Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Dari Concordia Sampai Gedung Merdeka

4 Oktober 2011   03:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:22 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

We come here not to quarrel”.- “Kami datang kemari tidak untuk bertengkar” demikian cuplikan pidato Perdana Mentri Cina Zhou En Lai di Konferensi Asia Afrika yang diadakan di Bandung pada April 1955. Cuplikan ini dapat disaksikan pada pemutaran film dokumenter di ruang audio visual Museum Konferensi Asia Afrika yang terdapat di persimpangan Jalan Braga dan Jalan Asia Afrika di pusat kota Bandung .

Silahkan Masuk dengan Gratis

Kunjungan ke Gedung Merdeka yang sekaligus semenjak awal 1980 an menjadi Museum Konperensi Asia Afrika ini dimulai dengan di tepi sungai Cikapundung. Dari sini terlihat Gedung Merdeka dengan puluhan tiang bendera berbaris rapi di depannya. Temboknya yang di cat putih dengan jendela-jendela besar berwarna kuning terasa sangat gagah dan menarik perhatian untuk dilihat isinya.

Menyusuri jalan Asia Afrika, terlihat papan nama Museum KonperensiAsia Afrika ini, Nampak keren berwarna hitam dengan tulisan bahasa Inggris di bawahnya: “Museum of the Asian African Conference”. Sementara di dinding gedung terdapat papan petunjuk arah menuju pintu masuk yang terletak di Jalan Braga.

Setelah berjalan melewati persimpanan Jalan Asia Afrika dan Jalan Braga, di kejauhan terlihat Hotel Savoy Homan yang merupakan saksi sejarah terselenggaranya Konperensi ini dengan menjadi tempat menginap para delegasi peserta . Gedung ini nampak begitu klasik dan megah, tidak ada sebuah gedung baru pun di Bandung yang dapat menyamai keindahan gedung-gedung tua yang menjadi permata arsitektur di kota yang pernah dijuluki Parijs van Java ini.

Sesampainya di pintu masuk, sebuah papan nama berwarna merah berhias gambar gedung menyambut dengan ramah. Sebuah pintu dilengkapi metal detector seperti di bandara atau mal juga harus dilewati untuk masuk ke gedung. “Selamat Sore. Selamat datang di Museum Konperensi Asia Afrika” sambut petugas museum dengan keramahan khas orang Bandung.” Dimana beli tiketnya?” tanya saya kemudian. Ternyata saya dipersilahkan masuk dengan gratis karena untuk mengunjungi museum ini memang tidak dikenakan biaya.

Bergabung dengan anak SD berkeliling museum

Kebetulan sekali, pada saat yang sama ada rombongan anak sekolah yang sedang berkunjung ke museum, tentunya mereka disertai guru dan juga seorang pemandu petugas museum juga sudah siap mengajak berkeliling dan menjelaskan benda-benda , ruangan, foto, dan cerita-cerita menarik tentang gedung yang dulunya bernama Concordia ini.

Di dalam gedung terdapat ruang pamer utama dimana dipamerkan foto-foto bersejarah tentang koperensi yang diadakan pada 18 sampai 24 April 1955 ini. Selain itu terdapat diorama pembukaan konperensi dengan tokoh-tokoh terkenal pada waktu itu seperti Presiden Soekarno, Jawaharlal Nehru dari India,Gamal Abdul Nasser dari Mesir, dan tokoh terkenal lainnya.

Banyak sekali foto-foto menarikdi sini. Salah satunya adalah foto hitam putih dengan ukuran besar menggambarkan Presiden Soukarno sedang berpidato pada saat pembukaan konperensi. Sebuah papan besar berwarna merah juga memuat cuplikan pidato Bung Karno dalam bahasa Indonesia yang diterjemahkan dalam berbagai bahasa.

Dasa Sila Bandung

Di dalam museum ini, dipamerkan juga hasil konperensi yang berupa Dasa Sila Bandung. Uniknya Dasa Sila Bandung ini ditulis dalam bahasa Indonesia dan juga kemudian ada versi dalam berbagai bahasa dari 29 negara perserta. Terlihat terjemahan dalam bahasa Inggris, Cina, Vietnam, Tagalog, Hindi, Arab,Perancis, dan masih banyak lagi.

Selain itu dapat juga dilihat daftar nama peserta dari setiap delegasi. Delegasi Indonesia ternyata dipimpin oleh Ali Sostroamidjojo dan delegasi Vietnam dipimpim oleh Pan Van Dong yang kemudian menjadi Perdana Mentri Vietnam pada tahun 1980 an.

Terasa sekali semangat dasa sila bandung ini yang menjadi cikal bakal terciptanya gerakan non blok dengan konperensi pertama di Beograd pada 1961. Konperensi ini pula yang memberikan insprirasi kepada negara-negara yang masih terjajah di kawasan Asia Afrika untuk merebut kemerdekaan.

Selain itu, terdapat juga foto-foto bersejarah mengenai gedung yang mula-mula dibangun dengan bentuk yang sederhana pada thn 1895 dengan nama “Concordia” ini. Gedung kemudian dibangun menjadi gedung modern pada tahun 1921 dengan model “Art Deco” dan tentu saja dengan arsitek terkenal kota Bandung yaitu. C.P. Wolff Schoemaker. Pada tahun 1955 gedung ini pun diberinama oleh Presiden Soekarno dengan nama yang indah yaitu “Gedung Merdeka”

Ruang Utama yang megah

Setelah berkeliling di ruang pameran, kami diajak ke ruang audio visual untuk menyaksikan film dokumenter tentang konperensi Asia Afrika pada 1955. Selain itu juga diputarkan cuplikan tentang peringatan 50 tahun konperensi yang diadakan pada 2005. Uniknya , walaupun konperensi pada April 1955 hanya dihadiri oleh delegai dari 29 negara Asia Afrika, ternyata pada peringatan tahun 2005 dihadiri lebih dari 100 negara.

Dari film ini, dapat dipelajari sekelumit sejarah tentang situasi politik pada tahun 1950 an, dimana perang Korea baru saja berakhir dan dunia terbelah dua menjadi blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok timur yang dipimpin oleh Uni Soviet. Perang Dunia ketiga setiap saat bisa saja meletus dan yang akan menjadi koraban adalah negara-negara yang relatieflemah dan baru merdeka di kawasan Asia Afrika. Oleh karena itu negara-negara ini harus bersatu yang kemudian menjadi kenyataan dengan terbentuknya gerakan non blok.

Setelah itu , kami juga sempat mampir ke main hall atau gedung utama dimana konperensi diadakan. Masih terdapat kursi-kursi berwarna merah tempat para delegasi duduk dan juga panggung dimana Presiden Soekarno memberikan pidato pembukaan dihiasi dengan bendera-bendera dari 29 negara peserta konperensi.

Di sebelah kanan panggung terdapat piringian semacam DVD berwarna kuning dalam ukiran besar yang dihiasi gambar bendera negara yang menghadiri peringatan 50 tahun konperensi pada 2005.

Toko Souvenir dan Pintu keluar di jalan Asia Afrika

Di dalam gedung, juga terdapat sebuah toko cendra mata yang menjual pernak-pernik tentang konperensi Asia Afrika, di antaranya T-Shirt bergambar gedung Merdeka dan bendera 29 negara peserta konperensi dan jugamug kecil bergambarkan gedung dan bendera.

Setelah puas berkeliling, kami mengukuti arah “exit” dan ternyata diarahkan untuk keluar dari pintu yang mengahadap ke jalan Asia Afrika. Pantas pintu ini selalu tertutup ketika pertama saya melintas di jalan ini.

Suatu kunjungan untuk sejenak mengenal sejarah dan menyerapi kembali semangat bangsa-bangsa Asia Afrika dan peran aktif bangsa Indonesia pada kurun waktu lebih dari 56 tahun yang lalu. Dari kunjungan singkat ini, dapat dipelajari bahwa bangsa Indonesia pernah memberikan sumbangan yang nyata dalam memberikan inspirasi kemerdekaan kepada bangsa-bangsa di AsiaAfrika yang masih terjajah dengan menjadi tuan rumah konperensi asia Afrika pada April 1955.

Suatu langkah yang benar bahwa Gedung ini dijadikan museum pada April 1980 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada peringatan 25 tahun Konperensi Asia Afrika. Kita tunggu peristiwa apa yang akan terjadi pada peringatan 75 tahun konperensi ini di tahun 2030 nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun