Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bertemu Suku Luo – Kerabat Obama di Zanzibar

20 Juni 2015   17:11 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:42 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap ada perjumpaan pasti ada perpisahan, demikian pula dengan lawatan saya di Tanzania Utara, yaitu kawasan, Kilimanjaro, Arusha, dan juga Lake Manyara dan Ngorongoro. Tempat lain sudah menanti yaitu bagian dari Tanzania yang tidak terletak di benua Afrika melainkan sebuah pulau di sebelah timur yang bernama Zanzibar.


Pesawat Precision Air jenis ATR42 dengan mesin ganda mendarat mulus di Amani Abeid Karume International Airport. Walaupun ini merupakan penerbangan domestik selama sekitar satu jam di dalam kawasan United Republic of Tanzania, tetap saja kita harus mengisi nama dan kebangsaan serta data personal setibanya di bangsal kedatangan. Maklum saja Zanzibar memiliki pemerintahan, bendera dan juga bahkan presiden sendiri.

Zeus, demikianlah nama supir taksi yang membawa kami ke hotel di kawasan Zanzibar City alias Stone Town, yang juga merupakan daerah kota tua yang termaksud dalam daftar Unesco World Heritage. Dalam perjalanan itu, kami juga sepakat untuk sekalian mengatur tempat-tempat mana saja yang akan dikunjungi termasuk ongkos yang dikenakan. Perjalanan ke Stone Town dari Bandara hanya sekitar 15 menit saja, dan sekilas berkendara di kawasan ini membuat kita merasa melewati lorong waktu kembali ke beberapa abad silam. Jalan-jalan yang sempit, bangunan , gedung, hotel , masjid, dan juga benteng dan istana yang tampak tua ada di sekeliling.


Hotel yang saya tempati pun merupakan bangunan tua bekas gedung konsulat Amerika. Gedung tua berlantai tiga ini juga dilengkapai dengan perabotan antik termasuk sebuah radio tua yang besarnya hampis sama dengan TV 19 inchi jaman baheula. Asyiknya lagi, hotel ini juga tidak memiliki lift dan setiap kamar memiliki balkon baik menghadap ke pantai maupun jalan raya. Kamar kami kebetuan terletak persis di tepi pantai, dilengkapi dengan tempat tidur yang berkelambu, dan kamar mandi yang mirip dengan istana raja-raja Arabia.


Letaknya persis di tepi pantai dimana banyak perahu besar dan kecil baik yang sedang berlayar maupun sedang tertambat menanti penumpang. Banyak juga orang bermain di pantai atau sekedar berjemuran sambil santai atau bermalas-malasan. Dari pantai tepat di dekat Tembo House Hotel ini kami memulai “jalan-jalan’ di Zanzibar. Hanya ada Zeus, saya berdua dan juga tukang kapal yang bernama Pandu.

“Kata Zanzibar berasal dari Bahasa Persia yaitu Zangi yang berarti kulit hitam dan bar yang berarti pantai”, demikian Zeus memulai percakapan ketika kami sudah di atas perahu yang menuju ke Prison Island. Zeus juga kemudian bercerita bahwa Zanzibar terdiri dari beberapa pulau dan yang paling besar dan ramai adalah Pulau Zanzibar yang dalam bahasa setempat disebut Unguja. Selain itu pulau besar lainnya adalah Pulau Pemba yang terkenal juga dengan nama lain dalam Bahasa Arab Al Jazeera al Khadra yang berarti Pulau Hijau, dan sebuah pulau di selatan Unguja yang beranam Mafia Island.

Perahu berlayar kian jauh meninggalkan Stine Town, dari kejauhan, kita dapat menikmati pemandangan Stone Town, dengan beberapa “land mark” yang terkenal seperti “House of Wonder”, Istana Sultan yang kini menjadi Palace Museum, dan juga Rumah Dr. Livingstone. Tidak ketinggalan pelabuhan Ferry dengan kapal besar dan bisa membawa kita ke Dar Es Salaam di daratan Tanganyika sana.


“Pelayaran menuju ke Prison Island atau Changuu Island sekitar 20 atau 30 menit saja”, tambah Zeus lagi sambil sesekali mengambil fot menggunakan tabletnya. “Di sebelah kanan kita adalah Grave Island atau Chapwani Island dimana terdapat kuburan nasrani yang digunakan sejak akhir abad 19. Sebagian besar yang dikuburkan disini adalah tentara Inggris yang menjadi korban peperangan selama perang dunia ke I”. Zeus terus bercerita dan perahu terus berlayar mendekati Prison Island.
Sementara itu, di antara Prison Island dan Grave Island, masih ada lagi sebuah pulau kecil yang bernama Snake Island. Sambil menunggu kapal merapat ke dermaga di Prison Island, kami juga sempat berbincang-bncang tentang komposisi etnis penduduk Zanzibar dan juga Tanzania.


“Saya bukan orang asli Zanzibar melainkan berasal dari daratan Afrika di perbatasan Tanzania dan Kenya”, cerita Zeus lagi. Dia kemudian menjelaskan kalau ada lebih dari 125 suku bangsa di Tanzania dan berbicara bermacam-macam bahasa dan memeluk berbagai agama. Di Zanzibar, lebih dari 90 persen penduduknya beragama Islam, sedangkan dia yang berasal dari suku Luo kebetulan beragama Kristen.


“Namun kami semua berbicara Bahasa Swahili dan kebetulan Presiden Amerika Barack Obama juga berasal dari suku Luo di Kenya”, kata Zeun sambil tersenyum manis sekali dan menunjukan deretan giginya yang putih. Dalam hati saya bisa saja si Zeus ini masih ada kaitan darah dan kerabat dengan Presiden Obama!


Siapa sangka, jauh-jauh pergi ke Zanziibar , bisa ketemu dengan saudara Presiden Obama dan bisa tahu kalau Obama itu berasal dari Suku Luo.

Zanzibar, akhir Mei 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun