Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

“City of the Dead”: Pemakaman di Udara di New Orleans

25 September 2011   05:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:38 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_133132" align="aligncenter" width="512" caption="Pintu Gerbang Lafayette Cemetery no 1"][/caption]

"The fear of death follows from the fear of life.  A man who lives fully is prepared to die at any time." -Mark Twain "Welcome to the City of the Dead" . Ini adalah kata-kata sambutan dari pemandu wisata ketika tiba di depan pintu gerbang "Lafayette Cemetery No 1" yang terletak di Washington Avenue. Lokasi pemakaman ini terletak di kawasan "Up Town" kota NO (New Orleans) yang disebut Garden District. Memasuki pintu gerbang pemakaman Lafayette no 1 ini, kita merasa seperti memasuki sebuah kompleks perumahan . Sebuah jalan utama selebar  kira-kira delapan meter dan sebuah pohon magnolia tua mengucapakan selamat datang di salah satu pemakaman tertua di New Orleans. Bangunan makam berbaris rapi dan terdiri dari blok-blok dan nomor yang teratur. Secara sekilas, bentuk makam yang umumnya seragam berupa bangunan setinggi kira-kira 2 meter .  Di puncak makam, hiasan patung malaikat atau pun salib kadang-kadang meninggalkan bayang-bayang di makam sebelahnya. Bayang-bayang ini menambah suasana misteri yang memang mendominasi pada saat kunjungan di senja itu. Apalagi tidak ada pengunjung lain kecuali rombongan kami yang hanya terdiri dari empat orang. Keadaan makam juga sangat bervariasi, ada yang tampak terawat dan bersih . Sisa-sisa lilin atau pun bunga menunjukan bahwa makam ini habis dikunjungi  kerabat  yang mungkin secara rutin berziarah. Sementara banyak juga makam yang tampak kusam , kotor,  dan  dalam kondisi yang kurang terawat. Karena bentuk makam yang umumnya mirip dengan miniatur rumah susun atau perkantoran  inilah maka pemakaman ini disebut juga sebagai kota orang mati atau "City of the Dead". Lafayette Cemetery No 1 Dalam Kilasan Sejarah Di dekat dinding pintu masuk terdapat sebuah plakat yang menceritakan sekilas mengenai sejarah pemakaman yang pertama kali dibuka pada 1833 ini. Pemakaman ini dulunya dibangun di tanah perkebunan milik keluarga keturunan Perancis "Livaudaus".  Pada saat itu kawasan di Garden District ini termasuk dalam wilayah kota Lafayette dan kemudian dicaplok oleh perluasan kota new Orleans pada 1852. Sejak awal didirikan, pemakaman ini dibuka untuk segala golongan sehingga selain banyaknya nama Jerman dan Irlandia, nama yang berbau Italia, Inggris, Skotlandia, Belanda, Skandinavia, dan bahkan orang Amerika keturunan Afrika pun dimakamkan di tempa ini. Sejarah kota New Orleans juga dapat dibaca di pemakaman ini. Salah satunya adalah wabah "Yellow Fever" pada pertengahan abad 19. Menurut catatan resmi. 7849 orang meninggal karena wabah pada  tahun 1853 ini. Konon saking banyaknya orang yang meninggal, bahkan ada jenazah yang ditinggalkan begitu saja di pintu gerbang . Kebanyakan korban adalah imigran kulit putih yang baru mendiami daerah ini, sedangkan ras kulit hitam , yang lebih dulu tinggal disini lebih sedikit menjadi korban. Terlihat dengan jelas di pemakaman ini banyaknya orang yang meninggal pada tahun 1853 dan juga dengan jelas dituliskan penyebab kematian mereka. [caption id="attachment_133134" align="aligncenter" width="512" caption="Salah satu Makam dengan Bunga"][/caption] Pemakaman di atas tanah "Yang uniknya adalah jasad dan peti mati tidak dikuburkan di dalam tanah, tetapi di taruh di dalam "rumah" dan kemudian di tutup dengan tembok" demikian tambah sang pemandu. Rendahnya permukaan tanah dan dekatnya kota New Orleans dengan sungai Mississippi menyebabkan pemakaman secara konvensional menjadi hal yang sangat sulit dilakukan. Kendala yang dihadapi adalah air langsung menggenang ketika tanah baru saja digali dengan kedalaman kurang dari satu meter. Sehingga peti mati akan mengambang dan kemudian muncul ke permukaan. Akhirnya , pilihan untuk membuat makam di atas permukaan lah yang dipilih. Cara ini mengikuti cara pemakaman di Spanyol yang menggunakan rumah makam di atas tanah. Sehingga di pemakaman kota New Orleans, terdapatlah apatemen dan rumah susun berbaris rapi dalam blok dan lorong yang membentuk jalan. Mirip sebagai sebuah kota orang mati.

[caption id="attachment_133135" align="aligncenter" width="512" caption="Makam Komunitas"][/caption] Pemakamam Keluarga, Komunitas dan Oven di Tembok Makam Dalam satu "rumah susun", biasa dimakamkan satu keluarga ataupun suatu komunitas tertentu. Salah satu nya adalah makam keluarga 'Smith & Dumestre" yang terletak di Seksi 2 dengan 37 nama penghuni rumah keluarga. Sedangkan makam komunitas adalah "the Chalmette Fire Co" dan juga "the Jefferson Fire Company ". Selain itu juga juga terdapat makam Jenderal Harry T. Hays, seorang tokoh Kondeferasi Amerika Serikat yang dimakamkan pada 1876. Orang terkenal lainnya adalah Gubernur Louisiana sewaktu perang saudara, Henry Watkins Allen. Selain "rumah susun" keluarga dan komunitas, di sekeliling pagar pemakaman juga terdapat semacam laci yang isinya adalah makam yang disebut sebagai "Oven."

The Living Cemetery Uniknya ada juga kelompok yang dinamakan "Save Our Cemetery" yang tidak suka dengan penamaan "City of the the Dead" pada pemakaman di New Orleans. Mereka menyarankan penggunaan istilah "The Living Cemetery" . Tujuannya adalah untuk lebih banyak menggunakan tempat ini untuk mereka yang masih hidup seperti kegiatan pariwisata. Setelah berkeliling hampir satu jam di pemakaman ini kita dapat mengambil hikmah betapa tipisnya pemisah antar kehidupan dan kematian. Akhirnya kami pun memgucapkan selamat tinggal kepada penduduk yang tinggal di kota yang juga pernah menjadi tempat shooting film "Interview with the Vampire" ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun