“Assalamualaikum”, demikian ucapan yang menyapa dengan ramah di terminal bus Siem Reap . Perjalanan darat dengan bus dari Phnom Pehn ke Sieam Reap sekitar 6 jam memang membuat tubuh lumayan lelah. Namun menjumpai tukang tuk-tuk yang berjanggut cukup lebat dan lumayan lancar berbahasa Inggris dan juga sedikit Bahasa Melayu/Indonesia memberikan semangat baru untuk memulai pengembaraan di ibu kota Angkor ini.
Akhirnya pengemudi tuktuk yang bernama Syukri ini menjadi teman selama di Siem Reap, berkelana mengagumi keindahan dan misteri reruntuhan Angkor yang mempesona serta juga tempat-tempat lain yang wajib dikunjungi . Namun tugas pertama telah menanti yaitu berkunjung ke masjid yang terletak di kawasan yang bernama Kampung Steung Thmey yang merupakan kampung Muslim .
Syukri memarkirkan tuktuknya di tepi jalan di sekitar pintu gerbang masjid yang bernama “An Neakmah” ini. Sebuah papan nama bertuliskan aksara Kamboja, Arab dan Inggris dengan warna kuning emas berlatar belakang putih ini lah yang menyambut kedatangan kami disana. Di beranda masjid, imam masjid menyambut dengan ramah dan langsung bertanya dalam Bahasa Indonesia : “Dari mana?”
Imam masjid yang bernama Haji Yakub ini kemudian menunjukan tempat wudhu yang ada di samping masjid. Dia pula yang sibuk menghidupkan kias angin yang ada di langit-langit masjid ketika sang tamu dari Indonesia sedang sholat. Ruang sholat cukup luas dan didominasi oleh lantai keramik berwarna coklat muda. Beberapa tiangnya juga terbuat dari keramik dengan warna yang sama.
Mihrabnya juga sangat sederhana sementara mimbarnya terbuat dari kayu berplitur wana coklat. Hampir tidak ada hiasan ataupun kaligrafi di dinding masjid kecuali sebuah papan berisi jadwal waktu sholat dalam Bahasa Kamboja dan Arab serta sebuah jam dijital di atasnya. Papan itu segi empat dengan tulisan putih berlatar belakang merah.
Sebagian besar lantai masjid terbuka tanpa sajadah kecuali beberapa saf terdepan. Sajadahnya pun sangat sederhana dan terdiri daro beberapa warnah seperti merah, hijau dan juga coklat. Di dekat salah satu tiang, terdapat sebuah otak bertuliskan huruf arab “Amal Jariah”.
“Masjid ini dibina pada tahun 1985”, demikan cerita Haji Yakub dan menjelaskan bahwa dia bukan orang asli Siem Reap, tetapi berasal dari propinsi sebelah utara yang Kamboja. Haji Yakub juga bercerita bahwa ada jaman Pol Pot, kegiatan keagamaan sempat mengalami masa suram sehingga mereka hanya berani menjalankan kewajiban agama secara sembunyi-sembunyi. Dia juga bercerita bahwa nama Kampung ini dalam Bahasa Kamboja adalah Steung Thmey yang kalau diterjemahkan artinya “Sungai Baru”.
Tidak lama kemudian, datanglah dua orang muda yang disebut sebagai cik gu atau ustadz. Mereka guru-guru muda yang kebetulan mengajar di sebuah madrasah yang ada di belakang masjid. Ternyata mereka pandai berbahasa Melayu karena memang sempat menuntu ilmu agama di negri jiran Malaysia.
“Madrasah Qomaruddin Al Islamiah Kampung Steungmei Siem Reap”, demikian nama madrasah yang tepat berada di belakang masjid. Salah satu ustadz menemani sambil bercerita bahwa banyak kitab-kitab mereka yang juga berbahasa Melayu. Di depan sekolah banyak anak-anak lelaki dan perempuan yang sedang bermain. “Mereka sekolah kerajaan di pagi hari dan sekolah di madrasah setelahnya”, tambah sang ustadz lagi sambil tersenyum.
Di samping sekolah, Saya sempat mengintip sebuah lahan terbuka yang sekilas kosng dan ditumbuhi pepohonan dan semak. Namun setelah diperhatikan terdapat cukup banyak pusara sederhana yang ternyata merupakan pemakaman Islam di kampung ini. Sang ustad juga bercerita bahwa ini adalah satu-satunya pemakamam muslim di Siem Reap.
Setelah puas berkunjung, tibalah waktunya untuk pamit ke tuan rumah yaitu Haji Yakub yang telah menyambut dengan ramah dan tujuan selanjutnya adalah mengisi perut di Cambodian Muslim Restaurant yang letaknya hanya selemparan batu dari Masjid An Neakmah ini.
Siem Reap, Agustus 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya