Setiap ada perjumpaan pasti ada perpisahan, demikian pula dengan lawatan saya di Tanzania Utara, yaitu kawasan, Kilimanjaro, Arusha, dan juga Lake Manyara dan Ngorongoro. Tempat lain sudah menanti yaitu bagian dari Tanzania yang tidak terletak di benua Afrika melainkan sebuah pulau di sebelah timur yang bernama Zanzibar.
Pesawat Precision Air jenis ATR42 dengan mesin ganda mendarat mulus di Amani Abeid Karume International Airport. Walaupun ini merupakan penerbangan domestik selama sekitar satu jam di dalam kawasan United Republic of Tanzania, tetap saja kita harus mengisi nama dan kebangsaan serta data personal setibanya di bangsal kedatangan. Maklum saja Zanzibar memiliki pemerintahan, bendera dan juga bahkan presiden sendiri.
Hotel yang saya tempati pun merupakan bangunan tua bekas gedung konsulat Amerika. Gedung tua berlantai tiga ini juga dilengkapai dengan perabotan antik termasuk sebuah radio tua yang besarnya hampis sama dengan TV 19 inchi jaman baheula. Asyiknya lagi, hotel ini juga tidak memiliki lift dan setiap kamar memiliki balkon baik menghadap ke pantai maupun jalan raya. Kamar kami kebetuan terletak persis di tepi pantai, dilengkapi dengan tempat tidur yang berkelambu, dan kamar mandi yang mirip dengan istana raja-raja Arabia.
Letaknya persis di tepi pantai dimana banyak perahu besar dan kecil baik yang sedang berlayar maupun sedang tertambat menanti penumpang. Banyak juga orang bermain di pantai atau sekedar berjemuran sambil santai atau bermalas-malasan. Dari pantai tepat di dekat Tembo House Hotel ini kami memulai “jalan-jalan’ di Zanzibar. Hanya ada Zeus, saya berdua dan juga tukang kapal yang bernama Pandu.
“Pelayaran menuju ke Prison Island atau Changuu Island sekitar 20 atau 30 menit saja”, tambah Zeus lagi sambil sesekali mengambil fot menggunakan tabletnya. “Di sebelah kanan kita adalah Grave Island atau Chapwani Island dimana terdapat kuburan nasrani yang digunakan sejak akhir abad 19. Sebagian besar yang dikuburkan disini adalah tentara Inggris yang menjadi korban peperangan selama perang dunia ke I”. Zeus terus bercerita dan perahu terus berlayar mendekati Prison Island.
Sementara itu, di antara Prison Island dan Grave Island, masih ada lagi sebuah pulau kecil yang bernama Snake Island. Sambil menunggu kapal merapat ke dermaga di Prison Island, kami juga sempat berbincang-bncang tentang komposisi etnis penduduk Zanzibar dan juga Tanzania.
“Saya bukan orang asli Zanzibar melainkan berasal dari daratan Afrika di perbatasan Tanzania dan Kenya”, cerita Zeus lagi. Dia kemudian menjelaskan kalau ada lebih dari 125 suku bangsa di Tanzania dan berbicara bermacam-macam bahasa dan memeluk berbagai agama. Di Zanzibar, lebih dari 90 persen penduduknya beragama Islam, sedangkan dia yang berasal dari suku Luo kebetulan beragama Kristen.
“Namun kami semua berbicara Bahasa Swahili dan kebetulan Presiden Amerika Barack Obama juga berasal dari suku Luo di Kenya”, kata Zeun sambil tersenyum manis sekali dan menunjukan deretan giginya yang putih. Dalam hati saya bisa saja si Zeus ini masih ada kaitan darah dan kerabat dengan Presiden Obama!
Siapa sangka, jauh-jauh pergi ke Zanziibar , bisa ketemu dengan saudara Presiden Obama dan bisa tahu kalau Obama itu berasal dari Suku Luo.
Zanzibar, akhir Mei 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H