Hembusan angin dingin menerpa “Ulitsa Bauman” yang merupakan pedestrian street atau jalan khusus bagi pejalan kaki yang terletak di pusat kota Kazan, Republik Tatarstan.Di salah satu sudut jalan ini terdapat sebuah bangunan tua berlantai tiga dengan wana coklat muda yang terlihat cantik. Di atasnya terlutis dengan warna hijau “Dom Tataraskoii Kulinartsi” yang artinya Rumah Kuliner Tatar. Ternyata bangunan ini merupakan salah satu restoran makanan khas Tatarstan.
Saya terus berjalan menyusuri “Ulitsa Bauman” dan kemudian berbelok ke salah satu jalan kecil yang tidak terlalu ramai.Di sini secara kebetulan saya melihat sebuah Kafe dengan tulisan “Halal” dalam huruf cyrilic.Ternyata namanya adalah Kafe Barokah dan dipamerkan juga menu dengan gambar makanan dan sekaligus harganya.
Tertarik dengan menu dan harga yang cukup ekonomis, saya menuruni tangga dan masuk ke kafe yang letaknya agak sedikit di bawah tanah sebuah gedung tua. Udara hangat segera menyerbak ketika saya memasuki restoran yang kebetulan tidak terlalu besar. Hanya ada empat atau lima meja dan sebuah meja kasir di kafe bawah tanah ini.
Tidak ada siapa-siapa di ruangan ini, kebetulan waktu menunjukan jam 2.30 sehingga waktu makan siang mungkin sudah lewat. Tak lama kemudian muncul seorang gadis manis berkulit putih dan mengenakan pakaian berwanar biru mudalengkap dengan jilbabnya yang juga berwarna sama. Saya mengucapkan “Assalamualaikum” yang kemudian dijawab dengan senyum yang manis.
Sang gadis kemudian menyerahkan menu yang ternyata menjual beberapa jenis makanan internasional dan juga menu khas Tatarstan.Selain, saurma yang banyak dijumpai di kawasan timur tengah berupa daging atau ayam bakar diiris-iris dan kemudan dililit dengan roti, ada juga samsa yang mirip dengan samosa.Juga ada burger dan menu lainnya. Untuk minumnya cukup pesan teh hangat.
Tidak lama kemudian, pesanan pun keluar dan segera dinikmati dengan cepat dan lahap. Nikmat juga makanan yang hangat di siang yang dingin ini.Sambil makan, sesekali saya melirik ke gadis manis yang tetap duduk dengan tenang di meja kasir. Sesekali dia juga melihat dan memperhatikan tamu dari negri yang jauh ini.
Selesai makan, saya kemudian mendekati sang kasir sambil meminta bon dan bertanya berapa harganya. “Skolka?” tanya saya.Sang gadis pun menjawab “Dwista Pyatdesit” atau duaratus lima puluh Ruble.Cukup ekonomis untuk segulung Sawarma, sepotong burger dan juga dua gelas teh susu hangat.
Sejenak mampir di Kafe Barokah yang hangat dengan senyum manis sang gadis Tatar memang memberi nuansa kehangatan tersendiri. Apalagi di tengah-tengah kota Kazan yang dingin dan penduduknya yang sebagian besar berwajah dingin tanpa senyum, Maklum, walaupun ini Tatarstan, tetap lah di bawah kekuasan Russia. Negri yang dulunya pernah mendapat julukan negri tira besi.
Singkatnya, saya telah tersihir oleh gadis Tatar berjilbab itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H