejenak mengagmi keindahan interior Angkor Wat berupa atao batu, relung, serta sebagian apsara di dalamnya. Sedangkan menara utama masih cukup jauh di dalam. Tiba-tiba saja petugas berseragam dengan sopan meminta para pengunjung yang masih ada di dalam Angkor Wat untuk erlahan-lahan keluar kembali menuju pintu utama di arah barat.
Dengan sedikit menggerutu, terpaksalah kaki dilangahkan kembali menuju ke halaman dalam untuk kemudian melalui pintu gerbang pertama dan akhirnya tiba di halaman luar sebelum parit. Di sini, masih ratusan orang yang duduk atau pun berjalan perlahan menikmati senja di Angkor Wat.
Pedagang keliling yang menawarkan nanas yang dijual sepotong seharga 1 UDSD juga sibuk menawarkan dagangannya. Seorang bocah Kamboja berusia tiga tahunan yang bertelanjang dada sedang bermain sendiri di antara pagar batu yang telah berusisa ratusan tahun ini menambah uniknya suasana senja di Angkor Wat.
Dalam perjalanan menuju halaman depan Angkor Watini sempat terlihat suatu tempat yang keliingi pagar kecil dan banyak dikerumuni wisatawan. Ternyata di lantai ada semacam bekas telapak kaki yang dipercaya sebagai telapak kaki Sang Buddha.
Akhirnya di ufuk barat terlihat sang mentari mulai perlahan-lahan turun ke peraduannya di balik pepohonan dan awan. Tujuan utama untuk melihat sun set dengan latar belakang Angkor Wat telah gagal. Namun hati tetap senang sejenak menyambangin kembali bangunan yang telah terdaftar sebagai salah satu warisan dunia dari UNESCO ini dan ternyata memang matahari tidak pernah tenggelam di Angkor Wat
Angkor Wat, Agustus 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H