[caption id="attachment_378798" align="aligncenter" width="512" caption="Bermain Bersama Monyet di Alam Liar Muara Angke"][/caption]
Kali ini, perjalanan membawa saya ke bagian utara kota Jakarta, tepatnya di kawasan bernama Muara Angke yang sekarang sudah sebagian besar menjelma menjadi tempat kawasan pemukiman mewah dan niaga PIK alias Pantai Indah Kapuk.
Dari jalan tol dalam kota Jakarta Semanggi Grogol Pluit saya turun di pintu Angke dan terus menuju ke Utara, masuk ke kawasan Pluit dan akhirnya sampai di depan Kawasan Niaga di antara Muara Angke dan Pantai Indah Kapuk. Secara tidak sengaja saya menemukan sebuah pintu gerbang bertuliskan “Suaka Marga Satwa Muara Angke, 12 Jalur Destinasi Wisata Pesisir”.
[caption id="attachment_378799" align="aligncenter" width="512" caption="Bermain Bersama Monyet di Alam Liar Muara Angke"]
Tertarik dengan tulisan ini, saya merapatkan kendaraan dan parkir di kawasan perkantoran yang ada di sebrangnya dan sempat mampir ke salah satu Bank yang ada di situ. “Di depan masih banyak monyetnya Pak”, jawab salah satu satpam yang ada di Bank itu.
[caption id="attachment_378791" align="aligncenter" width="512" caption="Bermain Bersama Monyet di Alam Liar Muara Angke"]
Karena penasaran, saya menyebrang jalan dan masuk melalui pintu gerbang dan kemudian menyusuri jalan setapak di bawah naungan pepohonan yang rindang.Hilang sudah suasana perkotaan dan gedung-gedung serta jalanan kota Jakarta yang selalu ramai. Baru 10 meter melangkah, Saya merasa berada di hutan lebat atau di alam pedesaan yang teduh, sepi dan nyaman.
[caption id="attachment_378792" align="aligncenter" width="512" caption="Bermain Bersama Monyet di Alam Liar Muara Angke"]
Sebuah pondok kecil ada di hadapan saya, tidak ada seorang pun di sana, kecuali seorang pria penjaga pondok yang sedang asyik sendiri menyapu dedaunan. Di dindingnya ada sebuah pengumuman bertuliskan Selamat Datang di Suaka Margasatwa Muara Angke berikut penjelasan cara mendapatkan ijin masuk serta biaya yang harus dibayarkan.Di belakang rumah ini ada jembatan terbuat dari kayu yang kemudian menuju ke arah hutan lebat di belakangnya. Sayangnya pintu nya tertutup.
[caption id="attachment_378793" align="aligncenter" width="512" caption="Bermain Bersama Monyet di Alam Liar Muara Angke"]
Tepat di sebelah pondok ada sebuah sungai yang kalau dilihat ujungnya mengarah ke hutan lebat di belakang dan kemungkinan menuju ke laut. Di tepi sungai terlihat diparkir sebuah perahu motor. Sementara di pepohonan lebat di kejauhan terlihat beberapa ekor monyet yang sedang bermain sambil bergelantungan di pepohonan yang lebat.
[caption id="attachment_378794" align="aligncenter" width="512" caption="Bermain Bersama Monyet di Alam Liar Muara Angke"]
“Tempat ini tertutup untuk umum kecuali bagi mereka yang telah mendapat ijin dari Kementrian Kehutanan untuk tujuan edukasi ataupun penelitian”, demikan penjelesan pria penjaga pondok yang kemudian memperkenalkan diri sebagai Pak Arifin. Beliau kemudian bercerita bahwa sebagian jalan kayu yang ada hutan suaka marga satwa ini telah rusak karena lapuk dimakan usia.
[caption id="attachment_378795" align="aligncenter" width="384" caption="Bermain Bersama Monyet di Alam Liar Muara Angke"]
Kebetulan saya membawa sebuah jambu yang kemudian diletakkan di atas pagar kayu. Mencium aroma buah, tidak berapa lama kemudian seekor monyet yang cukup besar mendatangi jambu tersebut dikuti puluhan ekor monyet yang lebih kecil. Monyet ini kebetulan menggendong bayi kecil yang selalu bergelantungan di perutnya. Dengan cepat dia mengambil dan segera melahap jambu tersebut. Saya pun tidak melewatkan kesempatan untu segera mendekati kawanan monyet yang terlihat jinak itu.
[caption id="attachment_378800" align="aligncenter" width="384" caption="Bermain Bersama Monyet di Alam Liar Muara Angke"]
Selain monyet sebenarnya di kawasan ini banyak terdapat satwa liar yang dilindungi dan juga tentu saja hutan bakau yang dulunya memang memiliki habitat di pantai utara kota Jakarta. Sebelum Bandara Internasional Sukarno Hatta dibangun diawal tahun 1980 an, kawasan hutan bakau ini sangat luas, dan kini hanya tinggal sedikit saja yang dilestarikan.
[caption id="attachment_378801" align="aligncenter" width="384" caption="Bermain Bersama Monyet di Alam Liar Muara Angke"]
“Kalau kita naik perahu sekitar 1 jam, maka kita akan sampai ke Pulau Rambut”, demikian penjelasan Pak Arifin lagi sambil terus bercerita bahwa Pulau Rambut merupakan kawasan cagar alam dimana terdapat ratusan jenis burung yang menjadikan pulau itu sebagai habitatnya. Selain itu diceritakan juga kalau kawasan suaka marga satwa ini sudah ada sejak jaman Belanda dan pertama kali dinyatakan sebagai cagar alam pada tahun 1935.
[caption id="attachment_378802" align="aligncenter" width="512" caption="Bermain Bersama Monyet di Alam Liar Muara Angke"]
Perbincangan dilanjutkan dengan mengenalkan berbagai jenis pohon selain bakau yang ada di kawasan itu. Ada nipah, dan juga pidada yang memiliki buah berbentuk unik mirip piala berwarna hijau dan konon cukup enak untuk dimakan.
[caption id="attachment_378812" align="aligncenter" width="512" caption="Bermain Bersama Monyet di Alam Liar Muara Angke"]
“Saya pamit mau ke kantor dulu”, kata Pak Arifin sambil mengambil sepeda motornya. Saya pun ditinggal sendiri di kawasan ini sambil terus menikmati kesunyian alam di tengah kramaian kota Jakarta yang berjarak hanya beberapa puluh meter di depan.