Â
Â
Bagi sebagian besar penduduk Hongkong, wang dan harta dunia adalah agama mereka. Tentu saja , tidak berarti di kawasan mini yang sekarang sudah 14 tahun kembali ke pangkuan Republik Rakyat Cina itu sama sekali tidak ada geliat kehidupan beragama. Selain agama Buddha, Tao, Konghucu dan Kristen, ternyata terselip juga geliat umat Islam di mantan koloni Inggris di timur jauh yang namanya berarti Pelabuhan Harum itu.
Sekilas mengenai Islam di Hongkong
Secara statistik ada sekitar 80 ribu penduduk Hongkong yang menganut agama Islam. Sekitar setengahnya merupakan etnik Cina dan setengahnya lagi etnik pendatang yang kebanyakan dari Asia Selatan. Dengan adanya lebih dari 100 ribu lebih pekerja asal Indonesia, maka jumlah muslim yang menetap di Hongkong pada saat ini mendekati sekitar 200 ribu orang. Kedatangan Islam sendiri di Hongkong sudah ada bersamaan dengan berkembangnya teritori ini di pertengahan abad ke 19. Dengan berawalnya pemerintahan Inggris di tahun 1842, maka Hongkong berkembang pesat sebagai pusat perdagangan dan jasa. Karena itu banyak sekali pendatang dari Asia Selatan seperti India dan Pakistan yang membawa agama Islam ke Hongkong, Selain itu peranan penduduk Cina muslim dari etnis Hui dan etnis lainnya dari daratan Cina juga ikut berperan dalam menyebarkan Islam .
Â
Â
Â
 Menuju Jamiah Mosque, melalui eskalator terpanjang di dunia.
Setelah belasan kali berpindah eskalator akhirnya kami pun sampai di Shelley Street.. Wah sudah dekat nih pikir saya dalam hati, Alamat masjid adalah di Shelley Street no 30. Ternyata eskalator juga berada di sepanjang jalan ini sehingga perjalanan terus dilanjutkan dan tentu saja terus mendaki. Sambil melihat terus ke samping kiri dan kanan, akhirnya nampak nomor sebuah bangunan yang ternyata baru no 18. Lumayan jauh juga yah, Sepertinya sudah belasan eskalator dilalui. Akhirnya setelah berpindah dua eskalator lagi, di sebelah kiri tampaklah pintu gerbang masijdnya. Persis terletak di antara dua eskalator. Wah pulangnya kita mesti lewat tangga nih. Tukas teman saya karena eskalator memang hanya bergerak satu arah yaitu naik saja.
Â
Â
Bangunan utamanya kira kira seluar 10 x 18 meter. Sebuah kubah terbuat dari batu tampak berwarna hijau muda. Sayang, karena sedang direnovasi kami tidak dapat membuat gambar yang sempurna. Memasuki ruangan masjid, tampak ada semacam pengumuman di sekitar pintu berubah jadwal sholat. Disain interiornya sangat sederhana. Yang istimewa masjid ini sama sekali tidak memiliki tiang dan juga tidak terlalu banyak hiasan kaligrafi di dindingnya. Hanya ada beberapa pigura dengan hiasan ayat Al Quran di dinding utama. Di bagian pojok belakang, ada tempat yang disediakan khusus buat jemaah wanita dan hanya disekat dengan papan tripleks.
Â
Â
Imam Masjid yang kesepian. Setelah selesai sholat, barulah terlihat kehadiran orang lain di dalam masjid. Seorang berusia 30 tahunan berjanggut dan jambang lebat, berpakaian ghamis berwarna putih. Wajahnya khas India atau Pakistan. Ia tampak sedang membaca Al-Quran dengan suara rendah. Ketika kami mendekat, ia meletakkan kitab dan mulai menyapa kami. Akhirnya kami pun bercakap-cakap mengenai sejarah masjid ini. Masjid ini menurut sang imam merupakan masjid tertua di Hongkong dan pertama kali dibangun pada akhir abad ke 19.  Mula-mula masjid yang dibangun di atas tanah yang disewa dari pemerintah Hongkong ini diberinama Masjid Muhammad. Dia juga bercerita bahwa selain masjid ini ada empat lagi masjid di Hongkong. Dan ada dua pemakamam khusus muslim yaitu di happy Valley dan cape Collinson. Sebelum pulang saya dihadiah semcam buku kecil tentang masjid masjid dan Islam di Hongkong. Sayangnya ditulis dalam bahas a Cina. Imam yang bernama Muhammad Zaman ini ternyata kelahiran Hongkong,. "Saya tinggal di Kowloon dan sampai disini sebelum Dzhuhur dan kembali ke rumah selepas Isya". Dia juga menjelaskan bahwa di daerah Midlevel ini hampir tidak ada jemaah yang tinggal. Maklum daerah ini sekarang merupakan daerah termahal di Hongkong dan lebih diutamakan untuk daerah bisnis dan hiburan , "Daerah Soho yang terkenal dengan hiburan malamnya juga terletak di sekitar sini" tambahnya. Karena itu jemaah kebanyakan berasal dari bagian lain kota Hongkong, dan masjid hanya ramai setiap sholat jumat dimana jemaah sampai meluber ke halaman. Untuk hari-hari biasa satu saf penuh saja sudah bagus. Pada bulan Ramadhan kegiatan taraweh juga dilaksanakan dan cukup banyak jemaah yang datang. Karena itu tidak salah kalau saya julukan dia imam yang kesepian.
Â
Cerita Tentang Imam masjid terlama di Hongkong
 Dia juga bercerita bahwa sebelumnya ada beberapa orang baik yang berdarah Pakistan maupun Cina telah menjadi Imam di masjid ini, salah satu yang paling lama menajdi imam adalah haji Imam Ahmed Cheung Kwong Yee.
 Imam ini dilahirkan di Hongkong dan belajar agama Islam di Guangzhou. Baik ayah dan kakeknya juga pernah menjadi imam di Guangzhou. Pada 1939 dia kembali ke Hongkong dan menjadi Imam di masjid ini sejak 1949 ketika imam yang terdahulu Sayangnya saya tidak sempat bertanya apakah sang imam masih hidup sampai saat ini.
Â
Â
Â
Ternyata tulisan pada pintu gerbangnya salah Pada saat kami hendak keluar meninggalkan pintu gerbang masjid, secara kebetulan kami juga bertemu dengan seorang jemaah lainya yang juga berwajah Pakistam. .Dia mengucapkan "Assalamualakum brother" ketika kami sedang mengambil foto pintu gerbang yang bertuliskan bahasa Arab dan Inggris. Dia berkata apakah kami dapat mengetahui adanya kesalahan pada papan nama itu. Secara perlahan kami membaca tulisan arabnya yang tertulis" jamiah masaajid". Kenapa mesti bentuk jamak yang khan masjidnya Cuma satu? Demikan kata teman saya. Itulah letak kesalahannya, jawabnya sambil tersenyum. Kami juga tersenyum kecut karena waktu masuk tadi kami sama sekali tidak memperhatikan kesalahan tersebut. Akhirnya , dengan perlahan kami menuruni anak tangga dan kembali menuju central MTR untuk meneruskan pengembaraan kami di Hongkong. Kisah perjalanan ke masjid lain di Hongkong akan ditulis dalam tulisan berikut. Semoga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI