Hongkong, di hari pertama di tahun 2015 mulai bergeliat agak sedikit terlambat, maklum sebagian besar peduduk dan wisatawan tidur agak larut karena menyambut malam pergantian tahun dengan pesta kembang api di Victoria Harbour.
Pagi itu, jam baru menunjukan sekitar pukul 10. Dari kawasan Salisbury Road di dekat Hotel Peninsula saya memulai perjalanan dengan belok kiri dan menyusuri salah satu jalan paling terkenal di semenanjung Kowloon, yaitu Nathan Road.Jalan yang membentang dari kawasan Tsim Sha Tsui, Jordan, Yau Ma Tei, sampai ke Mongkok ini memang terkenal sebagai Shopping Street yang menarik banyak wisatawan. Tidak mengherankan kalau Hongkong disebut sebagai salah satu surga belanja di timur.
Secara perlahan saya menyusuri trotoar yang belum terlalu padat. Menyebrangi Middle Road, Peking Road, melewati pusat perbelanjaan I Square dan terus ke utara.Satu demi satu pintu menuju stasiun MTR Tsim Sha Tsui terlewati sehingga akhirnya sampai ke pintu keluar A yang berada di dekat Haiphong Road dan juga pas di tepi Masjid Kowloon yang terkenal.
![14203333481816555683](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14203333481816555683.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Pemandangan yang sedikit luar biasa adalah adanya kerumunan wanita-wanita berjilbab yang ada di sekitar pintu. Setelah didekati, ternyata para BMI alias buruh migran Indonesia Hongkong yang sedang menghabiskan hari libur dengan berkumpul dengan sesama teman.Yang mengasyikan, sebagian besar membawa koper besar yang ketika dibuka berisi berbagai jenis makanan dan snack khas Indonesia. Rupanya, pintu keluar Stasiun MTR ini telah disulap menjadi pasar dadakan.
![14203334081606112488](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14203334081606112488.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
“Lemper ini berapa mbak?”, tanya saya kepada salah satu wanita yang sibuk melayani pembeli. Empat Dollar satu, kalau tiga sepuluh Dollar, jawabnya sambil tersenyum dan sekali-kali bercakap-cakap dengan temannya menggunakan bahasa Jawa dialek Banyumasan.Selain lemper, ada pisang goreng, pastel, dan berbagai jenis penganan lainnya.
![1420333648628149979](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1420333648628149979.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Setelah membeli makanan, saya melanjutkan perjalanan sampai ke pintu utama masjid terbesar di Hongkong ini. Di sini, makin banyak wanita berjilbab yang lalu lalang. Beberapa bahkan memakai seragam dan selain naik ke masjid, ada juga yang berdiri di pintu sambil menjual kupon sumbangan. Semua kepada sesama wanita berjilbab berbahasa jawa yang ada di Hongkong.
![14203334611353811568](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14203334611353811568.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Perjalanan saya lanjutkan dengan naik menuju ke “Kowloon Park” yang ada di sebelah masjid.Di Kowloon Park ini, bahkan kebih banyak lagi wanita berjilbab yang seakan-akan menguasai taman ini. Di roof top, sebagian dari mereka bahkan berbaris rapi dan bernyanyi lagu-lagu pujian yang terdengar sendu dan merdu. Kalau sudah begini, suasananya bukan lagi seperti di Hongkong yang materialistis karena unsur relijiusnya terasa sangat kental sekali.
![14203335061569104893](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14203335061569104893.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Di pojok lain, beberapa wanita berkelompok duduk sambil bercakap-cakap. Mereka memakai rompi berwarna hitam dengan tulisan bersulam emas “ Azzahra Semarang-Hongkong”.Sambil duduk menggelar tikar, mereka juga bercakap-cakap seraya menikmati makanan yang mereka bawa.
![14203335361831216263](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14203335361831216263.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Saya terus naik ke bagian tengah Kowloon Park dimana terdapat banyak patung-patung yang disebut sebagai Statue Park. Di sini juga masih banyak dapat dijumpai wanita yang semuanya berjilbab. Sementara di bagian bawah taman yang lebih dekat ke Canton Road ada lagi kerumunan wanita yang duduk di sekitar air mancur. Dan semuanya juga berjilbab tetapi tidak memakai seragam tertentu.
![1420333591175590924](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1420333591175590924.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Singkatnya pengembaraan saya pagi ini di kawasan Tsim Sha Tsui dan Kowloon Park telah memberikan suatu pengalaman dan pemandangan baru yang menguak sisi lain kehidupan para pekerja wanita di Hongkong. Para BMI yang mampu merubah Hongkong menjadi lautan jilbab!
Hongkong, Januari 2015