Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menunggu Ajal Menjemput di Tepi Sungai Bagmati

16 September 2011   03:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:55 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

  [caption id="attachment_135249" align="aligncenter" width="640" caption="foto wikipedia"][/caption]  

 

Kathmandu , ibu negri Nepal yang terletak di lembah Kathmandu  yang tinggi ini memang menyimpan banyak misteri. Di kota ini, agama Buddha Tibet dan Hindhu menjadi kepercayaan yang dominan dianut penduduk. Salah satu tempat yang juga mengandung banyak misteri dimana hanya ada benang tipis antara kehidupan  dan kematian adalah sebuah kuil atau tempat ibadah yang disebut Pasupatinath Tur Pribadi dengan Sedan Buatan Jepang "Besok tur kita akan memakai mobil buatan Jepang" demikian kata yang terus saya ingat ketika tawar menawar harga telah disepakati. Maklum, saya tetap khawatir kalau-kalau kendaraan yang akan dipakai dalam tur selama 3 hari di Kathmandu dan kota-kota lain di Nepal ini akan tetap memakai kendaraan sedan yang dipakai menjemput dari Bandara Tribuvan ke Hotel, yaitu sebuah mobil sedan buatan India yang mungkin buatan tahun 70an. Akhirnya , keesokan paginya seorang pemandu merangkap supir kami sudah menunggu di lobby hotel, lengkap dengan sedan Toyota tahun 1990 an. Lumayan deh, masih mobil Jepang fikir saya dalam hati. Ada beberapa tujuan yang sudah ditetapkan untuk acara hari kedua di Kathmandu ini. Dan yang cukup menarik untuk dikisahkan saat ini adalah kunjungan ke sebuah kuil Hindhu di tepi sungai Bagmati di perbatasan Kota Kathmandu dengan kawasan Lalitpur.

 

 

Bagian dalam Kuil Hanya untuk orang Hindhu

Sesampainya di daerah Deopatan, di pinggiran kota Kathmandu ini, kendaraan pun diparkir, dan kami menujupintu masuk ke halaman kuil. Tentunya setelah supir membelikan kami tiket masuk.

Memasuki halaman kuil, sudah tampak suasana riuh dimana di dalamnya terdapat ratusan jemaah yang hilir mudik. Mungkin sebuah upacara sedang dilakasanakan. Ketika kami mendekat seorang anak muda berusia duapuluh tahunan melarang kami masuk dan dengan bahasa Inggris yang baik menyatakan bahwa bgaian dalam kuil saat in tertutup untuk wisatawan asing, sehingga kita hanya dapat melihat dari luar dan melihat bangunan -bangunan dari halaman saja.

Akhirnya sang anak muda itu pun tanpa persetujuan saja mulai bertindak sebagai pemandu dadakan. Dia menjelaskan dengan singkat dan lancar tentang sejarah, dan perkembangan kuil ini.

Anak muda tadi menjelaskan bahwa dia sebenarnya seorang mahasiswa jurusan sejarah dan bekerja sebagai pemandu amatiran untuk biaya kuliah saja.

 

Sekilas tentang Pasupatinath

Kuil ini mungkin sudah ada sejak awal abad ke 5 masehi. Namun bangunan yang sekarang ini dibangun pada abad ke 17 menggantikan bangunan-bangunan yang telah ada sebelumnya. Sedangkan menurut legenda banyak sekali versi yang ada. Salah satunya adalah yang diceritakan oleh pemandu kami.

Menurut cerita, konon Dewa Siwa dan istrinya Parwati sedang dalam perjalanan ke lembah Kathmandu dan kemudian beristirahat di tepi sungai Bagmati. Karena terkesan dengan keindahan daerah ini Siwa dan Parwati akhirnya mengubah diri mereka menjadi rusa dan kemudian berjalan ke hutan. Akhirnya Siwa pun memutuskan bahwa tempat di dekat sungai Bagmati ini sebagai kuil yang dipersembahkan bagi Pasupati atau Dewa selaga macam Hewan . Ada semacam kepercayaan bahwa penziarah yang datang kesini dan melihat lingam yang ada disini tidak akan bereinkarnasi sebagai hewan..

Kera yang sangat dihormati

Menurut cerita dan kepercaaan Hindhu, manusia ini hidup dan mati untuk kemudian hidup lagi melalui reinkarnasi. Dan yang menarik adalah bahwa kita harus berinkarnasi sebanyak 84 kali sebelum mencapai kehidupan yang sempurna .

Kalau perbuatan kita buruk maka kita harusmelalui reinkarnasi sebagai hewan dan dalam reinkarnasi yang terakhir adalah sebagai kera. Jadi tidak mengherankan kalau kera-kera di kuil ini dan di tempat-tempat lain di Nepal sangat dihormati dan tidak boleh diganggu.

Kuil yang berfungsi sebagai Rumah Menunggu ajal

Yang menarik lagi adalah cerita pemandu yang mengatakan bahwa di kuil ini banyak sekali orang-orang tua yang sudah sakit berat dan kemudian tinggal disini menunggu ajal menjemput mereka. Secara kebetulan kami juga diajak ke tempat di tepi sungai dimana kremasi sering diadakan. Masih terdapat sisa-sisa bekas pembakaran mayat. Selain itu juga terdapat beberapa gua dimana orang suci atau Sadhu yang selalu dalam keanadaan telanjang tinggal dan bersemedhi.

Sungai bagmati yang mengalir dari Nepal menuju India ini memang merupakan sungai suci bagi umat Buddha dan Hndhu. Di tepi sungai ini terdapat banyak sekali kuil termasuk kuil Pasupathinath ini.

Menurut kepercayaan, jenazah yang akan dikremasi harus di celupkan dulu sebanyak tiga kali ke sungai. Sementara keluarga pelayat yang sedang berduka akan dipimpin oleh anak lelaki tertua dari jenazah. Dengan memakai pakaian berwarna putih dan kepala yang harus digunduli sebelumnya., sang anak inilah yang akan menyulut api ke kumpulan kayu bakar di atas jenazah. Setelah itu jenazah akan dihanyutkan begitu saja di sungai.

Sang anak ini kemudian harus mandi di sungai setelah upacara kremasi selesai. Keluarga dan para pelayat juga biasanya akan mandi di sungai atau menyipratkan tubuh mereka dengan air sungai yang dianggap suci ini. Walaupun keadaan sungai saat ini sudah sangat kotor dan penuh polusi, sungai dan airnya tetap dianggap suci dan dapat menyucikan jiwa.

Setelah kira-kira satu jam melihat-lihat tempatsambil dijelaskan oleh pemandu, akhirnya kami memutuskan untuk meninggalkan tempat ini. Tentu saja dengan memberikan tip ala kadarnya kepada pemandu sambilan ini. Benar-benar suatu perjalanan spiritual yang memperkaya jiwa. Kisah tentang kehidupan, kematian dan reinkarnasi yang mengesankan di tepi sungai Bagmati di Lembah Kathmandu.

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun