Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Surga Penikmat Narkoba di Amsterdam

25 Februari 2014   19:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:29 1147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Amsterdam, kota terbesar sekaligus ibu kota negeri Belanda yang terkenal dengan kanal-kanalnya yang membelah kota memang selalu menarik untuk dikunjungi. Walaupun pusat pemerintahan terletak di Den Haag, tetapi pusat transportasi dan wisata di negeri yang letaknya sangat rendah ini tetaplah berada di kota yang dibelah oleh Sungai Amstel.Karena letaknya di Provinsi Holland utara, maka banyak juga yang salah kaprah menyebut pergi ke Belanda sebagai pergi ke Holland.

13933049791103473197
13933049791103473197

Amsterdam juga merupakan pusat kegiatan keuangan terbukti dengan adanya Bursa Efek Amsterdam yang merupakan Bursa Efek tertua di dunia.Jutaan turis mancanegara membanjiri kota yang terkenal dengan kanal, museum dan juga wisata “lampu merah” ini.

13933050471085014231
13933050471085014231

Wisata lampu merah ini pula yang membawa saya berkunjung ke pusat kota Amsterdam kali ini. Dari Centraal Station, saya cukup naik trem yang bisa membawa kita ke seluruh pelosok kota ini. Setelah turun di halte di dekat Dam Square, perjalanan cukup dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri jalan-jalan sempit yang ramai, melewati jembatan dengan kanal dan kapal yang simpang siur di bawahnya. Tidak juga ketinggalan banyaknya orang yang naik sepeda dan sang kereta angin yang ditambatkan di jembatan.

1393305294993926189
1393305294993926189

Kawasan “Lampu Merah” dipenuhi dengan serbaneka kegiatan yang identik dengan dosa. Toko yang menjual Red Light District Souvenir, live porno show dengan nama-nama yang menggoda iman seperti “Pure Lust” dan “Sexy Amsterdam” bertebaran di kawasan ini.Konon prostitusi yang merupakan salah satu profesi tertua di dunia memang menjadi profesi yang legal dan bahkan wajib membayar pajak penghasilan di Negeri Kincir Angin ini.

13933053491397273370
13933053491397273370

Ketika berjalan dengan santai di senja yang sejuk itu, tiba-tiba mata saya terpana dengan sebuah mobil bak terbuka berwarna putih yang bertuliskan “Hash Marihuana & Hemp Museum”.Rupanya mobil ini diparkir sebagai iklan sehingga kita tertarik mencari dan berkunjung ke museum narkoba itu.

13933053731135918574
13933053731135918574

Akhirnya, tidak jauh dari mobil itu, saya pun sampai di gedung museum yang terletak di Oudezijds Achterburgwal 148 ini.Gedungnya selintas mirip dengan bangunan lain di sekitarnya dengan tembok berwana merah bata.Pintunya terbuka lebar dengan jendela kaca dan kusen yang berwana coklat tua. Tepat di atas pintu utama dengan megah tertera nama museum yang mengundang rasa penasaran ini.

13933054021972113040
13933054021972113040

Memasuki lobby museum, kita akan sampai di sebuah ruangan tidak terlalu luas yang di lantainya tertulis kata “Museum” berwarna putih dengan logo daun ganja berwarna hijau di atasnya.Sementara seluruh dindingnya dihiasi dengan gambar dan foto mengenai salah satu jenis narkoba yang kebetulan di Amsterdam bisa didapat secara legal.

1393305504961296811
1393305504961296811

Dengan tiket masuk seharga 9 Euro, kita dapat mengenal lebih banyak mengenai sejenis tumbuhan yang dalam bahasa Latin di sebut Cannabis Sativa ini.Kemudian karena adanya beberapa varietas maka benda ini pun muncul dengan beberapa nama seperti Hash atau hasis, marihuana dan juga hemp. Sedangkan di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan ganja.

Museum ini merupakan museum pertama di dunia yang didedikasikan untuk barang haram ini dan pertama kali dibuka untuk umum pada 1985. Pendirinya Ben Dronkers menyatakan bahwa dengan museum ini, masyarakat luas dapat lebih mengenal mengenai seluk-beluk cannabis bukan hanya sebagai salah satu ikon wisata narkoba di kota Amsterdam, melainkan juga peran dan sejarah cannabis dari sudut pandang budaya dan ekonomi di berbagai pelosok dunia.

13933055511599120409
13933055511599120409

Selain itu, di museum ini kita juga dapat belajar bagaimana dalam sejarahnya, ganja atau cannabis telah menjadi bagian sejarah perkembangan ummat manusia sendiri. Di sini kita melihat bahwa ganja juga telah berperan dalam sejarah dalam bidang sandang, pengobatan,pertanian, dan perjalanan laut serta masih banyak lagi.

Namun, yang menjadi ciri khas dan salah satu daya tarik kota Amsterdam adalah ‘Cannabis Coffee House”, atau cafe di mana kita dapat menghisap barang haram ini secara legal.Walaupun agak sedikit kontroversial, Kota Amsterdam masih menjadi surga bagi penikmat narkoba jenis ini.

1393305608451759963
1393305608451759963

Kebijakan penjualan ganja untuk penggunaan pribadi di Coffe House ini memang tidak melanggar hukum dan dalam Bahasa Belanda disebutgedoogbeleid.Tujuannya ternyata mirip dengan kebijakan lokalisasi pekerja seks komersial di kota-kota besar di Indonesia pada beberapa saat yang lalu, yaitu memberikan tempat tertentu supaya penggunanya dapat lebih dikontrol dan dipantau.Tetapi ternyata juga digunakan banyak oleh turis mancanegara untuk dengan bebas bernarkobaria.

Ada banyak “Cannabis Coffe House” baik di Amsterdam maupun kota-kota besar lainnya di negeri Belanda.Tentu saja coffe house ini harus mendapatkan lisensi atau ijin khusus dari pemerintah dan mereka pun hanya boleh menjual ganja dalam kadar dan jumlah tertentu kepada pelanggannya.Sebagai patokan mereka tidak boleh menjual cannabis yang mengandung lebih dari 15% THC atau Tetrahydrocannabinol. Dan seperti juga penjualan minuman keras, pelanggan harus dianggap sudah cukup umur alias usia 18 tahun ke atas.

Dengan kebijaksnaan yang cukup longgar ini, tidak mengherankan kalau turis penikmat narkoba terus berkunjung ke Amsterdam untuk menikmati asap ganja.Namun yang menjadi pertanyaan adalah barang-barang tersebut dapat secara “legal” dijual di Coffe House tadi, namun yang tidak jelas adalah dari mana mereka mendapatkan barang haram tersebut. Dalam hukum Belanda, menanam ganja dan juga mengimpor ganja juga ternyata dilarang, sehingga ada istilah “The front doors is open but the back door is illegal”.

Dalam pengembaraan di tengah keramaian kota Amsterdam ini, siapa sangka kita juga dapat tersesat di dunia hitam berlampu merah yang penuh dengan dosa sekaligus mengenal lebih banyak tentang barang haram bernama cannabis dan kemudian mengenal lebih dekat rumah madat yang disebut “Cannabis Coffee House” di mana tempat ini pantas dan layak dijuluki sebagai “Surga Penikmat Narkoba

Anda ingin coba menghisap ganja tanpa takut ditangkap polisi? Yuk berkunjung ke Amsterdam yang penuh dosa. Pilihan di tangan anda dan resiko harus ditanggung sendiri!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun