“Gunung Kawi?”,mendengar nama iniselintas ingatan saya melayang ke sebuah tempat di kawasan Malang, Jawa Timur, yang terkenal sebagai tempat ziarah sekaligus juga tempat untuk berdoa agar kita dapat dimudahkan rezeki.Singkatnya, Gunung Kawi juga identik dengan tempat pemujaan dan pesugihan.
Kendaraan Ertiga meluncur menuju Gunung Kawi dari kawasan Kuta di bagian selatan Pulau Dewata.Gunung Kawi yang dituju kali ini memang terletak di Bali, tepatnya di sekitar kawasan Tampak Siring.Perjalanan menyusuri Jalan Raya Bypass I Gusti Ngurah Rai yang semula diperkirakan sekitar 90 menit molor cukup lumayan sehingga total waktu perjalanan lebih sedikit dari 2 jam ketika sebuah papan petunjuk jalan mengisyaratkan adanya tempat wisata Gunung Kawi.
“Obyek Wisata Gunung Kawi”, demikian papan nama yang berada di tempat parkir kendaraan yang cukup luas itu.Papan nama ini dengan jelas menunjukan lokasi tempat wisata ini yaitu di Tampak Siring, Kabupaten Gianyar.Dari tempat parkir, wisatawan harus berjalan kaki kira-kira 5 menit untuk sampai di depan pintu gerbang Gunung Kawi dan membeli tiket seharga 15 ribu per orang. Seperti kebanyakan pura di Bali, pengunjung juga diharuskan mengenakan sarung ataupun selendang yang disediakan dengan gratis.
Untuk menuju kawasan candi, kami harus menuruni ratusan anak tangga yang cukup menantang. Untungnya, pemandangan pesawahan yang hijau menyejukan mata memberikan semangat untuk sedikit demi sedikit menuruni anak tangga.Di pertengahan jalan , ada sebuah jembatan kecil dimana di bawahnya mengalir sungai kecil yang airnya sangat jernih.Beberapa gerai yang menjual sovenir dan cafe juga ikut meramaikan tepian tangga menuju ke kawasan candi atau pura ini.
Sesampainya di gerbang pura, disarankan untuk memercikan air suci ke kepala.Tirta suci itu ada di sebuah ember kecil dan sebuah kuas kecil digunakan sebagai alat pemercik. Bagi yang tidak mau juga bisa langsung saja masuk ke kompleks pura.Setelah melewati pintu gerbang, ada dua jalan yang dapat dipilih, jalan ke kiri menuju Pura Kawan dan Candi Prasadha Ukir, sedangkan jalan ke kanan menuju Pura Gunung Kawi , Pura Puncak Gunung Kawi, Pura Taman Suci, dan Pura Melanting.
Mendapat dua pilihan, akhirnya diputuskan untuk belok ke kiri dahulu dan tidak lama kemudian sampai ke Pura Kawan, atau Candi yang diukir di dinding batu cadas.Empat buah celah batu yang diukir dengan bentung atap pura bersusun khas Bali ini memang unik. Karena bak lukisan tiga dimensi dan mirip dengan kota di Yordania yang menjadi pusat kebudayaan orang Nabatean di jaman Dahulu, yaitu Petra.
Sebelum sampai ke empat candi ukir itu, ada beberapa undak anak tangga yang harus kita naiki. Namun ada papan peringatan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris yang melarang pengunjung naik ke anak tangga dan cukup menikmati keindahan Candi atau Pura yang masing-masingdipahat batu cerukan setinggi sekitar 7 meter ini dari kejauhan.
Setelah itu, kami berjalan menuju ke pura yang lain dan melewati jembatan kecil di atas sungai atau kali Parikesan.Pertama-tama kami menuju ke Pura Puncak Gunung Kawi dimana terdapat pura yang masih aktif digunakan oleh ummat Hidhu.Pada saat kami berkunjung kebetulan ada serombongan orang yang sedang khusu berdoa dan menerima berkat dari seorang pandhita.
Dari Pura puncak ini , perjalanan dilanjutkan dengan turun dan kembali melihat sederatan candi yang diukir pada di dinding batu. Sama dengan pura kawan yang ada di bawah.Namun kali ini, ada lima deretan candi dangan ukuran yang hampir sama, yaitu sekitar 7 meter untuk setiap cekungan.Menurut cerita kelima candi ini masing-masing dibangun pada sekitar abad ke 11 dan diperuntukan bagi Raja Udayana, sang permaisuri Mahendradatta, dan ketiga anaknya yaitu, Airlangga, Anak Wungsu dan Marakata.Disini juga terdapat ukiran yang bertuliskan“Haji Lumahing Jalu” yang artinya “Raja Mendirikan Candi disini”.
Sementara deretan candi di pura kawan diperuntukan bagi para selir dan anak-anaknya.Ada juga versi lain yang mengatakan bahwa kompleks candi ini juga digunakan sebagi tempat kuburan para bangsawan dan raja tadi.
Selain itu, beredar juga kisah versi legenda mirip Prambanan yangmengisahkan bahwa Candi pahatan di dinding bukit ini dibangun dalam waktu semalam saja olehkuku jari sang Kebo Iwa.Kebo Iwa sendiri merupakan seorang tokoh dalam cerita rakyat Bali yang sakti mandraguna.Dia dapat berjalan sangat cepat, dan bila haus cukup menunjukan jarinya ke tanah dan sumber air akan muncul di tanah tersebut.Selain itu, mahapati Gajahmada dari Majapahit pun tidak dapat mengalahkan kesaktian Kebo Iwa. Hanya karena kerelaannya untuk menjadikan Bali sebagian bagian dari Nusantara maka Keboiwa membocorkan rahasia kesaktiannya sendiri yaitu dengan menyiramkan bubuk kapur ke tubuhnya sehingga Gajahmada dapat mengalahkannya.
Anda percaya versi yang mana?Tentunya tidak terlalu penting.Yang penting untuk melihat bangunan cantik yang diukir di dinding, kita tidak usah jauh-jauh terbang ke Yordania, tetapi cukup wisata ke pulau Dewata saja! Keberadaan situs gunung kawi ini juga menegaskan betapa indah dan wonderfulnya Indonesia seperti juga dapat disimak disini : http://www.indonesia.travel/wonderfulindonesia .
Selamat menikamati keindahan Indonesia!
Bali, Oktober 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H