Kota Koln yang dikenal juga dengan nama Cologne dan terletak di tepi sungai Rhine merupakan kota terbesar no empat di Jerman.Kota yang tersohor dengan minyak wangi nya yang memiliki nomer sakti 4711 dengan nama resmi eau de cologne ini juga memiliki ikon sebuah katedral tua yang konon selamat dari bom yang meluluhlantakkan negri Jerman pada Perang Dunia di abad ke 20 lalu.
Tidak mengherankan kalau Koln juga menobatkan diri sebagai salah satu kota Kristen di Jerman karena selain Katedral dengan nama Dom tadi, masih sangat banyak terdapat puluhan gereja lainnya. Tetapi siapa sangka kalau di kota ini juga terdapat salah satu masjid terbesar di Jerman dan di Eropa yang memiliki nama resmi Zentralmosschee Koln atau Cologne Central Mosque.
Pengembaraan saya kali ini dimulai di Jumatyang dingin menusuk tulang di awal bulan Desember.Namun, Koln HauptBahnhof alias Stasiun Central Koln yang letaknya tidak jauh dari Dom selalu ramai dengan penumpang yang lalu lalang. Maklum disinilah semua moda transportasi di Koln bertemu, baik kereta jarak jauh, regional, maupun internasional. Selain kereta, bus, S Bahn, maupun kereta bawah tanah yang disebut U Bahn juga tidak ketinggalan ikut melewati stasiun terbesar dan teramai di kota ini.
Dengan U Bahn line 5 tujuan Sparkasse Am Butzwellerhof , perjalanan menuju masjid terbesar di Koln dimulai.Setelah tiga stasiun, saya pun turun di Hans Bockler Platz dan pindah line 3 menuju stasiun Piusstrasse.Dari stasiun yang kebetulan letaknya di Venloerstrasse ini kita tinggal jalan kaki sekitar 100 meter saja untuk sampai ke masjid yang memiliki dua menara setinggi sekitar 55 meter ini.
Masjidnya terlihat cukup megah dengan kubah yang bentuknya sangat futuristik.Sebuah pompa bensin Shell kebetulan berdampingan dengan masjid yang memiliki gaya campuran arsitektur futuris minimalis dan unsur-unsur tradisional Turki. Maklum, di negri ini, kebanyakan ummat Islam memang merupakan keturunan Turki yang pada pertengahan abad ke duapuluh lalu berdatangan ke Jerman sebagai Gastarbeiter.Kalau dengan istilah sekarang bolehlah disebut sebagai TKK alias Tenaga Kerja Turki.
Ternyata masjid ini ini masih dalam proses pembangunan sehingga walaupun bagian eksterior sudah terlihat selesai, tetapi bagian interiornya masih dalam tahap penyelesaian. Menurut cerita pembangunan masjid yang dimulai pada sekitar tahun 2008 ini memiliki banyak kontroversi. Terutama banyaknya pihak yang kurang setuju dengan ukurannya yang cukup besar dan juga menaranya yang menjulang tinggi.
Saya masuk ke masjid melalui pintu samping yang terletak di Innere Kanalstrasse.Di kejauhan, terlihat menara dengan huruf T besar yang merupakan menara Televisi dengan nama Colonius Fernsehturm.Waktu menunjukan sekitar pukul 12 siang dan jamaah sudah ramai berdatangan.
Ruang sholat yang terletak di bawah kubah utama masih terlihat kosong,dengan hamaran sajadah berwarna merah, sedangkan ruang sholat di samping sudah terlihat cukup penuh.Tempat wudhu terletakdi tengah-tengah dengan petunjuk daam bahasa Jerman, Inggris, dan Turki.Di dinding, banyak terdapat tempat menggantung jaket tebal milik jamaah, maklum saja udara di luar memang cukup dingin.
Yang membuat saya sedikit terkejut adalah bentuk tempat wudhunya.Tidak seperti kebanyakan masjid lainnya. Tempat wudhu di masjid ini berbentuk bidet yang di modifikasi .Sekilas, mirip dengan toilet dan terlihat cukup unik orang berwudhu di toilet. Keuntungannya adalah airnya bekas wudhunya langsung ditampung di bidet dan tidak terbuang kemana-mana.
Sholat Jumaat di masjid ini seperti sudah diduga dimulai dengan ceramah dan khotbah yang kebanyaan memakai Bahasa Turki dengan sekali-kali diselingi doa menggunakan Bahasa Arab dan juga terjemahan khotbah dalam Bahasa Jerman.
Sepenggal Jumat siang yang berkesan di Masjid dengan tempat wudhu yang unik!
Koln, 7 Desember 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H