Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kisah-Kisah Menarik dari Turki (11) Sebuah Tiang, Tujuh Keajaiban Dunia

21 November 2011   01:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:24 1130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada patung sang "Isa Bey" yang gagah dan berwibawa,  kaki pun melangkah meninggalkan Isa Bey Camii untuk menuju ke sebuah tempat, yang konon merupakan bangunan yang pertama yang terbuat seluruhnya dari marmer, yaitu Kuil Artemis. Menyusuri jalan-jalan yang sepi di pinggiran kota Selcuk, di akhir bulan Oktober yang cukup dingin memberikan nuansa lain yang unik. Di kiri kanan jalan yang sepi, hanya pepohonon tanpa daun yang menghiasi. Keheningan terasa sangat mencekam. Sekitar 300 meter berjalan,  tampak di kejauhan sebuah kolom di tengah-tengah lapangan luas yang gersang. Namun ada sebuah pagar kawat yang mengelilingi tempat ini, sehingga untuk mencapainya saya harus memutar melewati jalan raya antara Selcuk dan Efesus.

Ada beberapa kursi taman yang cantik menghiasi trotoar, saya sempat duduk sebentar sambil kembali merenung pengalaman batin yang didapatkan di Isa bey Camii. Sebuah masjid kecil tampak di depan saya. Arsitekturnya mirip dengan Masjid di Athena yang saat ini telah menjadi museum. Setelah berjalan lagi sekitar sepuluh menit melalui jalan raya dan sempat melewati sebuah kompleks militer, barulah kelihatan papan petunjuk menuju Kuil Artemis yang saya tuju. Papan pariwisata belatar coklat bertuliskan "Artemis Tapinagi" dalam bahasa Turki dan di bawahnya "Artemisian" dalam bahasa Inggris. Inilah jalan masuk menuju Kuil Artemis, yang konon dibuat untuk menghormati Diana, sang dewi dalam mitologi Yunani, Dewi Artemis ini adalah dewi bulan yang menurut legenda juga saudara kembar Apolo, yang namanya kemudian pada abad ke 20 digunakan sebagai kendaraan yang pernah ditumpangi manusia untuk mendarat di Bulan. Diana atau Artemis ini juga yang sangat dihormati sebagai Dewi yang selalu mempertahankan "virginitas" atau keperawanannya.

 

Reruntuhan Tujuh Keajaiban Dunia Akhirnya , saya terus bejralan kembali menuju kolom yang sempat saya liat dari kejauhan tadi. Untuk mencapai tempat ini , saya harus memutar cukup jauh. Namun , kemisteriusan tempat ini dan pesona sang perawan "Diana", membayar semua usaha tadi. Tidak terlalu banyak orang yang ada di sini, hanya beberapa wisatawan dan juga penjaja kartu pos yang menghampiri saya. Sambil terus tersenyum sambil berkata "hayir, tesekkur ederim" atau tidak, terima kasih, saya berjalan terus mendekati kolom satu-satunya yang masih tersisa di antara reruntuhan bebatuan marmer. Sebuah papan berwarna putih memberikan gambar tampak muka dan penampang Kuil Artemis ini pada bentuk aslinya. "Artemis Tapinagi - Artemission Temple", demikian judul papan keterangan ini. Terlihat penampang depan yang sangat indah khas kuil Yunani dengan delapan buah tiang utama yang besar dan megah. Sangat mirip dengan Parthenon, yang sampai saat ini masih berdiri megah di Acropolis di Athena.

Kalau di Indonesia saat ini sedang heboh dengan "Tujuh Keajaiban Dunia Baru", maka Kuil Diana ini tidak pernah perduli dengan statusnya, yang termasuk "Tujuh Keajaiban Dunia jaman kuno". Sayangnya, ketujuh keajaiban tersebut hampir semuanya telah runtuh, kecuali Piramida Besar dari Giza dan kuil Artemis yang tinggal satu kolom saja yang tersisa. Dari buku saku tentang wisata Efesus, saya mendapatkan keterangan bahwa kuil ini dibangun sekitar tahun 650 SM. Lokasi tempat kuil ini merupakan daerah rawa sehingga kuil menjadi lebih tahan menghadapi gempa. Namun pada tahun 356 SM, kuil ini dibakar oleh seseorang yang kurang waras bernama Herostratus. Menurut legenda kuil ini dibakar persis pada hari kelahiran Iskandar Agung atau Alcxander the Great. Tujuannya adalah untuk mendapatkan ketenaran dengan segala cara. Kuil ini kemudian dibangun kembali atas perintah Iskandar Agung pada 344 SM menyerupai bentuk aslinya. Namun seiring berjalannya waktu kuil ini sendiri sempat mengalami kebakaran kedua pada 262 . Sebuah rekonstruksi sempat dilaksanakan pada abad ke empat namun mulai ditinggalkan di akhir abad ke empat atau awal abad ke lima ketika puing dan marmernya mulai dipakai untuk membangun gereja termasuk Basilika St Jean. Begitulah akhir yang menyedihkan dari sebuan mahakarya yang sempat menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Dan Ketika saya berdiri dihadapannya yang tersisa hanyalah sebuah kolom di atas reruntuhan ditengah rawa yang kadang-kadang kering dan kadang-kadang terendam air payau.

Kuil Marmer Pertama dan Terbesar Saya terpaku lagi pada papan putih di depan saya. Saya perhatilkan detail penampang gambarnya, terdapat 127 kolom atau tiang yang besar dan setiap tiang memiliki tinggi sekitar 60 kaki. Pada masa jayanya, kuil ini memiliki panjang 377 kaki dan lebar 180 kaki serta terbuat seluruhnya dari marmer. Pendek kata, dalam sejarah umat manusia, ini adalah bangunan suci keagamaan yang pertama kali dibangnu dan terbuat dari marmer, Keseluruhan 127 kolom itu diukir dengan hiasan yang indah . Semuanya dibangun di atas fondasi yang ukurannya sekitar 400 kali 200 kaki. Namun saya alihkan pandangan saya ke sebuah kolom yang tersisa, kolom ini pun sudah tidak utuh lagi, yangtersisa hanyalah sekitar 4 meter atau 13 kaki dari tinggi asli 60 kaki. Sambil membayangkan keindahan kuil yang konon ukurangnya empat kali lebih besar dibandingkan Parthenon di Athena, saya juga mencoba menerawang ke dalam bangunan dalam bayangan saja. Sebuah bangunan besar yang di dalamnya dihiasi dengan karya seni yang indah seperti patung patung karya pemahat Yunani terkenal pada saat itu. Selain itu banyak lukisan dan juga tiang-tiang yang disepuh emas dan perak.Menurut buku panduan. Sebagian benda-benda ini sekarang menjadi koleksi British Museum di London. Sambil memandang kolom yang kesepian ini., saya merenung dalam hati, betapa sebuah monumen yang demikian besar, megah, dan indah,, sebuah mahakarya yang bahkan dianggap sebagai salah satu keajaiban dunia, akhirnya harus kalah dengan sang waktu. Kini, yang tersisa hanyalah sebuah tiang, yang memberikan suatu pelajaran yang berharga, bahwa di dunia ini semuanya akan binasa. .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun