[caption id="attachment_142136" align="aligncenter" width="512" caption="Foto 1"][/caption]
Bagi yang pernah berkunjung ke dunia Fantasi di Ancol, tentunya sebagian pernah mencoba naik wahana “Halilintar”, dimana kita berputar selama dua putaran dengan posisi yang ekstrem dan cukup memacu adrenalin. Bagi yang lemah jantung, diharapkan jangan sekali-kali mencoba wahana ini.
Namun pernahkah anda membayangkan bahwa kita juga dapat menikmati rasa sensasi seperti ini di tengah padang pasir tidak jauh dari Kota Dubai yang gemerlap? Dan uniknya, kita dapat menikmati semua itu dengan berada di dalam sebuah mobil “4 wheel drive” yang beraksi di padang pasir dengan gerakan dan manuver bagaikan “Roller Coaster”.
[caption id="attachment_142138" align="aligncenter" width="512" caption="Lembayung Senja di Padang Pasir."][/caption]
Lembayung Senja di Padang Pasir.
Sesuai dengan perjanjian, kami sudah dijemput di hotel kami di pusat kota Dubai sekitar pukul 5 sore dan kemudian mobil “Land Cruiser” mulai melesat melewati jalan bebas hambatan menuju ke luar kota Dubai. Sekitar 45 menit kemudian, mobil kami mulai tiba di daerah padang pasir “Al Awir” dimana selain kendaraan kami,ternyata puluhan mobil juga sudah berkumpul di tempat ini.
Ketika lembayung senja mulai memerah, kumpulan SUV baik merek Land Cruiser maupun Hummer ini mulai melakukan persiapan untuk safari di padang pasir. Semua kelengkapan dan kesiapan kendaraan diperiksa ulang. Hal ini dilakukan unutk menjamin keamanan karena perjalanan yang dilakukan nanti akan melalui medan yang cukup sulit.
Selain itu, keempat roda kendaraan juga dikurangi anginnya sehingga kelihatan “setengah kempes”. Dengan demikian keempat ban akan memiliki daya cengkram yang lebih di pasir dalam manuver-manuver yang cukup ekstrim nanti.
Sambil menunggu pengemudi mempersiapkan kendaraan, para penumpang berkumpul dengan penumpang dari kendaraan lain sambil menyaksikan sinar lembayung sang surya yang mulai menghilang di balik horizon. Kalau keindahana sun-set di pantai Kuta , atau pun terbitnya matahari di gunung Bromo memberikan suatu sensasi akan keindahan, maka hilangnya sang surya ditelan bukit dan gunung pasir seakan-akan memberikan sensasi keanehan yang penuh misteri.
[caption id="attachment_142140" align="aligncenter" width="512" caption="“Dune Bashing” Memicu Adrenalin di Padang Pasir"][/caption]
“Dune Bashing” Memicu Adrenalin di Padang Pasir
Sinar lembayung masih tampak sebagian di horizon dan petualangan yang boleh juga disebut sebagai “Olahraga Ekstrem”ini pun dimulai dengan “Land Cruiser” yang sudah setengah kempes keempat rodanya,
“Fasten your seatbelts please” demikian ucapan sang pengemudi sebelum mobil mulai meluncur di padang pasir. Gerakan gerakan cukup ekstrim ini disebut juga dengan istilah “Dune Bashing”. Dune sendiri adalah istilah untuk bukit pasir. Pertama-tama yang harus dibayangkan bahwa padang pasir bukan hanya hamparan pasir yang luas dan datar, melainkan terdiri dari landskap yang indah dengan variasi ketinggian yang cukup ekstrim. Di padang pasir ini terdapat bukit dan gunung yang semuanya tertutup pasir.
Kendaraan kami mulai bergerak perlahan menyusuri jalan jalan di punggung bukit yang terjal, sempit dan berliku-liku. Di kiri kanan Nampak “jurang” yang menganga, Uniknya lembah-lembah ini pun semuanya tertutup pasir.
Kemudian, dengan hampir tiba-tiba, kendaraan mulai meluncur cepat menuruni bukit pasir sampai di lembah dan dengan dibantu gaya sentrifugal mulai mendaki lagi untuk sampai di punggung bukit di seberang.
Sesekali kita juga melihat kendaraan lain dikejauhan melakukan hal yang serupa, namun karena kurangnya kecepatan, kendaraan gagal sampai dipunggung bukit. Kalau hal ini terjadi pengemudi harus mengulangi lagi sampai berhasil
Uniknya mereka kelihatan berkerja dalam kelompok sehingga setiap kali tiba di suatu tempat selalu berkomunikasi dengan kelompoknya untuk meyakinkan bahwa semua kendaraan dalam keadaan selamat.
Tampaknya memang sederhana, namun terasa sekali gerakan tadi membuat isi perut terkocok dan detakan jantung terasa kian cepat. Rasa takut, cemas, khawatir bercampur aduk dengan rasa gembira dan juga rasa ingintahu.Pendek kata sangat cocok untuk yang berjiwa petualang , muda , dan tentu saja pemberani.
Tentu saja kita, tidak usah terlalu khawatir, semua pengemudi telah memiliki jam terbang yang tinggi disamping juga telah memiliki lisensi khusus sebelum diperbolehkan untuk melakukan manuver manuver yang menantang dalam “dune bashing ini’
[caption id="attachment_142134" align="aligncenter" width="512" caption="Naik Unta dan Makan Malam di Kemah Tradisional Bedouine"][/caption]
Naik Unta dan Makan Malam di Kemah Tradisional Bedouine
Setelah sekitar 30 menit berpetualang di padang pasir, kendaraan terus begerak dalam kelompok menuju semacam “perkemahan” dimana makan malam telah menanti. . Namun sebelum masuk ke perkemahan, telah menanti segerombolan unta berbagai warna dan ukuran di halaman.Unta-unta yang tampak sangat antusias menyambut kami ini dapat disewa dengan ongkos 20 Dirham perorang. Kita dapat naik kira-kira lima atau sepuluh menit di depan perkemahan. Bagi yang tidak suka denga bau unta dapat langsung menuju kemah untuk menikmati minuman sementara makanan malam khas padang pasir sedang disiapkan.
Tidak lama kemudian makan malam pun siap. “barbeque berbagai jenis daging seperti ayam , ikan, sapi, kambing dan juga unta telah siap untuk dinikmati. Selain makanan utama, makanan pembuka seperti berbgai jenis kurma juga tersedia.Berbagai jenis minuman baik kopi, teh, danminuman dingin, dapat dinikmati dengan leluasa,
Suasana padang pasir benar-benar mengasyikan karena makan malam dilakukan sambil duduk di dalam tenda beralaskan karpet berwarna-warni dan dilengkapi dengan meja-meja yang rendah sehingga kita dapat duduk bersila di karpet. Selain itumeja tadi pun dilengkapi dengan bantal yang juga khas suku Bedouine, yang merupakan penduduk asli padang pasir.
[caption id="attachment_142151" align="aligncenter" width="512" caption="Suasana Padang Pasir dengan Qandara, Shisha dan Tari Perut."][/caption]
Suasana Padang Pasir dengan Qandara, Shisha dan Tari Perut.
Bagi yang ingin lebih meresapi suasana padang pasir, dapat juga mencoba bergaya memakai pakaian khas padang pasir yang disebut “Qandara”. Pakaian tradisional ini terasa lebih longgar sehingga kita dapat makan dengan lebih leluasa.
Selain di dalam tenda, kita juga dapat duduk di meja meja rendah yang disediakan di alam terbuka beratapkan langit maha luas yang cerah dan bertaburan bintang-bintang.
Kita juga dapat menikmati rokok khas timur tengah, yang disebut “Shisa”. Alatnya berbentuk seperti guci berisi air dan memiliki semacam pipa fleksibel untuk menghisapnya. Saya sempat mencobanya namun, rasanya sangat aneh sehingga membuat saya terbatuk-batuk.
Malam kian larut, makanan dan minuman terus mengalir, dan tiba-tiba, alunan musik padang pasir berubah makin panas. Tidak lama kemudian di panggung muncul seorang penari perut yang jelita dan mulai menari menghibur semua pengunjung. Selain lenggang- lenggoknya yang gemulai, penari juga memiliki banyak variasi tarian yang menggoda, salah satunya adalah menari dengan menggunakan pedang.
Hiburan tari perut ini mengakhiri petualangan dengan roller coaster bermerek “Land Cruiser” yang sempat membuat jantung berdetak cepat di tengah padang pasir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H