Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Alunan Puisi di Masjid Kuburan di Yangon

5 Juli 2015   13:28 Diperbarui: 5 Juli 2015   13:28 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Dargah Bahadur Shah Zafar, Emperor of India (1837-1857)”, terpatri dengan manis dari besi tempa di atas pintu gerbang masjid dan mausoleum penguasa terakhir Kekaisaran Moghul yang terletak di Jakan Ziwaka no 8 tidak terlalu jauh dari Pagoda Swedagon yang menjadi ikon kota Yangon. Versi asli dalam Bahasa Myanmar juga terselip di antara nama dan jabatan sang “The Last Emperor “ itu,

Melewati pintu gerbang, ada sebuah halaman kecil dan di kedua sisinya ada bangunan semacam paviliun yang dihiasi dengan gambar sang kaisar lengkap dengan nama panjang dan tahun lahir serta kematiannya. “Hazarat Muhammad Sirajuddin Bahadur Shah Zafar, AD 1772-1862). Dalam foto ini, terlihat seorang kaisar dalam pakaian kebesarannya, dalam usia yang cukup tua dengan wajah dihiasi brewok lebat yang berwarna putih.


Bangunan utama mausoleum selintas mirip dengan masjid dengan arsitektur khas anak benua India, dihiasi dengan beberapa menara kecil di sekelilingnya. Dari halaman, kita dapat naik ke lantai utama atau turun ke basement. Saya membuka alas kaki dan kemudian sampai ke beranda yang berlantaikan keramik dan disambut seorang lelaki berkopiah putih, memakai kemeja lengan panjang warna putih dan juga sarung longyi, khas Myanmar berwarna coklat kemerahan.


Pria berumur sekitar 40 tahunan ini , bernama Hafiz Kamal, memperkenalkan diri sebagi kuncen sekaligus marbot di masjid yang ada di kompleks mausoleum ini. Pria Myanmar yang fasih berbicara Bahasa Inggris dan Tamil ini mengajak saya ke ruangan bagian dalam dimana kebetulan ada beberapa wanita berpakaian sari sedang melantunkan doa atau nyanyian yang saya tidak mengerti. Mungkin dalam Bahasa Hindi atau Urdu. “Mereka sedang melantunkan puisi Bahadur Shah Zafar”, jelas Hafiz kemudian.


Di tengah ruangan terdapat tiga buah makam yang ditutupi kain satin berwarna hijau, di atasnya banyak karangan bungan warna-warni yang dipersembahkan. “Yang itu makam Zafar, sedang yang dua lagi adalah makam istrinya Zeenat Mahal dan salah seorang cucunya”, tambah Hadiz lagi. Namun kemudian dijelaskan juga bahwa makam Zafar yang disini adalah makam yang palsu karena nanti akan ditunjukan makam asli yang ada di basement.


Di dinding mausoleum ini dapat kita lihat gambar dan foto Zafar (yang artinya kemenangan dan merupakan nama pena sang kaisar sebagai penyair). Ada foto beliau ketika dalam saat-saat terakhir dalam kondisi tua dan lemah, juga foto istri dan juga anak-anaknya. Selain itu dipamerkan karya –karya Zafar baik dalam bentuk kaligrafi dan juga puisi dalam Bahasa Urdu.
Saya kemudian di ajak ke ruangan masjid dimana terhampar deretan karpet dan sajadah. Ada sebuah mihrab dan mimbar yang sederhana, beberapa hiasan kaligrafi dan sebuah jam yang menunjukan waktu-waktu sholat.


Banyak hal menarik yang ada di mausoleum yang dibangun pada 1994 ini, Terutama sejarah mengenai hidup Bahahdur Shah Zafar yang menjadi kaisar Moghul pada 1837 sampai 1857. Beliau lahir dari ayah yang bergama Islam dan ibu yang bergama Hidhu sehingga mencoba hidup dalam sinkretisme kedua agama besar di India itu. Beliau juga terkenal sebagai seorang sufi sekaligus penyair yang melahirkan banyak karya yang bahkan sampai saat ini masih dikenang banyak orang.


Bahadur Shah juga dianggap sebagai pemimpin Pemberontakan Sepoy terhadap Inggris , yang kemudian diadili dan sempat dihadiahi kepala putranya sebagai hadiah nowruz atau Tahun Baru Persia dimana sang kasiar menjawab dengan tabah : “Alhamdulillah, kerturunan Timur selalu menghadap ayahnya degan cara ini”.


Pengadilan tidak memberinya hukuman mati, melainkan dibuang ke Rangoon dimana akkhirnya sang kaisar meninggal pada 1862. Dan di halaman belakang rumah pengasingannya lah sang kasiar terbuang dimakamkan. Kuburannya sengaja disamarkan dengan tujuan agar dilupakan oleh sejarah. Baru pada tahun 1991, kuburannya yang asli ditemukan dan kemudian dibangun mausoleum yang ada sekarang ini.


Kami kemudian turun ke basement dan melihat makam Zafar yang asli. Ada beberapa pria sedang melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran, dan dimakam yang tertutup kain satin ini, juga banyak karangan bunga dari para penziarah. Di dinding keramik yang berwarna putih dihiasi dengan beberapa puisi Zafar yang paling terkenal dan juga gambar bendera Pakistan.


Ketika kembali ke beranda, saya juga sempat melihat foto-foto kunjungan para petinggi dari British India, yaitu India, Pakistan, dan Bangladesh. Di antaranya foto Presiden Abdul Kalam dan juga Perdana Mentri Manmohan Singh dari India .
Ternyata, Baik Pakistan, India, dan Bangladesh menganggap bahwa mereka adalah pewaris yang sah dari Kekaisaran Moghul. India menganggapnya demikian karena secara defakto ibukota kekaisaran tersebut ada di Delhi, sedangkan Pakistan dan Bangladesh merasa lebih berhak karena Kekaisaran Moghul beragama Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun