Negri Jerman memang merupakan negara yang sekuler alias memisahkan persoalan negara dan agama. Namun di Koln yang terletak di tepian sungai Rhein ini semangat keagamaan masih kental terlihat. Bukan saja dengan banyaknya katedral dan gereja tua di kota ini, tapi juga banyaknya kegiatan dalam rangka menyambut natal di akhir tahun ini. Selain itu, slogan pariwisata Koln dalam Bahasa Jerman juga dengan jelas menamakan kota ini sebagai Das Heilige Koln atau Koln yang kudus.
Pusat kota Koln tidak dapat disangkal lagi terletak di sekitar Koln HauptBahnhof alias Stasiun Sentral Koln.Secara kebetulan stasiun ini juga letaknya berdampingan dengan Koln Dom, yang merupakan salah satu katedral terbesar di Jerman.Katedral berarsitektur Gotik ini mulai dibangun pada pertengahan abad ke 13 dan sejak 1996 lalu telah masuk dalam daftar warisan budaya dunia UNESCO.
Pengembaraan saya di senja yang dingin di awal Desember dimulai di sekitar Koln HauptBahnhof dan juga Koln Dom ini.Walaupun udara sangat tidak bersahabat, namun suasana tetap terasa hangat dengan ramainya orang yang selalu lalu lalang di plaza terbuka di antara kedua bangunan ikon kota Koln ini.
Saya terus berjalan mengeliling katedral yang megah ini, melewati Museum Ludwig dan juga Gedung Koln Philharmonie untuk kemudian sampai di tepian sungan Rhein dengan pemandangan latar belakang Jembatan Hohenzollern yang membentang megah berhiaskan lampu yang gemerlap.
Karena udara kian dingin dan sepi akhrnya saya memutuskan untuk kembali ke arah Dom dan kemudian sampai di sebuah plaza terbuka yang berhiaskan ribuan lampu dan di bawahnya nampak puluhan gerai khas yang juga berhiaskan ribuan lampu warna-warni.Di depannya terdapat sebuah pintu gerbang bertuliskan Weinachtsmarkt alias Pasar Natal.Ditempat ini suasana terasa sangat hangat karena pengunjungnya sangat padat dan ramai.
Saya berjalanan di antara kerumunan orang ramai sambil melihat-lihat berbagai jenis gerai yang menjual bermacam-macam jenis makanan tradisional Jerman.Selain roti, steak, coklat, ada juga minuman khas Koln yaitu Gluhwein.Berbagai jenis pernak-pernik natal dan cendramata juga dapat dibeli di pasar dadakan yang hanya ada di bulan Desember menjelang Natal ini.
Pasar natal ini juga makin meriah dengan adanya panggung hiburan dimana dapat kita nikmati lagu;lagu rakyat Jermn yang bernuansa natal maupun pop.Suasana kian hangat dengan tepukan meriah dan tarian penonton yang menghangatkan tubuh dengan minuman Gluhwein.
Yang paling menghangatkan tubuh adalah gerai yang menjajakan berbagai jenis daging panggang yang ditusuk bagaikan sate raksasa, Berbagai jenis daging di gantung untuk menarik pembeli dan panggangannya yang besar terlihat hangat menggoda. Warna merah bara api yang terang dan panas membuat udara dingin tidak terasa lagi.
Saya kemudian melanjutkan perjalanan ke sekitar pertokoan di dekat Koln Dom. Salah satu tempat yang menarik adalah toko yang menjual wewangian yang mnejadi trade mark kota Koln yaitu Eau de Cologne 4711.
Weinachtsmarktternyata bukan hanya ada di Koln. Keesokan harinya saya sempatkan melanjutkan perjalanan ke Bonn. Kota yang pernah menjadi ibukota Bundes Republik Deutschland sewaktu negri Jerman masih terbelah dua dan letaknya hanya sekitar 30 menit perjalanan dari Koln Haupt Bahnhof.
Dengan kereta MRB 26, perjalanan menuju Koln dimulai. Kereta ini mampir di 6 stasiun sebelum “mendarat” di Koln HauptBahnhof yang terletak di pusat kota Bonn. Saya berjalan kaki melalui jalan yang diperuntukan khusus bagi pejalan kaki. Di kanan kirinya, berderet toko besar dan kecil yang menandakan bahwa tempat ini menjadi salah satu pusat keramaian di Bonn.
Setelah berjalan sekitar 5 menit, saya pun sampai di sebuah lapangan terbuka yang juga dijadikan Weinachmarkt mirip dengan yang ada di Koln.Kali ini, pasar tradisional ini juga dilengkapi dengan hiburan berupa bianglala kecil yang terus berputar.Di sekitarnya berderet gerai-gerai yang menjual berbagai jenis makanan dan souvenir.
Ada sebuah gerai yang memamerkan berbagai jenis sweater dan pakaian dingin yang terlihat sangat menarik dengan warna warni dan motif disain yang khas.Saya sempat berbincang-boncang dengan penjualnya, seorang wanita berumur 50 tahunan yang dengan bangga menceritakan bahwa barang dagangannya ternyata berasal dari Amerika Latin, alias dirajut dengan tanagan dari Peru. Tidak mengherankan kalau harganya cukup menggigit karena selembar sweater dipatok sekitar 150 Euro.
Jika anda mampir ke Koln atau Bonn jangan lupa berkunjung ke Weinachtsmark!
Koln. Desember 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H