Mohon tunggu...
Taufik Setyo Purnomo
Taufik Setyo Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Blog Tanilokal.id

Punya skill itu keren, tapi kemampuan dalam menangkap peluang itu jauh lebih penting.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pupuk Kandang, Emas Hitam yang Terlupakan

23 Agustus 2019   10:46 Diperbarui: 23 Agustus 2019   11:38 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sistem pertanian konvensional yang baru sekaligus memudahkan petani untuk bisa membudidayakan jenis tanaman yang sama sepanjang tahun. Apabila terdapat tanda-tanda serangan OPT, semprot saja dengan pestisida.

Inilah era industri pertanian konvensional. Ketika NPK dan obat-obatan kimia sintetis akhirnya menjadi candu. Meninggalkan metode pertanian kuno. Melupakan pentingnya pupuk kandang, si emas hitam.

Apa dampak yang dihasilkan dari sistem pertanian konvensional ?

Mengaplikasikan sistem pertanian konvensional itu sebenarnya sah-sah saja dan tidak melanggar hukum. Hanya saja, akan lebih bijak bila eksekusinya tidak terlalu berlebihan.

Ketika bahan-bahan kimia sintetis tersebut digunakan secara berimbang dalam dosis yang kecil, serta tidak meninggalkan budaya pertanian tradisional, maka kerusakan tanah tidak akan terjadi. Pun pencemaran udara dan air.

Penggunaan NPK sintetis secara berlebihan dan tanpa diimbangi dengan pemberian bahan organik akan bersifat racun bagi organisme penghuni tanah. 

Tanpa adanya organisme tersebut tanah akan kehilangan kesuburannya. NPK sintetis yang diberikan ke tanaman tidak lagi diserap dengan optimal. Bahkan 50% diantaranya akan larut dengan air dan erbuang secara percuma ke sungai.

Di samping itu, banyak riset yang menunjukkan bahwa penggunaan pupuk NPK sintetis secara berlebihan di lahan pertanian terbukti menyebabkan degradasi tanah. Diantaranya tanah kehilangan porositasnya, terjadi pengerasan, serta berkurangnya bahan organik, kemudian terjadilah  erosi.

Degradasi tanah tersebut sebenarya bukan hanya karena efek dari penggunaan pupuk NPK sintetis saja, namun juga dampak dari penggunaan obat-obatan kimia dan cara bercocok tanam konvensional secara keseluruhan. Mulai dari aplikasi pestisida, herbisida, fungisida, penanaman monokultur dan pembajakan tanah, hilangnya budaya terasering, dan penggundulan hutan.

Dari data Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (PDASHL), Indonesia menjadi negara dengan sedimentasi terbesar di dunia, yaitu sebesar 250 juta ton per tahun. Kerugian yang diakibatkan dari erosi tanah tersebut mencapai 5 triliun rupiah.

Di pulau jawa sendiri jumlah lahan pertanian yang kritis dan tidak produktif mencapai 2.1 juta hektar. Sedankan untuk skala nasional sebesar 14 juta hektar. Tentu hal ini menjadi bencana bagi negara agraris yang pernah menyandang gelar "gemah ripah loh jinawi" (kekayaan alam berlimpah).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun