[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Suasana Kota Nagoya, Jepang, di malam hari. Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com/GLORI K WADRIANTO)"][/caption]
Malam telah larut ketika saya sampai di kawasan Sakae yang merupakansalah satu stasiun tersibuk sekaligus tempat berbelanja da hiburan di kota Nagoya yang terletak di prefektur Aichi , Jepang tengah.Walaupun toko-toko hampir semuanya sudah tutuo tetapi kehidupan malam sangat terasa masih menggeliat dan bahkan baru dimulai di tempat ini. Terlihat dengan masih ramainya kendaraan termasuk taksi dan kendaraan pribadi di Nishiki Dori dan juga ramainya orang yang lalu lalang dan menunggu lampu merah menjadi hijau untuk menyebrang jalan. Sebagian besar bahkan masih membawa tas kantor seakan-akan baru pulang kerja.
Sakae, memang salah satu pusat hiburan malam dimana terdapat tempat karaoke, diskotek, bar, restoran dan juga hotel baik bertaraf lokal maupun intenasional.Sebuah tempat karaoke dengan lampunya yang terang benderang terasa tetap menampilkan kehangatan di tengah malam yang di dingin di awal bulan Maret.Warna merah dan putih yang berbendar menampilkan perpaduan huruf kanji dan hiragana ataupun katakana.
Saya terus berjalan, hembusan angin dingin terasa menusuk tulang, namun hangatnya pendaran lampu neon terus terasa memberi semangat. “Bikini girls, bikini girls”,beberapa pemuda terus menerus membujuk para pejalan kaki.Wah, ternyata ramai juga kehidupan malam di Nagoya ini!
Nagoya, seperti juga kota-kota besar di Jepang lainnya memang terlihat dan terasa sangat aman baik bagi orang lokal maupun pengunjung. Tidak ada rasa khawatir atau was-was walaupun kita berjalan di tengah malam buta. Bahkan di kawasan yang sedikit menyeramkan seperti di kawasan lampu merah Sakae ini.
Di sini, bahkan ada sebuah jalan dimana berbaris diskotek dan bar, yang memberikan semacam “live show”, yang bisa berupa tarian erotis ataupun pertunjukan yang mendebarkan lainnya.Sebuah bar bernama “Bond Girls” menampilkan lampu-lampu neon berwarna ungu yang bergambarkan gadis-gadis berbagai pose yang menggiurkan.Informasi lengkap berisi show time dan harga tiket juga dapat dengan mudah dilihat. Selain Bond Girls, masih banyak nama lain yang cukup menggugah hati seperti” Harem” dan “Pharoh” .Di sebuah gedung, bahkan juga terdapat bar dan restoran Indonesia yang bernama Bulan Bali.
“Walaupun terlihat aman dan damai, sesungguhnya di daerah ini menyimpan cukup banyak bahaya terpendam.”, demikian tukas kolega saya, yang memang sudah cukup lama tinggal di Nagoya. Menurut informasi, kawasan lampu merah seperti ini sangat erat hubungannya dengan peredaran narkoba dan juga cengkram Yakuza.Yakuza adalah organisasi bawah tanah yang sangat terkenal di Jepang.Organisasi ini bahkan terdiri dari ratusan organisasi yang umumnya berdsaran daerah operasi merkea. Yang paling besar dan terkenal bernama Yakamen gumi dan bermarkas di Kobe dengan jumlang anggota geng sekitar7000 orng, sedangkan untuk daerah Nagoya mereka memiliki geng yang bernama “Kodokai” dengan anggota sekitar 4000 orang saja.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa walaupun mendapat ijin resmi dari pemerintah, semua tempat usaha di kawasan hiburan malam juga diharuskan membayar upeti untuk mendapatkan perlindungan dari Yakuza.Dan keterlibatan Yakuza dalam perdagangan narkoba juga sangat nyata dengan berbagai jenis praktek pencucian uang yang mereka lakukan. Biasanya mereka menjadi sumber dana bagi para gangster di luar negri yang memproduksi obat-obat terlarang seprti di Korea Selatan, Thailand , maupun Cina.Obat-obatan itu , kemudian diselundupkan ke Jepang dan diperdagangkan di kawasan lampu merah di kota-kota besar Jepang seperti Sakae di Nagoya ini.
Di Nagoya, seperti juga kota-kota besar lain di Jepang, jenis narkoba yang paling disukai adalah jenis amphetamin, walaupun beberapa jenis lain cannabis, MDMA (ekstasi), dan yang paling baru seperti ketamine juga sudah mulai populer.Jepang sendiri saat ini boleh dibilang sebagai negara konsumen dimana hampir seluruh narkoba itu diimpor melalui penyelundupan.
Tingkat peredaran narkoba di Jepang memang termasuk sangat terbatas. Akan tetapi menurut cerita tingkat harga jual eceran di jalanan yang bisa mencapai ratusan kali dari harga modal membuat bisnis ini memberikan keuntungan yang sangat menggiurkan walaupun dalam jumlah yang tidak terlalu banyak sekali pun. Dibandingkan dengan negara-negara lain, tingkat prevalensi penyalahgunaan narkoba di Jepang sendiri tergolong sangat rendah.Peredarannya sangat terbatas dan biasanya hanya di kawasan bergelimang dosa seperti di Sakae ini.
Dengan hampir tidak adanya narkoba “made in Japan”, maka para pecandu tergantung pada pasokan impor. Sedangkan penjagaan bea cukai di semua bandara dan juga patroli di pelabuhan laut di Jepang terkenal sangat ketat sehingga para penyelundup pun bahkan mempunyai banyak cara yang canggih untuk bisa memasukkan barang haram ini ke Jepang.
Keterlibatan Yakuza dalam peredaran narkoba di Jepang ternyata tidak sendirian.Sindikat asing seperti dari Cina juga ternyata banyak terlibat dan mereka selain bekerja sendirian juga kadangkadang bekerja sama dengan geng Yakuza dalam mengedarkan barang haram tadi di berbagai kota besar di Jepang termasuk di kawasan Sakae ini.Uniknya untuk memberi kesan dan menyamarkan keterlibatan mereka para geng Yakuza ini sebaliknya juga menggunaan para geng asing sebagai pengedar. Dan kebanyakan dari Cina dan konon khabarnya ada juga yag berasal dari Iran.Namun sepanjang perjalanan malam itu di kawasan Sake, kebanyakan orang yang berdiri di depan tempat hiburan maupun pemuda yang menawarakan bikini girl adalah orang Jepang.
Kehidupan malam memang erat dengan segala yang berbau hal negatif termasuk peredaran gelap dan juga penggunaan narkoba. Walaupun kita tidak boleh menghakimi semua yang terlibat kehidupan malam ini negartif.Namun seandainya masih bisa, memang lebih baik menghindarinya. Terutama bagi generasi muda yang masih labil kejiwaannya.
Untuk itu, belajar dari kenyataan bahwa di negri yang sudag maju dan bahkan terkenal dengan pemerintah yang bersih pun, cengkraman narkoba tetap ada dan bahkan selalu terkait dengan sindikat yang berhubungan erat dengan organisai seperti Yakuza, maka ada baiknya bagi Indonesia untuk terus mendukung program Badan Narkotika Nasional dalam memerangi peyalahgunaan narkoba.
Mari sekali lagi kita tekankan dan dukung visi bersama untuk mencapai Indonesia Bebas Narkoba 2015,
Nagoya, Maret 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H